All Chapters of Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Chapter 311 - Chapter 320

466 Chapters

Aku Baik-baik Saja

“Pak, ini ada beberapa berkas yang perlu ditanda tangani,” ujar seorang wanita paruh baya.Ivan hanya mengangguk sambil melihat sekilas tumpukan berkas di mejanya. Wanita paruh baya itu adalah sekretaris Ivan. Saat ini Ivan sudah aktif kembali ngantor di tempatnya.“Iya, taruh situ saja, Bu. Habis ini saya periksa.” Ivan menjawab dengan lesu. Sesekali ia menghela napas panjang sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.Wanita paruh baya yang seumuran dengan Bu Ana itu hanya diam melihat Ivan dengan sendu.“Bapak sedang tidak enak badan? Apa perlu saya belikan obat atau apa?”Ivan tersenyum sambil menggelengkan kepala. Bu Hani adalah sekretaris ayahnya dan kini menjadi sekretarisnya. Sejak dulu Bu Hani memang sangat perhatian padanya, bahkan kadang memperlakukan Ivan seperti putranya sendiri.“Gak usah, Bu. Saya baik-baik saja hanya sedikit lelah.”Bu Hani manggut-manggut kemudian sudah pa
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

Aku Patut Membencimu

“Selamat ulang tahun, Tante,” ucap Ivan.Ia langsung berhambur memeluk Bu Ana dan mengecup pipi wanita paruh baya itu. Bu Ana tersenyum dan membalas perlakuan Ivan.“Terima kasih, Van.”“Oh ya, aku punya hadiah buat Tante.” Ivan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya kemudian menyodorkan ke Bu Ana.Bu Ana terdiam saat melihat sebuah kotak perhiasan terbuat dari bludru berwarna merah maron.“Van, Tante sama sekali tidak mengharapkan seperti ini. Dengan kehadiranmu di sini saja, Tante sudah senang.”Ivan tersenyum dan mengangguk. “Tante itu sudah seperti mamaku. Jadi semua yang kulakukan ini anggap saja sebagai ganti yang aku lakukan pada Mama jika beliau masih hidup.”Bu Ana terharu mendengar penuturan Ivan. Kembali wanita paruh baya itu memeluk Ivan dan mengecup pipinya dengan penuh kasih.“Terima kasih, Van. Tante doakan kamu segera mendapatkan jodoh. Semua ya
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Biar Kunikmati Sakit Sendiri

“Ugh ... .”Ivan langsung ambruk ke atas kasur begitu ia masuk kamar. Ia sudah mengerang kesakitan sambil memegang perutnya. Matanya terpejam sambil sibuk meliukkan badannya ke kanan kiri menahan sakit. Ivan tidak menduga kalau sakit yang dideritanya hampir tiga tahun ini akan menjadi seperti ini. Apalagi usai dia memutuskan menghentikan konsumsi obat-obatan.“SIALAN!!! Kenapa sakit sekali?” umpat Ivan di sela kesakitannya.Mata pria tampan itu sudah berair menahan sakit. Bukan hanya sakit fisik yang ia rasakan kali ini, tapi juga hatinya yang belum sembuh benar membuat semakin dalam lukanya. Perlahan Ivan bangkit duduk di tepi kasur sambil menyeka air mata.Namun, kenapa juga air matanya seakan tidak mempunyai tombol off. Kini Ivan benar-benar menangis. Ia menunduk dan membiarkan buliran bening di sudut matanya terus luruh. Banyak kesedihan yang ingin dia tumpahkan, tapi dia tidak punya siapa-siapa di sisinya. Semua yang dia cinta seakan menjauh pergi.
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

