Home / Rumah Tangga / Setelah Kau Mendua / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Setelah Kau Mendua: Chapter 11 - Chapter 20

121 Chapters

Pintar Mencari Muka

"Mampus aku!" umpat Trisa sambil menatap ponselnya. Jantungnya berdetak dengan kencang.Alan dan Dewi menoleh ke arah Trisa."Kamu kenapa?" tanya Alan."E…e…nggak apa-apa, Mas." Trisa menjawab dengan gugup dan suara bergetar."Matilah aku," umpat Trisa lagi, tadi dengan suara yang agak pelan. Hanya Alan saja yang mendengarnya."Ada apa?" tanya Alan lagi."Bakal terjadi perang," gumam Trisa.Alan hanya bisa mengernyitkan dahi melihat Trisa bertingkah aneh. "Perang?" tanya Alan lagi.Trisa hanya diam saja, pikirannya kacau. Ia membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Papanya pasti marah besar melihat video yang dikirim tadi. Sudah terlambat bagi Trisa untuk menghapusnya, karena sudah terlihat tanda centang dua berwarna biru. Berarti papanya sudah melihat video itu.Drtt….drtt…. Ponsel Dewi berdering. Dewi menerima panggilan itu."Halo, Pa?" sapa Dewi."Mama ada dimana?""Di rumah Alan.""Ngapain kesitu? Memangnya Alan nggak kerja?""Enggak, Pa. Kasihan Alan, Aira manja sekali, baru sa
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Cinta Atau Nafsu

"Ma, memangnya uang yang Papa kasih itu sudah habis?" tanya Gunawan kepada Dewi, ketika mereka sudah sampai di rumah.Dewi kaget mendengar pertanyaan suaminya, ia tidak menyangka jika Gunawan akan bertanya tentang uang. Selama ini, berapapun uang yang diberikan Gunawan dan dihabiskan untuk apa, sang suami tidak tahu menahu."Ma-masih kok, Pa." Dewi menjawab dengan gugup."Kenapa Papa bertanya seperti itu? Apa Papa nggak percaya dengan Mama? Apa perlu Mama tuliskan secara rinci pengeluarannya?" lanjut Dewi. Ia berusaha untuk tenang dan mencecar Gunawan dengan beberapa pertanyaan."Syukurlah kalau masih ada. Papa percaya kok sama Mama. Kalau memang kurang, bilang saja. Jangan sampai minta uang dengan anak-anak, terutama dengan Alan. Dia kan sudah punya keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.""Mama nggak pernah minta uang dengan Alan. Apa Aira mengadu yang tidak-tidak dengan Papa? Pa, Aira itu tidak suka dengan Mama. Jadi dia akan menjelek-jelekkan Mama di depan Papa. Papa jangan mudah
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Memaafkan Bukan Melupakan

Suasana tampak hening sesaat, hanya terdengar hembusan nafas dari Aira dan Alan. "Apa kata Bapak dan Ibu, jika mereka tahu masalah ini? Aku malu, Mas! Berbeda dengan Mama, ia pasti akan bahagia, apalagi kalau sampai tahu siapa yang jadi selingkuhanmu."Aira masih saja mengeluarkan semua uneg-unegnya. "Aku akan mulai mencari kerja, Mas siapkan uang lebih untuk membayar baby sitter untuk Kenzo."Alan kaget mendengar kata-kata Aira, ia tidak menyangka jiika Aira bersungguh-sungguh dengan ucapannya waktu itu."Apa kamu tega membiarkan Kenzo diasuh oleh orang lain? Ia masih kecil, kasihan dia!" sahut Alan."Kenapa nggak tega? Semua demi masa depanku dan Kenzo. Kalau tidak nanti biar Kenzo aku masukkan ke tempat penitipan anak. Aku ingin punya uang sendiri," kata Aira dengan nada yang tinggi."Apa uang dariku nggak cukup?""Bukan masalah cukup nggak cukup, aku nggak mau menjadi beban hidupmu. Setidaknya aku punya uang untuk kebutuhanku sendiri. Aku sudah capek dihina terus oleh Mama dan a
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Teledor

