All Chapters of Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Chapter 341 - Chapter 350

466 Chapters

Pemain Sandiwara

“Kamu memang gila, Nina!!” sentak Fabian.Nina terkekeh mendengar ucapan Fabian. Fabian semakin kesal melihat ulah wanita berambut gelombang itu.“Aku dari dulu memang sudah tergila-gila padamu. Sayangnya kamu yang tidak pernah tahu perasaanku. Jadi apa salahnya aku gunakan kesempatan emas ini untuk mendapatkanmu.”Fabian berdecak, menggelengkan kepala dengan mata sipitnya yang melebar menatap ke arah Nina.“Lalu apa yang akan kamu dapatkan dari pria cacat sepertiku? Apa kamu tidak tahu kalau aku lumpuh? Kamu selamanya akan merawat aku, Nin. Kamu mau?”Nina terdiam sesaat, memindai tubuh Fabian dengan netra coklatnya. Kemudian tak lama Nina tersenyum dan Fabian benar-benar kebingungan sendiri mengartikan senyuman Nina.“Bukankah itu kebetulan, Fabian. Selamanya kamu akan tergantung padaku dan aku suka itu.”Fabian tampak terkejut dengan ucapan Nina. Dia tidak menduga Nina akan berkata se
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Rebut Suamimu, Luna!!!

“Sepertinya bertambah satu orang lagi yang termakan sandiwaramu, Fabian,” ujar Nina.Fabian hanya diam menarik napas usai mengurai pelukannya dengan Nina. Fabian melihat ke arah pintu yang baru saja tertutup. Ia yakin Ivan sudah berasumsi aneh tentang interaksinya kali ini dengan Nina.“Apa mau aku bantu menjelaskannya, Fabian?” tawar Nina.Fabian tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Gak usah. Biar aku sendiri yang melakukannya. Tugasmu sudah selesai sampai sini. Terima kasih.”Nina manggut-manggut sambil sibuk merapikan rambut gelombangnya. Kemudian ia meneruskan menyuapi Fabian makan dan sepertinya Fabian tidak menolak.Sementara itu, Ivan sudah berjalan ke taman menghampiri Luna yang sedang duduk sendiri. Ivan memang baru saja keluar dari rumah sakit. Dia ingin melihat keadaan Fabian dan memutuskan ke sini langsung. Tidak disangka Ivan malah melihat interaksi Fabian dan Nina tadi.Sebelum masu
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Pura-pura Ikhlas

“Apa Nina sudah pulang?” tanya Luna.Ia sudah masuk ke dalam ruangan Fabian beberapa saat tadi dan melihat Nina sudah tidak berada di kamar. Memang usai berbincang dengan Ivan di taman depan, Luna memutuskan ke kantin bersama Ivan. Itu sebabnya dia tidak melihat saat Nina pulang.Fabian tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Iya. Apa kamu bertemu Ivan tadi?”Fabian malah sibuk bertanya tentang sepupunya kali ini. Mungkin karena Ivan sempat berkata hendak menemui Luna sehingga pria tampan bermata sipit itu bertanya. Luna tersenyum sekilas.“Iya, dia baru saja aku suruh pulang. Dia baru keluar dari rumah sakit dan aku rasa dia tidak boleh memforsir tenaganya dulu.”Fabian hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Satu sisi hatinya teriris nyeri saat mendengar ucapan Luna yang penuh perhatian pada Ivan. Bagaimanapun Luna masih menyayangi mantan kekasihnya, itu yang sedang bergelayut di benak Fabian.&ldqu
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

