All Chapters of Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Chapter 291 - Chapter 300

466 Chapters

Kecurigaan Fabian

“Van, kamu apa-apaan, sih!!” seru Luna.Ia marah dan langsung menarik tangannya dari genggaman Ivan. Ivan hanya diam membisu menatap Luna dengan sudut matanya.“Aku gak mau memperkeruh keadaan, Van. Tolong, mengertilah!!” imbuh Luna.Ivan berdecak, melipat tangan di depan dada sambil melirik Luna dengan sebal.“Lalu selama ini menurutmu bagaimana? Apa aku kurang mengerti? Kurang bersabar?”Luna terdiam dan menundukkan kepala. Ivan menoleh ke arah Luna sambil menatap tajam wanita cantik itu.“Aku punya ide, Sayang. Bagaimana kalau sekarang saja kamu katakan sebenarnya ke Fabian tentang hubungan kita? Bukankah semakin cepat semakin baik.”Sontak Luna mengangkat kepala dan melotot ke arah Ivan.“Kamu memang gila, Van. Kamu ingin mempersulitku.”Lagi-lagi Ivan berdecak sambil menggelengkan kepala. “Tidak. Aku sama sekali tidak mempersulitmu, Kamu yang mempersu
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

Debaran di Dada Luna

“Eh ... kamu jangan salah sangka, Fabian.”Luna bersuara sambil memutar tubuhnya. Kini dia tidur berhadapan dengan Fabian masih dalam pelukan Fabian. Fabian hanya diam. Mata sipitnya menelisik Luna seakan memastikan ucapan istri cantiknya ini.“Tadi kami hanya bercanda. Aku ... aku dan Ivan ... eng ... kami memang sudah saling kenal sebelumnya. Dia kakak tingkatku saat kuliah,” jelas Luna.Fabian tampak terkejut. Mata sipitnya membola dan masih menatap Luna dengan seksama. Luna tersenyum sambil menghela napas panjang. Sebisa mungkin dia mengolah udara di dadanya agar tidak terlihat gugup.“Aku sebenarnya sedikit kesal saja dengannya, Ivan sering mengerjaiku saat kuliah. Itu sebabnya saat awal bertemu dulu, aku sedikit tidak suka.”Luna berusaha menjelaskan mengenai sikapnya di awal pertemuan dengan Ivan dulu. Fabian langsung tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Ya ... aku paham dengan sikapmu. Iva
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Kejutan untuk Luna

“Dokter Luna, istri Pak Fabian??” seru yang lain.Luna tersenyum sambil mengangguk. Fabian juga mengangguk. Sementara Heni dan beberapa rekan dokter yang lain hanya tertegun menatap Fabian dan Luna.“Kami permisi sebentar, ya!!!” ucap Fabian kemudian. Ia langsung menggandeng tangan Luna meninggalkan tempat makan dan juga rekan Luna yang lain.Tak ayal sudah terdengar suara berbisik di belakang mereka dan entah mengapa Luna merasa senang. Seolah-olah baru memenangkan sebuah piala penghargaan. Fabian melirik sekilas ke arah Luna.“Kenapa tersenyum?”Luna menggeleng sambil menoleh ke arah Fabian. “Gak papa. Sepertinya namamu cukup terkenal di kalangan dokter, ya?”“Masa, sih? Aku gak tahu.”Luna langsung tertawa sambil menggelengkan kepala mendengar jawaban Fabian. Fabian hanya mengulum senyum sambil melirik istrinya sekilas. Mereka sudah berjalan beriringan meninggalkan lokasi
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Kegundahan Luna