Bukan Sebuah Hukuman

“Kamu sudah siuman?” tanya Emran.Ivan hanya diam sambil berulang mengerjapkan mata dan melihat ke sekeliling. Seingatnya dia sedang berjalan menuju ke mobil, kemudian tiba-tiba pandangannya gelap dan tak sadarkan diri. Bisa jadi kini Ivan berada di rumah sakit.Ivan gegas bangkit dan langsung duduk di atas brankar. Emran yang duduk di sebelahnya ikut terkejut dan langsung bangun dari duduknya.“Kamu mau ke mana, Van?” imbuh Emran.“Aku ... aku mau pulang. Aku sudah tidak apa-apa. Aku hanya lelah tadi.” Ivan melepas paksa infus yang menempel di tangannya dan berdiri dari tempat tidur.“Van, kata dokter mereka akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut padamu. Setidaknya kamu menunggu barang satu dua jam untuk memastikan kondisimu.”“Aku baik-baik saja. Aku hanya lelah tadi.” Emran hanya diam, menghela napas panjang sambil melirik Ivan.Padahal dia terpaksa menunda acara keluarga
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more

Berita dari Widuri

“Selamat pagi, Dok!!” sapa seorang suster.Senin pagi Luna sudah beraktivitas seperti biasa. Ia kembali melakoni tugasnya seperti biasa. Luna tersenyum membalas sapaan suster asistennya. Liburan akhir pekan kemarin dihabiskan Luna cukup lama bersama Fabian. Lama-lama dia sudah tidak malu lagi menunjukkan perasaannya kepada Fabian.“Pagi, Sus. Bisa kita mulai sekarang?”Suster itu mengangguk, kemudian sudah memulai tugasnya memanggil satu persatu nama pasien berdasarkan urutan. Hingga akhirnya seorang gadis kecil berusia hampir tiga tahun masuk ke ruang periksa bersama seorang wanita manis berhijab.“Selamat pagi Dokter Luna!” sapa wanita berhijab tersebut.Luna menoleh dan langsung tersenyum. “Mbak Widuri dan Alisyah,” balas Luna.“Iya, sekarang Alisyah yang demam, Dok. Sejak semalam,” jelas Widuri.Luna mengangguk kemudian meminta Alisyah naik ke atas brankar. Tak lama Luna
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

Sakitnya Tuh di Sini

“IVAN!!!” seru Luna.Ia berlari mengejar dua perawat yang mendorong Ivan di atas brankar ke dalam ruang IGD.“Dokter mengenal pasiennya?” tanya salah satu perawat.“Iya. Dia ... dia saudara sepupu suami saya.”Perawat itu mengangguk kemudian sudah menempatkan Ivan ke ruangan khusus untuk mendapatkan pertolongan pertama. Ada seorang dokter bertugas yang menangani. Luna hanya diam memperhatikan.“Dia kenapa, Sus?” tanya Luna kepada perawat yang membawa Ivan tadi.“Ada orang yang menelepon menemukan saudara Anda tak sadarkan diri di parkiran mall.”Luna tercengang dan dia kembali teringat cerita Widuri. Luna jadi penasaran apa yang menyebabkan Ivan jatuh pingsan berulang kali seperti ini.“Bagaimana, Dok?” tanya Luna. Kali ini dia bertanya kepada dokter yang baru saja melakukan pemeriksaan.“Sepertinya dia kelelahan atau bisa jadi ada penyebab yan
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

Bahagia di atas Luka

“Lun, kamu bisa ajukan cuti seminggu, gak?” tanya Fabian pagi itu.Luna yang sedang asyik menyiapkan sarapan pagi menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Fabian.“Cuti seminggu? Memangnya mau ke mana?” Luna balik bertanya.Fabian berjalan mendekat dengan senyum malu-malu ia merengkuh pinggul Luna merapat ke tubuhnya.“Aku mau mengajakmu honeymoon.” Seketika wajah Luna merona merah dan gegas menunduk menghindar dari tatapan Fabian. Fabian tersenyum dan semakin gemas melihat reaksi istrinya.“Kenapa? Kamu keberatan?”Luna membisu hanya helaan napasnya saja yang terdengar keluar masuk tak berjeda. “Eng ... bukannya setiap hari kita sudah ---“Belum sempat Luna meneruskan, Fabian sudah menarik dagu Luna hingga mata mereka saling bertemu.“Iya, kita sudah sering melakukannya. Hanya saja aku ingin lebih sering. Kamu tahu, usiaku sudah tidak muda, Lun. Aku ingin lekas punya anak dan tidak mau menundanya.”
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

