All Chapters of Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Chapter 331 - Chapter 340

466 Chapters

Aku Rela Dimadu

BRAK!!Pintu kamar terbuka dan Luna masuk ke dalam saat Fabian sedang berganti baju. Fabian terkejut menoleh ke arah Luna dengan alis yang mengernyit.“Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan tadi?” tanya Fabian.Luna menarik napas panjang, berjalan mendekat dan berdiri sejajar di depan Fabian.“Aku dengar. Aku tidak tuli.”“Ya sudah. Kalau gitu, ngapain kamu masih di sini?”Luna terdiam sesaat, menatap tajam ke arah Fabian. Fabian ikut diam dan membalas tatapan istrinya tak kalah tajam.“Kamu kenapa? Ada apa sebenarnya dengan dirimu? Itu yang mau aku tanyakan sedari kemarin.”Fabian tidak menjawab, tapi matanya sudah menjauh dari tatapan Luna.“Apa kamu sudah bosan denganku? Apa kamu sedang menghukumku? Katakan, Fabian!! Katakan ada apa sebenarnya ini?”Fabian belum menjawab hanya jakunnya yang naik turun menelan saliva. Luna masih berdiri menunggu, m
last updateLast Updated : 2024-08-06
Read more

Hati yang Mengalah

“Apa maksudmu, Lun?” tanya Fabian.Pria tampan bermata sipit itu tidak menduga jika istrinya akan berkata seperti ini. Padahal dia sudah yakin jika Luna akan menuruti permintaannya, tapi dugaannya salah.“Aku sungguh-sungguh, Fabian. Aku ... aku rela dimadu. Tidak mungkin juga kamu membiarkan dia menanggung semuanya sendiri. Aku ikhlas, Fabian.”Fabian tertegun, bergeming berdiri di depan Luna. Kemudian tanpa berkata apa-apa, Fabian langsung menarik tubuh Luna masuk dalam pelukannya. Luna hanya diam dan membalas pelukan Fabian. Dia memang sudah lama merindukan suaminya.“Maafkan aku, Luna ... ,” desis Fabian pelan.Luna terdiam, memejamkan mata sambil menikmati semua sentuhan Fabian. Hingga setelah beberapa saat, Fabian mengurai pelukannya dan menatap Luna dengan sendu.“Bagaimana jika aku tidak bisa berbuat adil? Bagaimana jika aku malah menyakitimu, Lun? Tolong, jangan buat aku kebingungan, Luna.&r
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

Saat Kesedihan Menghampiri

“APA??!! Kecelakaan? Fabian kecelakaan?” ucap Luna.Wanita cantik itu sangat terkejut saat mendengar kabar dari polisi yang baru saja meneleponnya.“Iya, benar, Bu. Apa Ibu bisa ke tempat kejadian secepatnya.”Luna refleks mengangguk, meski tangannya terus bergetar hebat. Namun, telinganya sudah merekam alamat yang baru saja dikatakan petugas polisi tersebut.Selang beberapa saat, Luna sudah melajukan mobilnya menuju tempat kejadian. Sepertinya Fabian hendak kembali pulang atau bisa jadi dia sedang dalam perjalanan menuju ke suatu tempat. Yang pasti kecelakaan tersebut tidak jauh dari perbatasan kota dan berada di daerah puncak.Luna melambatkan mobilnya dan gegas keluar menghampiri salah satu petugas polisi yang berada di sana.“Pak, saya keluarga korban. Mana suami saya?” seru Luna.Petugas polisi itu terdiam sambil menatap Luna dengan sendu. Luna penasaran, karena dia belum melihat mobil Fabian.
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