“Mungkin seperti itu sekarang, tapi kita tidak tahu yang akan terjadi besok, lusa atau minggu depan,” jawab Fabian dengan santainya.Luna terdiam. Andai Fabian tahu, ada janji yang harus ia tepati pada Ivan. Namun, tanpa diminta juga banyak rasa yang sudah dimiliki Luna untuk Fabian kali ini.“Ayo, kita masuk!!! Ini kuncinya, rumah ini aku cantumkan atas namamu dan sudah sepenuhnya menjadi milikmu. Jadi kamu yang berhak membukanya untuk pertama kali.”Luna semakin kelimpungan mendengar ucapan Fabian. Bagaimana mungkin dia menolak semua ini? Apa jadinya juga jika Fabian tahu kalau ada rahasia yang disembunyikan Luna selama ini?“Ayo, Lun!! Tunggu apa lagi?”Lagi-lagi suara Fabian membuyarkan lamunan Luna. Dengan gugup, Luna berjalan mendekat ke pintu rumah kemudian memasukkan anak kunci dan membukanya. Luna semakin terkejut saat melihat bagian dalam rumah yang sudah tertata indah lengkap dengan interior dan perabo
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

Hadiah atau Kejutan

“IVAN!!! Apa yang kamu lakukan di sini?” seru Luna.Dia sangat terkejut saat melihat Ivan sedang berdiri di depan pintu ruang prakteknya. Ivan tersenyum sambil melirik sekilas buket bunga yang diletakkan Luna di sudut ruangan.“Bunganya sudah datang ternyata. Kamu suka?” Alih-alih menjawab pertanyaan Luna, Ivan malah bertanya yang lain.Luna tidak menjawab malah menyilakan Ivan masuk. Dia tidak mau rekan sekerjanya tahu kalau ada pria lain yang bukan suaminya menemui di luar jam praktek.“Kenapa kamu ke sini? Katanya kamu keluar kota.”Ivan berdecak duduk di kursi depan meja Luna sambil menyandarkan punggungnya. Pria tampan itu duduk dengan santai sambil melipat tangannya.“Hari ini pacarku ulang tahun. Masa aku tidak datang menemuinya.”Luna membisu dan menundukkan kepala. “Kamu sudah mengirim bunga. Aku rasa itu sudah cukup.”“Ck ... ck ... jadi kini kamu sudah
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

Spesial Part From Fabian

“Kamu baru datang?” tanya Fabian malam itu.Pukul delapan malam, Luna baru saja tiba di rumah dan dia sangat terkejut saat melihat Fabian sudah datang. Padahal kemarin Fabian bilang kalau akan pulang larut malam.“Iya, maaf, Fabian. Aku tidak tahu kalau kamu datang lebih awal. Aku belum masak.”Fabian tersenyum sambil menggelengkan kepala. Perlahan ia mendekat kemudian berdiri diam di depan Luna. Kini tangan Fabian selalu otomatis merengkuh pinggul Luna jika mereka berdiri sejajar seperti ini. Kemudian pria tampan bermata sipit itu akan membawa istri cantiknya masuk dalam pelukannya. Anehnya Luna hanya menurut dan terdiam dengan perlakuan Fabian.“Gak papa. Hari ini kamu ulang tahun, kan? Kita rayakan dengan makan di luar, yuk!!”Luna terdiam, perlahan ia mendongak menatap wajah Fabian yang berada sangat dekat di depannya. Mata bulat Luna yang indah kini berulang mengerjap dan Fabian melihat dengan jelas banyak b
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

Lagi-lagi Curiga

Seketika Luna dan Fabian mengurai pagutan mereka. Luna langsung terkejut saat melihat Emran dan Widuri sedang berdiri di depan mereka.“Mas Emran, Mbak Widuri,” desis Luna.Fabian langsung tersenyum meringis sambil melirik ke arah Emran. Emran hanya menggelengkan kepala. Dia pernah berada di momen seperti ini dan tentu saja bisa merasakan apa yang Fabian rasakan.“Maaf, kami mengganggu kalian.” Kini Widuri yang bersuara. Wanita manis berhijab itu terlihat gugup.Sejujurnya dia tidak mau mampir dan menyapa, hanya saja Emran yang terkenal iseng sengaja ingin menyapa.“Iya, gak papa, Mbak. Alif dan Alisya mana?”“Mereka ada di rumah. Kami sengaja ingin pacaran kali ini,” sahut Emran.Luna dan Fabian langsung tersenyum mendengar jawaban Emran. Sementara Widuri hanya menundukkan kepala. Dari dulu, Emran memang selalu begitu dan kadang membuat Widuri tersipu malu.“Sepertinya hari
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