"Kenzo!" panggil Aira sambil berjalan mencari-cari Kenzo. Ia sudah sangat gemetar karena ketakutan. Pikirannya sudah sangat kacau membayangkan Kenzo tidak ada. Tiara mengikuti Aira sambil menenangkannya."Kita cari satpam!" usul Tiara."Maafkan Ibu, Sayang. Ibu teledor," kata Aira sambil terisak-isak."Bagaimana Tiara, aku takut jika tidak bertemu dengan Kenzo lagi.""Hush! Jangan berkata seperti itu, pasti Kenzo ketemu."Tiara dan Aira berjalan mengelilingi gerai pakaian anak, kemudian berlanjut ke pakaian laki-laki. Belum juga menemukan Kenzo, Aira semakin cemas. Wajahnya tampak pucat dan berkeringat, tangannya terasa sangat dingin karena ketakutan."Ya Allah, kemana kamu, Nak? Jangan membuat Ibu panik!" Aira melanjutkan pencarian ke tempat lain, ia dan Tiara tadi sempat berpencar."Kenzo, dimana kamu?" kata Aira dalam hati.Seketika langkah kaki Aira terhenti, ia memasang telinganya untuk mendengarkan sesuatu. Wajahnya tampak tersenyum mendengar suara tawa anak kecil. Suara yang m
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Hukum Tabur Tuai

"Ma, apa maksud Mama mengirim foto Aira pada Papa?" tanya Gunawan. Dewi langsung kaget, jantungnya berdetak dengan kencang. Ia segera membuka ponselnya untuk memastikan siapa yang ia kirimi foto tadi. Wajah Dewi langsung pucat pasi, ketika tahu bahwa ia salah kirim. Sebenarnya ia ingin mengirim foto itu pada Alan untuk memprovokasi Alan. Ternyata malah terkirim pada suaminya."Maaf, Pa. Salah kirim." Dewi menjawab dengan gugup."Terus apa maksud dari foto itu? Dapat darimana?""Mama mau mengirim foto pada Alan, biar ia tahu kelakuan istrinya. Suami sibuk kerja, malah istri sibuk belanja." Dewi sudah mulai bisa menetralisir suasana hatinya. Ia pun sekarang berusaha mempengaruhi suaminya."Ma! Tadi Papa sudah bilang, jangan ikut campur urusan Alan!" Gunawan menjadi kesal."Ma!" Terdengar suara Dwita memanggil mamanya."Iya, Sayang," sahut Dewi, kemudian berjalan untuk menemui Dwita yang duduk di sofa ruang keluarga."Kamu sudah pulang ya? Belanja apa saja? Reza mana?" Dewi tampak sumri
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Dosa Itu Nikmat

"Mama kerepotan mengurus tiga anak, karena Mama nggak mau kalau anak diasuh orang lain," kilah Dewi."Makanya itu, kita sudah sepakat. Papa kerja dan Mama mengurus anak-anak. Aira, Dwita, kalian bisa mencontoh Papa dan Mama. Jadi jangan paksakan bekerja kalau alasannya karena ekonomi. Ingat yang bertugas mencari nafkah itu suami, bukan istri. Istri bekerja untuk membantu suami dan atas izin suami juga." Gunawan menghentikan sejenak ucapannya."Nggak perlu sindir menyindir seperti itu. Aira nggak bekerja, itu sudah kesepakatan Alan dan Aira. Toh Aira bisa menghasilkan uang dengan jualan online, ya kan Aira?""Iya, Pa. Alhamdulillah, untuk tambahan beli bumbu dapur," sahut Aira."Memang berapa sih hasil jualanmu itu? Katanya sarjana, kok malah jualana. Alan, kamu nggak malu punya istri jualan online?" Dewi masih saja menyudutkan Aira."Kenapa malu, Ma? Yang penting halal, dan uangnya bisa digunakan sendiri oleh Aira. Aku nggak pernah nanya, dapat berapa. Karena aku tidak mau mencampuri
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Hampir Ketahuan

"Kamu nggak mau nyamperin?" tanya Gita.Firda tampak ragu-ragu."Dia datang sendirian, lho. Katanya sudah lama tidak bertemu. Apa perlu aku temani?" Gita masih saja menantang Firda untuk melakukan apa yang Gita sarankan.Akhirnya Firda beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat yang dimaksud."Ehem." Firda berdehem ketika sudah dekat dengan orang itu."Firda?" Orang itu tampak terkejut dengan kedatangan Firda."Ya Alan, ini aku. Apa kabar? Boleh aku duduk?" sahut Firda sambil tersenyum dengan manisnya."Bo-boleh," sahut Alan dengan gugup."Kok kayaknya kamu keberatan kalau aku duduk?""Siapa bilang?""Tadi kamu gugup waktu memperbolehkanku." Firda berkata masih dalam posisi berdiri."Oh, tadi aku hanya kaget saja. Tidak menyangka kalau akan bertemu denganmu. Duduklah.""Kamu ada janji bertemu dengan seseorang?" tanya Firda."Iya, urusan pekerjaan. Tapi masih lima belas menit lagi, aku saja yang terlalu cepat datang. Kamu apa kabarnya?" Alan mulai bisa menguasai keadaan. Entah k
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Pinjam Uang

