All Chapters of Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Chapter 321 - Chapter 330

466 Chapters

Rasa yang Ambigu

“Jadi apa kamu mau melakukannya, Luna?” tanya Ivan.Luna hanya terdiam, mengatupkan rapat bibirnya sambil menatap Ivan tanpa kedip. Ia tidak menduga, Ivan akan berkata seperti itu. Padahal jelas kalau hal itu tidak dapat dia lakukan. Apa Ivan sengaja melakukan semua ini karena dia sudah putus asa?Ivan tersenyum sumbang sambil melirik Luna dengan sinis.“Kamu tidak bisa melakukannya, bukan? Sudah kutebak.”Ivan menarik napas panjang, kemudian sudah tidur miring membelakangi Luna. Luna hanya diam membisu sambil menatap Ivan. Ada buliran bening di sudut matanya bahkan kini matanya sudah berkabut.Tanpa diketahui Luna dan Ivan, ada Fabian yang sedang berdiri tegak di depan pintu mendengar semua percakapan mereka. Fabian sengaja kembali untuk mengambil barang yang ketinggalan. Namun, dia urung masuk saat melihat interaksi yang dilakukan Ivan dan Luna. Fabian semakin terkejut saat mendengar apa yang baru saja dikatakan Ivan tadi.
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

Pengakuan Fabian

“Ivan mencarimu, Fabian,” ucap Luna.Wanita cantik itu baru saja keluar dari kamar rawat inap Ivan dan melihat Fabian hanya duduk diam di teras depan kamar Ivan. Fabian menoleh, tersenyum sambil mengangguk.“Iya. Aku akan menemuinya.” Fabian gegas berdiri dan berlalu masuk ke dalam ruang rawat inap tanpa menunggu Luna.“Hei, Bro!! Ngapain nyariin aku?” sapa Fabian ramah ke Ivan.Ivan tersenyum kemudian meminta Fabian duduk di kursi dekat tempat tidurnya.“Fabian, aku minta kamu mau melakukan sesuatu untukku kali ini.”Fabian terdiam mengernyitkan alis melihat ke arah Ivan.“Apa maksudmu, Van? Jangan ngomong aneh-aneh!!”Ivan tersenyum miring sambil menghela napas panjang. “Aku gak ngomong aneh-aneh. Aku hanya ingin kamu membantu.”“Membantu apa?” Fabian mencondongkan tubuhnya ke Ivan.“Aku ingin perusahaanku dimerger oleh Om
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

Kembalilah Padanya

“FABIAN!!!” seru Luna.Wanita cantik itu sudah berdiri di depan pintu dan menatap Fabian dengan amarah. Ivan hanya terdiam sambil melihat ke arah Fabian dan Luna. Fabian hanya membisu sambil menoleh ke arah Luna. Langkah Luna sangat tegas, kemudian berhenti dan berdiri tegak di depan Fabian.“Kamu apa-apaan, Fabian? Memangnya aku barang, seenaknya kamu pindah tangankan?” sentak Luna.Fabian tidak menjawab hanya menghela napas sambil menatap Luna dengan sendu. Belum sempat Fabian bersuara, tiba-tiba pintu terbuka. Ada Bu Ana dan Pak Roni berdiri di depan pintu.“Kalian berkumpul di sini semua. Apa Ivan sudah lebih baik?” tanya Pak Roni.“Iya, Pa. Dia sudah lebih baik.” Fabian yang menjawab. Ia sudah bangkit dari duduknya dan menyilakan Bu Ana yang duduk.“Aku dan Luna sedang berdiskusi mencari rumah sakit yang cocok untuk pengobatan dia selanjutnya. Benar kan, Babe?” Fabian kini ters
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