Sakit Fisikmu Tak Sesakit Hatiku

“KAKIKU KENAPA, LUNA? KENAPA?” teriak Fabian.Luna hanya diam menatap Fabian sambil berurai air mata. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi kali ini ke Fabian. Sementara itu Emran dan Widuri gegas bangkit menghampiri Fabian. Emran langsung berdiri di samping Fabian dan memeluknya.“Kamu mengalami patah kaki, Fabian. Itu sebabnya kamu tidak bisa menggerakkan kakimu,” ucap Emran menghibur.Ucapan Emran dibenarkan dengan Widuri yang langsung membuka selimut yang menutupi kaki Fabian. Fabian langsung terdiam membisu dan melirik sekilas ke arah Luna. Entah mengapa dia merasa kali ini Luna menangis bukan karena kakinya patah. Fabian merasa ada yang disembunyikan Luna selain itu.“Lun ... apa benar hanya karena kakiku patah sehingga aku tidak bisa menggerakkan kedua kakiku?” Fabian kini mengajukan pertanyaan ke Luna.Luna menoleh sambil menyeka air mata dengan punggung tangannya. Ia mengangguk sambil terseny
last updateLast Updated : 2024-08-09
Read more

Kebohongan yang Menjadi Kenyataan

“Fabian ingin menikah lagi?” tanya Emran.Pria tampan itu tidak percaya saat mendengar penuturan Luna. Luna tidak menjawab, tapi kepalanya sudah mengangguk mengiyakan pertanyaan Emran. Widuri yang duduk di sebelah Emran hanya diam dan menatap Luna dengan sendu.Sepertinya ucapan Emran tempo hari memang terbukti. Setiap orang yang dekat dan ada di sekitarnya selalu mengalami hal yang sama pernah dia alami dulu. Apa ini karma atau sebuah peringatan atau mungkin juga hukuman?“Nina sudah hamil anak Fabian, Mas, Mbak. Jadi mana mungkin Fabian membiarkan Nina menanggungnya seorang diri.”“Bahkan sudah kasih dp duluan?” sahut Emran lagi.Emran benar-benar tidak percaya dengan ucapan Luna kali ini. Dari penampilannya saja terlihat kalau Fabian tidak seperti itu. Namun, tentu saja semua tidak bisa dilihat hanya dari penampilan. Bukankah Dandy juga terlihat kalem, tapi juga menyimpan banyak rahasia dulu.“Mem
last updateLast Updated : 2024-08-10
Read more

Bermain Hati

“Nin, kamu apa-apaan?” sergah Fabian marah.Nina mengulum senyum sambil mengurai kecupannya. Sementara Luna sudah bergegas keluar kembali saat melihat interaksi mereka berdua tadi.“Kamu tahu kalau aku menyukaimu, Fabian. Jadi anggap saja ciuman tadi sebagai upah karena aku telah membantumu. Oke?”Fabian tidak menjawab, tapi matanya sudah melihat ke arah pintu kamar. Tadi sekilas dia melihat Luna masuk ke dalam. Apa Luna melihat saat Nina menciumnya? Apa Luna marah padanya? Bagaimana kalau dia kembali menyakiti hati istrinya?Fabian menarik napas panjang. Dia sudah bermain terlalu jauh dan ini salah satu konsekuensinya. Fabian tidak bisa mundur kembali dan dia juga tidak mau meluruskan semuanya.“Aku pulang dulu, ya!! Besok aku ke sini lagi. Kamu mau dibawain apa?” Pertanyaan Nina membuyarkan lamunan Fabian.“Gak usah, Nin. Gak usah dibawain apa-apa.”Nina tersenyum sambil mengangguk. &l
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more

Sakit tapi Tak Berdarah

“Kamu sudah bangun?” sapa Luna pagi itu.Fabian hanya diam sambil melihat Luna dengan sudut matanya. Sementara Luna sudah mendekat dan bersiap mengatur posisi tubuh Fabian.“Mama dan Papa sedang keluar untuk sarapan, mungkin sebentar lagi juga kembali.” Luna kembali bersuara meski Fabian tidak menanggapinya.“Kamu mau langsung mandi? Biar aku siapkan airnya dulu, ya?” Lagi-lagi Luna bersuara dan seakan tak peduli dengan reaksi atau tatapan Fabian.“Apa ada yang kamu sembunyikan dariku, Lun?” Tiba-tiba Fabian bertanya seperti itu. Tentu saja pertanyaan Fabian membuat Luna terkejut.Wanita cantik itu menghentikan aktivitasnya dan kini menatap tajam ke arah Fabian. Mata bulat Luna berbinar dengan kedua alis yang terangkat.“Apa maksudmu, Fabian?”Fabian berdecak sambil menghela napas panjang. “Harusnya kamu yang menjelaskan, bukan aku, Luna.”Luna membisu, eks
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

