Beranda / Pernikahan / Wanita Kedua / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Wanita Kedua: Bab 91 - Bab 100

285 Bab

Kenyataan Pahit

Keheningan itu terasa seperti lubang hitam yang akan menelan setiap manusia ke dalam pusaran kegelapan yang pekat, sepi, dingin dan mencekam. Mereka tenggelam dalam pemikiran masing-masing, berusaha menyelami apa yang baru saja menjadi bahan pembicaraan mereka berdua. Mereka masih diliputi keheningan saat ponsel Dina berdering mengagetkan keduanya. Dina memperhatikan nama suaminya yang muncul di layar, Dina mendesah lelah dia sangat tidak ingin bicara dengan suaminya terlebih dahulu, cerita mama Laras membuatnya masih shock dia tidak mau keceplosan mengucapkan apa pun yang akan dia sesali nantinya, tapi saat mengingat Ara bersama suaminya itu membuat Dina tak tenang, dia tahu kombinasi antara suami dan anak-anaknya saja bukan komposisi yang bagus. “Maaf saya terima telepon dulu.” Dina langsung berdiri tanpa menunggu jawaban Nyonya Aryobimo. “Ya?” “Kamu masih di rumah omanya anak-anak?” tanya Angga di uju
Baca selengkapnya

Tak Biasa

“Bunda!” Ara tersenyum lebar saat melihat Bundanya mendekat, anak itu sedang menaiki komidi putar dan tertawa lebar melambaikan tangan padanya. Wajahnya ceria meski tampak lelah. Dina membalas lambaian tangan putrinya, dia gemas sekali dengan kuncir dua Ara yang sudah berantakan. “Kukira kamu pergi sama Mbak pengasuh,” kata Dina saat dia berdiri dekat suaminya yang menumpukan tubuh di pagar pembatas komidi putar. “Aku memang pergi dengannya, tapi aku minta dia pergi membeli es krim untuk Ara.” Dina hanya mengangguk mendengar jawaban suaminya, dia ikut menumpukan tubuhnya di pagar pembatas. “Apa Ara merepotkanmu?” tanya Dina. Angga tersenyum memandang istrinya. “Aku tahu maksud pertanyaanmu, ini memang kali pertama aku pergi dengan Ara tanpa kamu, tapi semuanya baik-baik saja, Ara bukan anak yang sulit didekati, bagaimanapun aku papanya ada sebagaian darahku yang mengalir di tubuhnya. Tentu
Baca selengkapnya

Sedikit Cinta

Bagi Dina hari libur bukan waktu untuk berleha-leha, tapi waktu dia untuk membereskan pekerjaan rumah yang ada, memang banyak asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh suaminya tapi Dina bukan tipe istri dan juga ibu yang akan melepas semuanya pada orang lain. Jadi jangan harap Angga yang jarang berada di rumah saat matahari menyinari bumi seperti ini, harus kecewa saat pergi ke kamar tamu yang untuk sementara di tempati sang istri kosong tanpa menemukan wanita itu di dalamnya. Angga mengatakan sementara karena laki-laki itu bertekad untuk meyakinkan sang istri untuk kembali seperti dulu dan menempati kamar mereka lagi. “Nyonya di mana, Bi?” tanya Angga saat melhat asisten rumah tangganya lewat. “Di belakang, Tuan, sedang membuat camilan.” Angga mendesah, lalu kembali ke kamarnya, dia ingin tidur siang sejenak sebelum nanti mengumpulkan energi untuk bersitegang dengan sang istri. Angga tersenyum kecil, Dina memang bukan ti
Baca selengkapnya