Cinta yang Mulai Ada

“Eng ... itu dari salah satu pasien di sini?” jawab Luna.Fabian terdiam, mata sipitnya semakin mengecil menyidik Luna. Luna hanya membisu dan membalas tatapan Fabian.“Pasienmu? Bukannya pasienmu anak-anak semua? Apa salah satu dari mereka yang mengirim?”Luna gegas mengangguk, meski dia merasa kesal. Kali ini dia terpaksa berbohong lagi.“Iya, aku sudah akrab dengannya. Dia tahu kalau kemarin aku berulang tahun dan mengirim buket bunga itu.” Luna semakin lancar menjawab, meski di dalam hatinya mengumpat.“Begitu. Lalu kenapa suster tadi bilang buket bunganya dari aku. Apa kamu yang bilang?”Luna menghela napas panjang sambil mengangguk.“Iya. Aku hanya tidak mau hal sepele seperti ini menimbulkan rumor. Mereka di sini tahu siapa kamu dan posisimu. Mereka juga tahu status kita. Apa jadinya kalau ada yang melihat aku mendapat kiriman bunga dari orang lain dan bukan kamu?”
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Istri Ivan

“Ivan ... .” Luna berdesis pelan sambil menatap sosok di depannya. Hampir dua bulan, ia tidak mendengar kabar tentang Ivan. Terakhir Ivan bilang kalau dia ada urusan kerjaan di luar kota. Bahkan karena ketidak hadiran Ivan ini membuat Luna menjadi semakin dekat dengan Fabian. “Iya, aku Ivan. Memangnya siapa yang kamu harapkan datang kali ini? Fabian?” Luna terdiam menundukkan kepala dan menghindar tatapan Ivan. Ivan menarik napas panjang kemudian berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Luna mengikuti duduk berhadapan dengannya. Tentu saja Ivan sedikit heran dengan sikap Luna kali ini. Biasanya mereka selalu duduk bersebelahan jika berdua seperti ini. “Apa Fabian sudah berangkat?” tanya Ivan. Luna tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala. “Hmm ... kebetulan sekali.” Ivan bersuara dengan nada dan tatapan menggoda. Sontak Luna mengangkat kepala, mengernyitkan alis sambil menatap Ivan dengan sebal. “Jangan aneh-aneh kamu, Van!!!” Ivan langsung terkekeh mendengar ucapan Luna. “An
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Hati yang Berubah

“VAN!!!” sentak Luna.Ivan langsung terkekeh mendengar suara Luna. Sementara Emran pria yang sedang berdiri di depan mereka berdua hanya terdiam. Emran tertegun menatap Luna. Ada banyak tanya di mata pekat pria tampan itu dan Luna yakin Emran akan mengajukan banyak pertanyaan padanya nanti.“Maaf, Pak Emran. Dia masih tunangan saya, belum istri,” ralat Ivan.Namun, tetap saja jawaban Ivan masih membuat Luna kesal. Emran hanya manggut-manggut sambil tersenyum sekilas kemudian melirik Luna dengan tajam. Luna hanya diam, ia sengaja tidak mau mendebat kali ini. Ia merasa tidak baik-baik saja malam ini dan ingin segera pulang.Selang beberapa saat, Ivan akhirnya mau berbaik hati mengantar Luna pulang. Setelah sebelumnya, Luna ngotot ingin pulang sendiri.“Kamu terlihat tidak senang, Sayang. Kamu marah dengan sikapku tadi?” tanya Ivan.Luna tidak menjawab hanya melihat Ivan dengan sudut matanya. Ia sangat kesal dengan perkenalan Ivan ke Emran tadi
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
47
DMCA.com Protection Status