Home / Romansa / Takdir Istri Pengganti / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Takdir Istri Pengganti: Chapter 121 - Chapter 130

154 Chapters

121. Cincin Pernikahan

“Silahkan, Tuan, Nyonya!” ucap barista dengan sedikit membungkuk, lalu meninggalkan meja yang ditempati sepasang suami istri itu.Adi berdiri menghampiri Risa, melingkarkan tangannya di leher wanita itu. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Risa, jantungnya terasa ingin copot saat Adi menyentuh langsung pada bagian tubuhnya yang tidak tertutup pakaian. Bagian bahunya yang terekspos karena model baju yang dikenakannya membuat Risa merinding saat merasakan sentuhan lembut dari tangan laki-laki yang berstatus suami sahnya.“Kamu sangat cantik! Kenapa aku terlambat menyadarinya?” ujar Adi seraya memberikan kecupan pada bahu Risa.“A-aku lapar!” kilah Risa, mencoba mengalihkan perhatian Adi. Tetapi sayangnya, laki-laki itu seolah menulikan telinganya karena ia tahu itu hanya alasan Risa agar ia menjauh darinya.“Kamu lapar? Tunggu sebentar!” kata Adi seraya melepas pelukannya, berjalan mengitari Risa untuk mengambil makanan yang ada di atas meja. Ia mengambil satu piring yang berisi rice bowl
Read more

122. Aku Milikmu

Mobil mereka telah memasuki halaman villa, Adi mengulurkan tangannya kepada sang istri setelah ia keluar lebih dulu dan membukakan pintu mobil.“Terima kasih,” ucap Risa sembari menggenggam tangan Adi.“Sekarang kamu tutup mata dulu!” pinta Adi sambil mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya.“Mau ngapain? Kenapa harus ditutup segala? Kalau aku jatuh bagaimana?” tanya Risa beruntun.“Tenang saja! Ada aku, Sayang. Ayo, tutup matanya!” Adi menutup mata Risa dengan sapu tangan, lalu menuntunnya masuk ke dalam villa.Risa pun terpaksa mengikuti kemauan Adi, ia berjalan dengan mata tertutup sambil berpegangan pada pinggang suaminya.“Masih lama nggak? Gelap ini,” rajuk Risa sembari terus melangkah.“Sebentar lagi. Sabar, ya.” Adi membukakan pintu kamar dengan sangat hati-hati.Saat pintu kamar terbuka, Adi juga melepas ikatan penutup mata Risa. Setelah penutup matanya terlepas, Risa mengerjap untuk menghilangkan rasa buram pada matanya, dan ia begitu terkejut melihat pemandangan di had
Read more

123. Luka Impian

Pagi yang begitu cerah, langit bersih tanpa awan. Mentari telah bersinar memberikan kehangatan, sekelebat cahayanya menerobos masuk melalui celah-celah jendela, menerangi kamar yang dingin dan temaram. Sepasang suami istri masih terlelap di balik selimut tebal yang membungkus tubuh polos mereka, keduanya baru saja menghabiskan malam panjang dengan penuh gairah dan bermandikan keringat.Risa menggeliat seraya mengucek mata, membuat seseorang yang ada di sampingnya terusik dengan pergerakan yang ia lakukan. Adi membuka mata, lalu tersenyum saat melihat seorang wanita cantik berada di sampingnya.Perlahan-lahan kedua bola mata Risa terbuka, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit dan pegal. Bagaimana tidak sakit, seusai shalat subuh mereka berdua melanjutkan lagi agenda yang semalam. Mengingat hal itu, Risa menjadi kesal, karena Adi mengatakan akan melakukan beberapa menit saja, tetapi hasilnya hampir dua jam barulah ia menyelesaikan olahraga paginya.“Aduh … sakit-sakit semua badanku,” kelu
Read more