Salah Paham Berulang

Luna keluar dari mobil kemudian berjalan tergesa sambil membawa barang belanjaan ke dalam rumah. Ia ingin segera memasak untuk Fabian dan kembali ke rumah sakit. Tiba di depan pintu, Luna tercengang saat mendapati pintu rumahnya tidak terkunci.Luna terdiam sesaat. Memang semalam dia tidak pulang, tapi ada Bu Ana dan Pak Roni yang menempati rumahnya. Apa mungkin Bu Ana lupa mengunci pintu saat keluar tadi? Hanya itu yang menjadi tanya di benak Luna.Helaan napas panjang pendek keluar bergantian dari bibir wanita cantik itu. Untung saja perumahan tempat Luna tinggal ini merupakan perumahan elit dengan one gate sistem. Rasanya tidak mungkin jika ada maling atau orang jahat yang masuk sini tanpa sepengetahuan sekuriti.Luna menepis beberapa bayangan di benaknya dan memutuskan masuk rumah saja. Ia terlihat sibuk, tangannya penuh membawa belanjaan dan tidak memperhatikan sekitar. Namun, langkahnya langsung terhenti begitu tiba di area dapur.Berulang Luna meng
last updateLast Updated : 2024-08-19
Read more

Penjelasan Nina

“Sini, Lun!! Fabian nungguin masakanmu dari tadi,” ujar Nina.Luna tersenyum samar sambil berjalan mendekat. Ia mengeluarkan makanan yang baru saja dimasaknya untuk Fabian.“Mau makan sekarang?” tawar Luna.Fabian mengangguk sambil tersenyum. Tak lama kemudian Luna terlihat sibuk menyuapi Fabian, sementara Nina memilih bergabung dengan Bu Ana dan kedua orang tuanya. Entah apa yang dibicarakan kini, yang pasti Luna melihat keakraban mereka berempat.“Apa Ivan ada di rumah?” tanya Fabian tiba-tiba.Luna menghentikan gerakan tangannya dan mendongak ke arah Fabian. Fabian sedang menatapnya penuh cinta dan tersenyum manis ke arah Luna.“Kamu tahu kalau Ivan ada di rumah?” Luna malah balik bertanya.Sebuah helaan napas panjang keluar dari bibir Fabian. “Iya, Mama yang bilang barusan. Mama lupa gak sempat ngasih tahu kamu. Kamu gak masalah, kan?”Luna terdiam sesaat, kemudian
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

Berhenti Bohongi Aku

“Apa kamu melihatnya tadi?” tanya Fabian.Luna menarik napas panjang sambil berdecak kesal. “Tentu saja. Aku masih punya mata. Aku bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan Nina padamu tadi.”Fabian membisu, melihat Luna dengan sudut matanya. Fabian sedikit terkejut dengan jawaban Luna kali ini. Tidak biasanya, istri cantiknya ini berkata ketus seperti itu seakan sedang menahan amarah padanya. Apa Luna marah padanya? Karena apa? Hanya itu tanya yang kini bergelayut di benak Fabian.“Aku lelah. Aku juga mau istirahat. Kamu cepat tidur, ya.”Luna bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sofa. Lagi-lagi sikap Luna menunjukkan hal yang di luar dugaan. Fabian tidak protes, tapi kalau mau jujur ia sedikit merasa bersalah dengan sikap Luna. Wanita mana juga yang tidak akan marah jika setiap saat disuguhkan kemesraan suami dengan calon madunya.“Kamu marah padaku, Babe?” Tiba-tiba Fabian bersuara. Luna ya
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

Berada di Situasi yang Tak Diinginkan

“Dokter Luna, lebih baik Dokter menunggu di luar saja,” pinta seorang perawat.Luna menoleh, matanya menyalang dengan wajah merah padam dia menatap tajam ke arah perawat tersebut. Bahkan kini terdengar bunyi gemelatuk yang keluar dari mulutnya karena sibuk menahan amarah.“Suster tahu siapa yang berada di dalam sana? Itu suami saya. Suami saya. Jadi apa menurut Suster, saya akan mau menunggu di luar?”Perawat itu terdiam, menatap Luna sambil menganggukkan kepala berulang.“Iya, saya tahu, Dok. Saya hanya minta Dokter sabar. Biarkan Dokter Fendi bekerja dengan tenang di dalam sana.”Luna membisu, dia menyadari ucapan perawat di depannya. Dia memang sempat histeris tadi bahkan sampai memukul kaca jendela tempatnya menyaksikan Fabian di dalam sana. Luna menarik napas panjang sambil menganggukkan kepala.“Iya. Saya minta maaf. Saya akan tenang kali ini.”Perlahan Luna menjauh dari jendela ka
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Tak Mau Mendua