Rahasia

Dina memandang nanar laki-laki yang masih duduk di depannya, Angga memang tak pernah berubah, sejak pertama kali mereka bertemu, dia memang sudah seperti itu, bertanggung jawab pada Dina dan keluarga secara finansial dan berlaku lembut itu saja, tapi hambar. Tidak ada kasih sayang yang tulus di sana, Dina merasa hampa. Dia ingin menertawakan kata sedikit yang dibilang Angga. "Sedikit, ya, setelah lima tahun kita bersama, setelah pengabdianku selama ini padamu?" Dina berkata dengan pahit."Dan sekarang setelah kehadiran Keira aku tak yakin yang sedikit itu akan bertambah bisa juga jadi hilang," lanjut Dina."Itu tidak akan terjadi," Angga berkata dengan yakin. "Karena tidak pernah sekalipun Keira ada dalam pikiranku.""Bohong!" bantah Dina dengan keras."Kamu boleh tidak percaya tapi itulah kenyataan, aku memang selalu menjaga Keira, tapi itu bukan tentang rasa, tapi hanya tentang bisnis belaka, aku menganggap Keira ad
Baca selengkapnya

Mantan

Dina baru saja turun dari mobil, seperti beberapa hari ini Angga selalu mengantarnya terlebih dahulu dan anak-anak. Baru kemudian dia berangkat ke kantor dengan sopir pribadinya yang mengikuti di belakang. Meski Dina mengatakan kalau itu terlalu berlebihan dan boros tapi laki-laki itu sepertinya tak peduli, dia tetap saja melakukannya dengan senang hati. Apalagi dia juga masih enggan untuk berdekatan dengan suaminya itu, apalagi pengakuannya kemarin yang telah berhasil memporak-porandakan hati Dina. Ya sudahlah duit-duit dia juga, batin Dina kesal. “Halo, Mbak sudah dengar berita terbaru belum?” Dina yang baru saja sampai di lobi kantornya tiba-tiba dikejutkan oleh Siska yang menarik tangannya agar sedikit menyingkir. “Kamu apaan sih, Sis, masak beritanya nggak bisa nunggu,” jawab Dina dengan sebal. “Issh ini penting banget, Mbak, Mbak Dina harus tahu.” Tanpa meresa bersalah Siska terus menyeret t
Baca selengkapnya

Cat Woman

Pekerjaan bertemu klien atau perwakilan perusahaan yang akan menjadi donatur di yayasan mereka, bukan jenis pekerjaan yang disukai Dina. Pekerjaan seperti itu menuntut kita untuk selalu tersenyum manis, ramah dan kata-kata yang persuasif, tak jarang kalau kita harus sedikit merayu atau bersikap centil di hadapan mereka.Itu sama sekali bertolak belakang dengan kepribadian Dina yang cenderung blak-blakan dan apa adanya, kadang dia bisa bersikap sangat judes jika ada yang tak berkenan di hatinya, kadang dia bisa bersikap sangat ramah pada seseorang yang jelas Dina tak suka berpura-pura.Dina bahkan tak tahu alasan Brian membawanya ikut serta kali ini, alih-alih membawa Sasa yang lebih luwes untuk urusan begini."Mbak Sasa nggak ikut, Pak?" tanya Dina saat mereka sudah duduk manis di dalam mobil dengan Brian di sampingnya, sibuk mempelajari berkas-berkas yang baru saja selesai dia siapkan, ada sedikit rasa bersalah pada diri Dina, saat melihat atasannya terpa
Baca selengkapnya

Yang Lain

“Jadi ini alasanmu menolak mentah mentah ajakanku balikan.”Dina yang sedang menikmati makanannya sontak menoleh ke belakang. Di sana berdiri dengan wajah marah wanita cantik dengan penampilan yang up to date dari kepala pundak lutut kaki. Dan pastinya semua meneriakkan kata mahal. Tidak bisa dipungkiri wanita ini memang sangat cantik, apalagi saat diperhatikan dari dekat, Dina saja yang perempuan sangat mengagumi hal itu. tapi sepertinya kecantikannya tak dibarengi dengan etika yang baik, bahkan dia dengan tidak sopannya memandang Dina dari atas ke bawah dengan pandangan meremehkan. Hai atittude, Mbak. Ingin sekali Dina meneriakkan hal itu, tapi sebisa mungkin dia tahan. Dia tidak akan sudi memeprmalukan dirinya sendiri dan bertengkar dengan mantan tunangan atasannya itu. Dia wanita bersuami, demi Tuhan, dan tak ada sedikitpun keinginan Dina, untuk merebut Brian dari wanita itu. “Duduklah, tidak baik bicara sambil berdiri,” jawab Bri
Baca selengkapnya