Ivan yang Malang

“Pagi, Bu Hani. Apa Pak Ivan ada?” tanya Emran.Sudah hampir seminggu berselang sejak Ivan didatangi dua deb kolektor ke kantornya. Kali ini Emran sengaja datang ke kantor Ivan.“Maaf, Pak. Pak Ivan tidak ada di tempat. Saya pikir beliau ada di lokasi proyek,” jawab Bu Hani.Emran tampak terkejut, menatap Bu Hani dengan kedua alis yang terangkat.“Memangnya dia bilang seperti itu?”“Iya, Pak. Hari senin kemarin Pak Ivan bilang kalau akan seminggu berada di lokasi proyek. Memang sudah hampir seminggu ini Pak Ivan tidak ke kantor dan saya berasumsi beliau ke lokasi proyek,” jelas Bu Hani.Emran terlihat bingung. Ia menghela napas sambil sesekali mengurut dagunya.“Saya sudah hampir seminggu juga ke lokasi proyek, Bu dan saya tidak pernah bertemu Ivan. Padahal banyak hal yang ingin saya bicarakan dengan Ivan. Itu sebabnya saya datang ke sini.”Bu Hani terlihat panik sekaligus bingung. Bayang-bayang dua pria penagih hutang yang tempo hari datang terlintas di benaknya dan entah mengapa wani
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Kenyataan Tentang Ivan

“Fabian, kamu berada di mana sekarang?” tanya Bu Ana melalui panggilan telepon.Fabian yang sedang duduk di ruang tunggu bandara terlihat terkejut. Pasalnya suara Bu Ana terdengar seperti orang yang menangis saat ini. Hari ini memang Fabian dan Luna hendak bertolak pulang ke rumah usai melakukan honeymoon. Namun, Fabian sangat terkejut saat mendengar panggilan dari ibunya.“Ada apa, Ma? Mama kenapa? Kok seperti menangis begitu?”Bu Ana tidak menjawab, tapi Fabian malah mendengar suara isakan terdengar jelas di sana. Fabian kebingungan, menoleh ke arah Luna yang duduk di sebelahnya. Ekspresi Luna sama dengan Fabian kali ini. Fabian menghela napas panjang kemudian kembali bersuara.“Kami sedang menunggu pesawat delay, Ma. Namun, Mama jangan khawatir sebentar lagi juga akan take off. Mama kenapa?”Hening, tidak ada suara malah isak tangis Bu Ana yang jelas. Lagi-lagi Fabian kebingungan dan berulang menoleh ke arah L
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

Permintaan Ivan

“Kamu sudah bangun?” tanya Luna.Ivan menoleh ke samping dan terkejut saat melihat Luna sedang duduk di sebelahnya. Mata Ivan terlihat sayu, tapi tampak jelas kebencian di sana.“Untuk apa kamu di sini? Mana Tante Ana?” Ivan malah balik bertanya.“Mama sedang membeli makan, jadi aku yang menggantikannya. Apa kamu membutuhkan sesuatu?”Ivan berdecak sambil memalingkan wajah menghindar dari Luna. Luna terdiam melihat reaksi Ivan. Lama-lama dia sudah terbiasa menghadapi sikap anti pati Ivan padanya.“Aku sudah tahu mengenai penyakitmu, Van. Kenapa kamu menyembunyikannya selama ini?”Ivan terdiam dan wajahnya masih menghadap ke sisi lain Luna. Dia sama sekali tidak mau melihat Luna.“Aku juga diberitahu Tante kalau kamu tidak mau menjalani pengobatan seperti sebelumnya. Kenapa, Van? Apa kamu sudah menyerah?”Ivan berdecak dan kini melihat ke arah Luna. “Memangnya apa
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more
PREV
1
...
3031323334
...
47
DMCA.com Protection Status