“Lun, kamu jangan salah sangka. Aku ... aku sudah mencoba membangunkanmu tadi,” ujar Ivan.Luna tidak peduli, ia mendorong tubuh Ivan menjauh dan membuat pria bertubuh sedikit kurus itu terjatuh ke lantai. Ivan hanya diam sambil menatap Luna. Sama halnya dengan Ivan, Luna kini membisu duduk di atas kasur sambil menghindari tatapannya.“Lebih baik kamu keluar, Van!!” pinta Luna.Ivan tidak bersuara. Ia mengangguk, bangkit dari lantai dan berjalan keluar kamar. Sementara itu Luna kini tampak terdiam sambil berulang menghela napas panjang.“Gak ... situasi seperti ini gak boleh terjadi lagi. Aku gak mau terjebak di dalam cinta segitiga lagi,” lirih Luna dalam hati.Ia bergegas bangkit dari kasur, berjalan menuju pintu dan menguncinya. Selanjutnya Luna membisu di balik pintu sambil mengurut dadanya. Ia memejamkan mata seakan sedang menenangkan diri. Situasi inilah yang tidak mau dia alami. Itu juga sebabnya dia menol
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

Cemburu Tak Kenal Waktu

“Memangnya harus selingkuh dulu hanya untuk memuaskan hasratku? Aku bisa menyewa orang, kan? Tanpa selingkuh,” jawab Luna dengan santainya.Fabian malah tercengang dengan jawaban istrinya. Dia tidak menyangka Luna akan berkata seperti itu.“Kamu sungguh-sungguh dengan ucapanmu, Lun?”Luna terdiam sesaat, menatap Fabian dengan sendu sambil menghela napas berulang. Setelah cukup lama, Luna menggeleng.“Enggak. Aku gak akan pernah melakukan itu, Fabian. Masa kamu gak tahu aku?”Fabian menarik napas panjang menunjukkan kelegaannya kemudian melihat Luna dengan sudut matanya.“Terus kok ngomong kayak gitu tadi. Kamu membuat aku cemas, Lun.”Luna tersenyum penuh kemenangan sambil menjentik hidung Fabian.“Aku gemas saja sama kamu. Kamu terus-terusan mempermainkan perasaanku dan apa salahnya tadi aku sedikit menggodamu.” Fabian hanya diam sambil menatap lembut ke arah Luna.
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more

Yang Tak Diinginkan

“Kenapa, Lun?” tanya Ivan.Luna tidak menjawab, ia mematikan kompor dan berjalan tergesa masuk ke dalam kamar. Sementara Ivan hanya diam sambil mengamati kepergian Luna dengan sudut matanya. Ivan tidak tahu kalau semua yang ia lakukan tadi dilihat oleh Fabian.Ivan menarik napas panjang, mempercepat memotong sayur dan menyudahi semuanya. Lagi-lagi dia harus terjebak dengan perasaan bersalah.Luna masuk ke dalam kamar dan melihat Fabian sedang duduk di kursi roda di depan balkon. Luna berjalan menghampiri kemudian duduk bersimpuh di sebelah Fabian.“Apa kamu yang tidak sengaja memecahkan vas tadi?” tebak Luna.Fabian tidak menjawab hanya lirikan mata sipitnya yang terlihat kali ini. Luna menghela napas panjang sambil mengelus lengan Fabian. Fabian membisu dan hendak menarik tangannya, tapi keburu dicegah Luna.“Please ... Fabian. Jangan begini, aku gak ada apa-apa dengan Ivan. Ia hanya membantuku tadi.”
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
47
DMCA.com Protection Status