Keira Kembali

Dina langsung memasuki mobilnya saat jam pulang kerjanya berakhir. Entah kenapa dia memiliki dorongan kuat untuk segera pulang ke rumah dan bertemu dengan anak-anaknya, kerinduan yang tiba-tiba muncul itu menyerang dirinya tanpa ampun, padahal baru satu jam yang lalu dia menelepon Bibi dan berbicara langsung dengan mereka.Tidak ada yang salah pada mereka, bahkan Dina tak menerima telepon apapun dari rumah jadi bisa dipastikan kalau semua baik-baik saja. Mungkin ini efek baper dari drama Brian dan Anggun tadi, apalagi setelah itu Brian yang biasanya tertutup urusan pribadinya begitu gamblang menceritakan semuanya pada Dina. Dina teringat ekspresi sakit hati Brian saat tahu Anggun mengkhianatinya. Dina bisa merasakan hal itu karena dia sendiri juga mengalaminya dalam kisahnya saat ini. Betapa sakitnya dikhianati orang yang kita percaya, tapi Brian sungguh beruntung dia bisa segera keluar dari hubungan itu. Dulu sebelum menikah mungkin Dina akan
Baca selengkapnya

Pulang?

Setelah beberapa menit hanya bisa termangu di depan cermin, Dina akhirnya memutuskan segera membasuh seluruh tubuhnya dengan air dingin. Udara yang sudah mulai dingin membuat tubuhnya yang diguyur air dingin menggigil, tapi Dina tak peduli, dia memang memerlukan rasa dingin ini untuk mengembalikan otak dan hatinya yang mengebul kepanasan, apapun yang terjadi nanti dia harus tetap berpikir dengan logis dan taktis, dia tidak akan sudi untuk menjadi korban untuk kesekian kalinya. Dina keluar kamar mandi setelah merasa tubuhnya sudah mati rasa. “Bunda.” “Arsyi? Sudah lama di sini, kok nggak ngetuk kamar mandi?” tanya Dina yang sedikit kaget dengan kehadiran anak tirinya itu, Arsyi jarang mengunjunginya di kamar, dia biasanya lebih suka mengetuk pintu dan mengajak Dina duduk-duduk di ruang tengah atau kamar Arsyi sendiri.Anak itu hanya menggeleng. “Bunda sedang mandi jadi Arsyi nggak mau ganggu.” “Baiklah Bunda ganti baju dulu.” Tak ingin Arsyi menunggu lama, Dina segera mengambil ba
Baca selengkapnya

Kebohongan Keira

Pertama kali bertemu dengan Keira, Dina tidak akan menyangka jika wanita itu akan jadi benalu dalam rumah tangganya. Keira begitu rapuh, bahkan meski Angga waktu itu menikahinya, Dina masih yakin kalau wanita itu tidak jahat, menurut Dina Keira hanya wanita yang salah didikan dan juga salah pergaulan saja. Tapi sepertinya pendapat itu sedikit bergeser saat tahu hubungan Keira dengan dua orang kakak beradik keluarga Hartono, dan sekarang wanita itu bahkan kukuh meminta pengakuan dan perhatian dari Angga. Yang meskipun saat ini juga berstatus sebagai suami Keira, tapi permintaan itu menurut Dina terlalu berlebihan apalagi saat ini wanita itu mengandung bayi yang bukan anak suaminya. Manja, egois dan menyebalkan mungkin itu pandangan Dina untuk Keira. "Anak dalam kandunganku juga ingin selalu dekat dengan papanya," kata Keira dia memandang Dina tajam, tapi segera menunduk saat pandangannya bertemu dengan padangan Dina yang dingin dan da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
29
DMCA.com Protection Status