Lain di Bibir Lain di Sikap

PLAK!!Sebuah tamparan hinggap di pipi Fabian membuat pria tampan bermata sipit itu tercengang bahkan spontan dia mengelus pipinya kali ini. Mata Luna tampak berkabut menatap Fabian dengan tangan yang gemetaran. Baru pertama kali Luna menampar Fabian dan itu membuatnya terluka.“Aku ... aku sengaja melakukannya supaya kamu berhenti omong kosong, Fabian!!!” ucap Luna.Fabian hanya diam dan tangannya masih sibuk mengelus pipinya yang kesakitan.“Seenaknya kamu bicara seperti itu seakan aku tidak punya hati. Kamu tidak tahu bagaimana perasaanku, kan?”Fabian belum menjawab, tapi mata sipitnya sudah melihat Luna dengan sudut mata.“Aku hanya mencintai Fabian Baskara. Bagaimana mungkin kamu memintaku pergi? Aku hanya mencintaimu, bukan yang lain. Tolong ... jangan bicara tentang ini lagi!! Aku mohon.”Fabian trenyuh mendengar ucapan Luna. Semua yang dikatakan Luna benar. Dia sama sekali tidak mau tahu pe
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

Alasan Fabian

“Lun, malam ini aku gak pulang. Aku ada tugas keluar kota,” ujar Fabian.Usai melihat interaksi mesra Luna dan Ivan di kamar rawat inap, Fabian memutuskan berkata seperti itu. Mungkin ada baiknya dia yang pergi dan membiarkan sepasang kekasih itu bersatu lagi.“Kok dadakan, Fabian? Kamu bahkan tidak memberitahu aku saat siang tadi.” Luna sudah melakukan protes di seberang sana.Fabian berdecak. Ia masih berada di dalam mobil parkiran rumah sakit tempat Luna bekerja. Sesekali Fabian mengacak rambutnya sambil menggelengkan kepala. Entah apa alasan dia melakukan ini, yang pasti Fabian tidak mau membuat dia semakin merasa bersalah.“Maaf, Babe. Aku juga baru mendapat kabarnya petang ini. Aku gak lama, kok. Palingan cuman tiga hari.”“TIGA HARI??” Di seberang sana Luna terperangah kaget. Wanita cantik itu terdiam sambil menghela napas panjang. Sepertinya Fabian bisa merasakan reaksi Luna kali ini.&
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Salah Paham Berawal

Beberapa jam sebelumnya ... Tanpa sengaja Fabian bertemu dengan Nina. Fabian memang sudah lama mengenal Nina. Nina salah satu putri teman orang tuanya. Hanya saja Fabian tidak tahu jika Nina sempat dikenalkan ke Ivan dan Ivan menolaknya. “Fabian!! Kamu di sini?” sapa Nina. Nina baru saja bertemu dengan salah satu rekan bisnisnya di hotel tersebut. Kebetulan Fabian menginap di sana semalam. Ia baru datang dan hendak beristirahat. Dia terkejut saat melihat Nina ada di sana. “Eh, iya, Nin. Tumben kamu di sini. Ngapain?” Nina tersenyum sambil menyibak rambut bergelombangnya. “Biasa, ketemuan ama klien. Kamu sendiri ngapain di sini?” Fabian tersenyum meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Sama kayak kamu, mau ketemuan ama teman.” Kali ini terpaksa Fabian berbohong, untungnya Nina tidak mencurigainya. “Apa sudah ketemu?” Fabian menggeleng sambil menghela napas panjang. “Gak. Mereka baru saja membatalkannya dan aku mau balik pulang.” Lagi-lagi Fabian berbohong. Entahl
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more

Dua Pria Dua Masalah

“Ini tidak seperti yang kamu duga, Luna. Aku pulang!!” ucap Fabian.Ia langsung mengakhiri panggilan dan menyimpan ponselnya. Nina yang duduk di depan Fabian terlihat bingung dan menatap Fabian penuh tanda tanya.“Kamu ada masalah?” tanya Nina.Fabian tersenyum sambil menggeleng. “Gak. Hanya saja aku harus balik duluan, Nin. Makasih atas traktirannya, ya!!”Fabian sudah bangkit dan berlalu pergi meninggalkan Nina. Nina hanya diam sambil menganggukkan kepala dengan kikuk. Kalau mau jujur, dia senang dengan pertemuan kali ini. Dari dulu, Nina memang sudah suka Fabian, hanya saja pria itu seakan sengaja memberi jarak dengannya.Nina menghela napas panjang sambil melihat punggung Fabian yang sudah menghilang di balik pintu.Fabian langsung ke kamarnya, membereskan barang kemudian melakukan chek out. Ia harus lekas pulang kali ini. Entah apa reaksi Luna, yang pasti dia sudah siap apa pun itu.Pukul tujuh
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

Apa Salahku?