124. Perasaan Risa

“Oh … luka impian? Mama baru tahu kalau ada luka impian,” ujar Ibu Airin, ia mengulum bibirnya menahan tawa. “Papa juga baru tahu dan baru dengar, Ma. Ternyata seperti itu bentuk luka impian,” timpal Pak Arya. Jangan tanyakan seperti apa wajah Risa saat ini, sudah seperti buah cherry.“Apaan, Pa, Ma?” Adi pura-pura tidak mengerti karena merasa kasihan melihat wajah Risa yang sudah seperti kepiting rebus.Ibu Airin juga melihat wajah menantunya bersemu merah, itu membuat ia semakin yakin jika sudah terjadi sesuatu sama anak dan menantunya semalam.“Sayang, kamu pasti capek, ‘kan? Mama minta Bi Ratih untuk menyiapkan air hangat, ya, biar kamu bisa berendam air hangat,” kata Ibu Airin sambil mengelus rambut Risa, sembari mencium aroma rambut sang menantu yang masih sangat wangi.“Tidak usah, Ma. Risa sudah mandi air hangat tadi di villa,” jawab Risa keceplosan.Ibu Airin kembali tersenyum setelah mendengar jawaban dari Risa. Pertanyaan di kepalanya terjawab sudah, ia sangat yakin anak d
Read more

125. Undangan Makan Malam

“Baik, Pak. Permisi,” ucap Bayu sembari meninggalkan ruangan sang atasan. “Apa yang terjadi sama Pak Andre?” gumamnya setelah sampai di luar ruangan.Setengah jam kemudian, Andre keluar dari ruangannya menuju ruang meeting. Saat sampai di sana, semua orang sudah berkumpul dan menunggu kedatangannya.“Selamat siang semuanya!” ucap Andre dengan nada datar, lalu duduk di kursi kebesarannya.“Siang, Pak.” Semua orang yang ada di sana menjawab secara serentak.“Mari, kita mulai meetingnya! Bayu, berkasnya!” pinta Andre.“Ini, Pak.” Bayu membuka sebuah map, lalu meletakkannya di depan Andre.“Bacakan!” titah Andre dengan tegas.“Baik, Pak.” Bayu pun menjelaskan tujuan meeting hari ini dan memaparkan semua poin-poin penting pada semua staf yang hadir.Selama meeting berlangsung, Andre terlihat diam dengan tatapan kosong menatap lurus ke depan. Ia bahkan tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh asisten pribadinya. Namun, tiba-tiba ia berdiri seraya menggebrak meja dengan keras sehingga me
Read more

126. Kamu Tidak Marah Lagi?

“Bukan apa-apa. Ayo, kita kembali ke kamar!” seru Adi sambil menarik tangan Risa, lalu keluar dari kamar orang tuanya.Risa masih belum puas dengan jawaban Adi, ia merasa ada yang ditutupi darinya. Tidak mungkin tidak ada apa-apa, jika memang tidak ada apa-apa kenapa ayah mertuanya harus mengerahkan pengawal sampai ke tempat acara yang akan mereka datangi nanti malam.“Kenapa aku merasa ada yang kamu tutupi dari aku, katakan saja ada apa? Aku janji tidak akan memikirkannya,” ujar Risa seraya mengangkat dua jarinya membentuk huruf v.Adi menjadi bingung harus bagaimana, jika dia mengatakan yang sebenarnya kepada Risa, dia tidak yakin jika istrinya bisa menerima kebenaran itu dengan mudah? Tapi jika dia tidak mengatakannya, Adi sangat yakin jika Risa tidak akan berhenti bertanya sebelum ia mendapatkan jawabannya.‘Kenapa susah sekali membohongi kamu, Risa. Aku tidak mungkin mengatakannya saat ini, aku harus menunggu pria itu mendekam di penjara lebih dulu, barulah aku akan memberitahumu
Read more

127. Saling Memuji

Setelah mengobati luka Adi, Risa memintanya untuk beristirahat sebelum masuk waktu zuhur. Mereka berdua juga sedang menunggu pihak butik yang mengantarkan baju untuk dipakai nanti malam.“Terima kasih,” ucap Adi tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah sang istri, sementara Risa hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.Tak lama kemudian, suara adzan telah berkumandang. Risa masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil air wudhu, setelah itu ia menyiapkan pakai shalat untuk dirinya dan juga sang suami.“Kamu bisa ambil air wudhu nggak? Tapi itu lukanya jangan sampai basah!” ujar Risa memperingatkan.“Bisa, tenang saja. Ini sudah tidak sakit lagi,” kata Adi.“Yakin?” tanya Risa.“Iya,” jawab Adi sambil berjalan masuk ke kamar mandi.Setelah selesai shalat zuhur, mereka berdua keluar dari kamar untuk makan siang bersama. Di meja makan sudah ada Ibu Airin dan Pak Arya yang sedang menunggu merek berdua.“Papa kira kalian tidak akan ikut makan bersama,” ujar Pak Arya.“Maaf,
Read more