Situasi yang Ambigu

“Aku cacat, tidak mungkin bisa memberi keturunan jika masih bersamamu. Sementara Nina sudah hamil, itu alasan aku memilih dia,” ujar Fabian.Fabian memang mengatakannya dengan lirih dan tanpa tekanan intonasi, tapi tetap saja semua kata yang keluar dari bibirnya terasa menyakitkan bagi Luna.Wanita cantik itu hanya bergeming di posisinya dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun.“Aku janji akan memprosesnya dengan cepat. Aku tidak ingin membuatmu kesulitan, Lun. Kamu juga ingin secepatnya move on, kan?”Lagi-lagi Fabian menambahkan kalimat yang mengiris hatinya. Apa pria ini tidak tahu jika semua ucapannya itu bagai pisau yang memperparah lukanya?“Fabian!! Kamu sudah bangun?” Tiba-tiba Bu Ana masuk ke dalam ruangan dengan wajah semringah. Ada Pak Roni yang mengekor di belakang Bu Ana.Pembicaraan Fabian dan Luna terjeda dengan kedatangan kedua orang tua Fabian. Fabian hanya tersenyum sambil menyapa Bu Ana
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

Jangan Usir Aku!!!

“APA!!!?? Kamu gila, Nina!! Bukankah aku hanya bilang pura-pura,” sentak Fabian.Nina hanya tersenyum saat mendengar jawaban Fabian. Ia terlihat sibuk menyibak rambut gelombangnya sembari duduk menyilangkan kaki.“Aku tahu, Fabian. Namun, kamu juga harusnya tahu kalau aku sudah lama menyukaimu. Jadi apa salah jika aku melakukannya dengan sepenuh hati? Lagipula Luna bersedia kamu duakan, bukan?”Fabian menggeram, mata sipitnya melebar menatap Nina dengan kesal. Fabian tidak menyangka Nina akan berbuat nekat seperti ini. Bukankah ini sama saja dengan memancing ikan di air keruh.“Kebetulan juga Tante Ana dan Om Roni ada di sini. Jadi aku bisa langsung mengatakan tentang hal ini kepada mereka.”Seketika mata Fabian melotot ke arah Nina.“JANGAN COBA-COBA KAMU MELAKUKANNYA, NINA!!!” ancam Fabian.Nina langsung terkekeh melihat reaksi Fabian. Sementara Fabian terlihat kesal. Wajahnya memerah
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

Ancaman Nina

“Kami akan melakukan operasi bedah syaraf Tuan Fabian akhir minggu ini, Dok,” ucap seorang dokter pagi itu.Hari ini Luna masih bertugas menjaga Fabian. Semalam ia kembali berbaikan dengan Fabian dan Luna berharap Fabian tidak bersikap dingin lagi padanya setelah ini. Luna baru saja mendapat informasi dari dokter yang menangani Fabian dan sepertinya Luna antusias mendengarnya.“Iya, Dok. Lalu mengenai pemindahan rumah sakit, bagaimana? Apa sudah bisa dilakukan?” Sebelumnya Bu Ana dan Pak Roni meminta Fabian dipindahkan ke rumah sakit yang sama dengan tempat Luna bekerja. Mereka melakukan itu agar memudahkan Luna mengawasi Fabian.“Iya, sudah kami siapkan semua. Kebetulan juga saya praktek di rumah sakit tersebut. Anda pasti juga tahu.”Luna tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia memang mengenal Dokter Fandi, dokter yang menangani Fabian kali ini. Bahkan Fabian juga mengenalnya dengan baik.“Mungkin
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more
PREV
1
...
3233343536
...
47
DMCA.com Protection Status