“Van ... aku mohon, jangan bicara seperti itu,” ucap Luna.Wanita cantik itu menatap sendu ke arah Ivan. Sementara Ivan hanya diam sambil menatap kosong. Perlahan Luna bangkit dan duduk di tepi brankar sambil mengelus lembut tangan Ivan.“Aku akan selalu menemani kamu. Asal kamu mau melakukan semua pengobatan ini. Aku janji, Van.”Ivan mendengus sambil terkekeh lirih. Ia sudah membalikkan badan dan menatap Luna dengan mengejek.“Seingatku kamu adalah orang yang sudah ingkar janji. Mengapa sekarang aku harus percaya padamu?”Luna berdecak sambil menganggukkan kepala. Ia membenarkan ucapan Ivan dan Luna sama sekali tidak menyangkalnya.“Terserah apa anggapanmu, yang pasti kali ini aku bersungguh-sungguh, Van.”Ivan hanya diam sambil menatap dalam ke arah Luna. Luna tersenyum sambil mengelus lembut tangan Ivan seakan sedang menyakinkannya.Selang beberapa saat Ivan sudah ditangani ol
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more

Siapa yang Paling Sakit

“Dok, Anda baik-baik saja?” tanya asisten suster.Luna yang baru saja kembali dari ruang pertemuan terlihat lesu dan itu sebabnya asisten susternya bertanya. Luna tersenyum sambil mengangguk.“Iya, saya baik-baik saja, Sus. Bisa kita mulai sekarang!”Tak berapa lama Luna sudah terlihat sibuk melayani para pasiennya. Dia sudah melupakan kejadian di ruang tunggu tadi dan fokus pada pasiennya.Sementara itu, beberapa jam kemudian, Fabian sudah menyelesaikan sesi pertama seminar tersebut. Dia sudah berada di ruang tunggu dan hanya duduk terdiam di sana. Nina masih melakukan sesi berikutnya sehingga tidak menemani Fabian.“Pak Fabian, terima kasih atas kedatangannya,” ucap ketua panitia.Fabian hanya manggut-manggut sambil tersenyum.“Kalau sudah selesai, saya mau undur diri.” Fabian sudah berpamitan dan berlalu pergi meninggalkan ruang tunggu tersebut.Ia kini berjalan menuju gedung s
last updateLast Updated : 2024-08-04
Read more

Hati yang Tersakiti

“Kamu kenapa lagi, Van?” tanya Luna.Wanita cantik itu melihat Ivan sedang meringkuk kesakitan sambil memegang perutnya. Luna gegas menekan panic button. Ia tidak mau Ivan terlambat mendapatkan penanganan. Selang beberapa saat terlihat dua orang suster datang menghampiri Luna.“Sus, sepertinya dia kesakitan,” ucap Luna.Dua orang suster itu segera mengambil tindakan. Sepertinya mereka sudah mendapat petunjuk dari dokter yang menangani Ivan apa yang harus mereka lakukan. Luna membiarkan Ivan dalam penanganan dua suster itu, sementara dia berjalan keluar.Namun, langkah Luna terhenti saat melihat Fabian sudah tidak berada di sana. Helaan napas panjang keluar tergesa dari bibir Luna. Matanya beredar dan tampak berkabut, sementara hatinya sudah kacau balau tak karuan.“Apa yang kamu sembunyikan dariku, Fabian?” gumam Luna.Dia masih berdiri diam menatap kosong ke depan hingga sebuah tepukan mendarat di bahu Lu
last updateLast Updated : 2024-08-05
Read more
PREV
1
...
3132333435
...
47
DMCA.com Protection Status