"Sabtu depan Dwita mau lamaran," kata Dewi dengan sumringah."Alhamdulillah, rencana menikahnya kapan?" "Belum tahu. Nanti baru dibicarakan.""Oke, Sabtu nanti aku datang bersama Aira dan Kenzo.""Jangan ajak Aira!" Dewi berkata dengan spontan, membuat Alan mengernyitkan dahi."Kenapa? Aira itu istriku, Ma? Kenapa Mama sangat membencinya?""Mama nggak membenci Aira, hanya saja tidak terlalu suka dengannya. Gara-gara kehadiran Aira, kamu nggak jadi menikah dengan Firda."Alan menghela nafas panjang. Mendengar nama Firda disebut, membuat hatinya bergetar. Nama yang masih tersimpan rapi di hatinya."Ma, aku dan Firda tidak berjodoh. Kami sudah punya kehidupan sendiri-sendiri. Tolong jangan diungkit-ungkit lagi.""Kenapa sih kamu selalu membela Aira?""Karena dia istriku. Ma, kalau Mama kesini hanya untuk menjelek-jelekkan Aira, lebih baik Mama pulang saja. Pekerjaanku masih banyak.""Mama enggak menjelek-jelekkan Aira. Mama hanya bilang nggak usah ngajak Aira di acara lamaran Dwita nant
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Anak Durhaka

"Mama!" teriak Alan.Aira kaget mendengar Alan berteriak, ia pun buru-buru mendekati Alan. Takut terjadi sesuatu pada mama mertuanya. Ia sudah ada di dekat Alan, tapi tidak berani untuk bertanya."Kamu membentak Mama?" Dewi ikut berteriak."Bukan membentak, Ma. Mama dari tadi nyerocos, tidak memberi kesempatan aku untuk berbicara.""Kamu sekarang sudah berubah, kamu bukan Alan yang dulu!""Ma, ada apa Mama menelponku?" tanya Alan dengan suara yang merendah dan berusaha mengalihkan pembicaraan."Mama sedih. Kamu membentak Mama seperti itu. Mama ini yang melahirkanmu, kamu tega menyakiti hati Mama? Ingat Alan, surgamu ada di kaki Mama." Suara Dewi terdengar sesenggukan, entah benar-benar menangis atau sedang memainkan drama."Ma, ada apa?" tanya Alan lagi.Tidak ada jawaban dari sang mama. Dewi segera mengakhiri panggilan itu. Ia kesal karena Alan tadi membentaknya."Huh!" Terdengar hembusan nafas kasar dari Alan. Ia juga kesal dengan mamanya.Aira yang dari tadi melihat Alan, segera be
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Bukan Tamu

"Papa nggak bisa seenaknya membatalkan acara itu!" teriak Dewi. Dwita menangis, tak mampu berkata apa-apa."Semua sudah Mama pesan, Pa! Apa Papa tega mempermalukan keluarga kita di depan keluarga Reza?" Dewi mulai marah."Kenapa nggak tega! Mama saja tega selalu menyalahkan Alan dan Aira. Semua karena ulah Mama!""Pokoknya acara tetap berlangsung! Mama nggak mau kalau sampai batal!""Silahkan saja! Papa malam Minggu akan pergi, Papa juga nggak mau menghadiri acara itu." Gunawan keluar dari kamar diikuti oleh Alan. "Ma, apa yang harus kita lakukan? Aku nggak mau kalau lamaran ini sampai batal!" Dwita menangis lagi."Kamu nggak usah nangis kenapa sih? Masalah tidak akan selesai dengan tangisanmu!" bentak Dewi, membuat Dwita tersentak.Dwita keluar dari kamar mamanya, menuju ke kamarnya sendiri. Ia masih menangis. Alan dan papanya yang duduk di ruang keluarga hanya mengamati langkah kaki Dwita."Maaf, Pa. Gara-gara aku dan Aira semua jadi kacau," kata Alan pada Gunawan."Mamamu itu mem
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status