128. Tak Sesuai Harapan

“Kak Rey … Kakak di sini juga? Kok, bisa?” tanya Risa seraya mengerutkan dahinya karena yang ia tahu acara ini adalah jamuan makan malam sesama pengusaha, sedangkan Reyhan seorang dokter bedah. Risa lupa jika Reyhan adalah anak angkat dari seorang pengusaha juga, yaitu Abraham Sanjaya.Untuk sesaat Reyhan terpaku melihat penampilan Risa malam ini, kemudian tersenyum melihat ekspresi wanita cantik itu yang tak percaya dirinya bisa berada di sana.“Kakak disuruh Papi datang ke sini untuk mewakilinya. Papi tidak bisa datang karena lagi keluar kota, tapi nggak nyangka bisa ketemu kalian juga di sini. Kakak pikir, suami kamu akan mengurungmu terus di kamar,” ujar Reyhan.“Ngapain Anda memanggil istri saya?” tanya Adi dengan ketus serta raut wajah penuh kebencian.“Ada yang salah? Saya mengenal dia, jadi wajar saya memanggilnya!” pungkas Reyhan tak mau kalah.“Sudah-sudah! Kenapa jadi berdebat? Ayo, kita masuk! Tidak enak jika dilihat sama yang lain,” ujar Risa menengahi.‘Kenapa harus bert
Read more

129. Kecurigaan Adi

Andre mematung setelah mendengar suara seseorang yang sangat familiar di telinganya, bahkan untuk berbalik badan saja pria itu merasa tidak mampu menggerakkan kakinya.‘Kenapa semuanya jadi kacau seperti ini? Ah, sial!’ ucap Andre dalam hati.“Andre, jawab pertanyaan Mama!” teriak Bu Soraya sembari menarik tangan Andre dengan kasar. “Ayo, jawab!” titahnya lagi.“Jawaban apa yang mau Mama dengar? Memangnya aku ngomong apa? Mungkin Mama salah dengar. Tidak ada yang ingin aku lenyapkan,” kilah Andre tanpa berani menatap ibunya.“Kamu pikir, Mama bodoh? Mama sudah mencurigai gerak-gerik kamu, Andre. Mama yang mengandung dan melahirkan kamu, jadi Mama tahu kalau saat ini kamu sedang merencanakan sesuatu yang buruk terhadap seseorang,” hardik Bu Soraya.“Apa maksud Mama? Aku tidak merencanakan apapun, Mama tidak bisa asal tuduh seperti itu!” protes Andre.“Jangan bohong kamu! Apa maksud kamu mengadakan acara jamuan makan malam dadakan seperti ini? Mama merasa ada sesuatu yang akan kamu laku
Read more

130. Diserang

Mendengar suara seperti ledakan yang lumayan kencang, membuat Risa terusik dan seketika terbangun dari tidurnya.“Suara apa itu?” tanya Risa sambil mengucek matanya.“Bukan apa-apa, Sayang. Kamu tidur lagi, ya!” pinta Adi, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya dari Risa.“Tapi aku dengar dengan jelas kok, tadi kayak ada ledakan gitu. Apa aku bermimpi, ya? Nggak mungkin, aku nggak bermimpi,” ujar Risa sembari menatap Adi.“Iya, Sayang. Kamu pasti bermimpi,” kata Adi tanpa melihat ke arah istrinya.Risa melihat raut wajah suaminya yang sedikit tegang seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Di saat rasa penasarannya tentang suara yang tadi didengarnya saat sedang tidur belum terjawab, suara tembakan kembali terdengar tepat di belakang mobil mereka.“Aaaaa … suara itu lagi, itu yang tadi aku dengar.” Risa tersentak kaget sambil memeluk Adi dengan erat.“Tenang, ya, Sayang. Ada aku di sini, tidak akan aku biarkan kamu terluka. Aku harus lakukan sesuatu,” gumam Adi sembari mengusap punggun
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status