Semua Bab Takdir Istri Pengganti: Bab 111 - Bab 120

154 Bab

111. Berjanji Untuk Saling Menjaga Perasaan

Adi mendongak untuk melihat ekspresi Risa setelah ia mengutarakan isi hatinya, ia tidak berharap balasan dari ungkapan perasaannya. Adi hanya ingin Risa tahu tentang perasaannya, karena ia sudah tidak bisa memendamnya lebih lama lagi.“Aku rasa kamu tidak perlu mendengar jawaban dariku, kamu pasti sudah tahu jawabannya. Seorang istri akan selalu tunduk pada suaminya. Aku adalah milikmu, kamu berhak segalanya atas diriku. Bangunlah! Kamu tidak perlu melakukan itu. Seburuk apapun perilaku seorang suami, derajatnya tetap lebih tinggi dari seorang istri.” Risa merangkul pundak Adi, memintanya untuk berdiri.“Aku berjanji akan selalu menjaga kamu dan calon anak kita,” kata Adi sambil mengelus perut Risa yang sudah terlihat membuncit.“Iya, aku percaya itu. Sekarang kita harus pergi, Anita pasti sudah menunggu.” Risa menyambar tasnya dan bersiap keluar dari kamar, tetapi Adi kembali menarik tangannya dengan tiba-tiba hingga membuat tubuhnya hilang keseimbangan dan jatuh menimpa suaminya den
Baca selengkapnya

112. Taktik Yang Bagus

“Larangan apa? Memangnya ada, ya, Nit?” tanya Risa dengan polosnya. Anita rasanya ingin tertawa mendengar pertanyaan yang diajukan sahabatnya itu. Sementara Adi justru merasa gemas mendengar pertanyaan yang diajukan istrinya, ia pikir Risa mengerti maksud dari pertanyaannya dan tidak perlu dijabarkan. Jika seperti ini, Adi malah menyesal telah mengajukan pertanyaan itu kepada dokter Anita.“Tanyakan saja sama suami kamu, Ris. Larangan apa yang dia maksud,” ujar Anita sambil menahan tawa yang nyaris meledak, ia tidak menyangka Risa sepolos dan selugu itu.“Sudahlah, bukan larangan apa-apa. Tidak usah kamu pikirkan,” kata Adi sembari menatap Risa yang masih terlihat bingung.“Tidak apa-apa, di sini saya akan jelaskan. Tidak ada larangan untuk melakukan hubungan suami istri selama masa kehamilan, apalagi ini sudah memasuki trimester kedua, tapi tetap harus hati-hati, ya,” ujar Anita sambil menatap Risa, lalu mengedipkan matanya.Adi merasa lega setelah mendengar penjelasan dari dokter A
Baca selengkapnya

113. Kabar Duka

Di saat yang bersamaan, ada sebuah truk kontainer datang dari arah depan. Adam berusaha mengelak dengan membanting setir, tetapi karena laju kendaraannya sudah di atas rata-rata membuat ia kesulitan untuk mengendalikan kecepatan mobil itu.“Adam awas!” teriak Sonya dengan kencang saat melihat mobil mereka akan menghantam truk yang ada di depan.“Sonya, kamu lompat sekarang! Cepat!” perintah Adam sambil berusaha mengendalikan laju kendaraannya, tetapi sayangnya sudah terlambat.BRAKK!“Tidak, Sayang! Aaaaa … Adam!” pekik Sonya saat truk kontainer menghantam mobil mereka.Kecelakaan pun tak terhindari, mobil yang Adam kendarai dihantam oleh truk kontainer hingga terpental beberapa meter. Sopir truk itu pun tak bisa mengontrol kendaraannya hingga menghantam pembatas jalan.“Astaghfirullah … laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil azhiim!” ucap Risa seraya menutup matanya.Risa sangat syok melihat kecelakaan terjadi tepat di depan matanya, Adi jadi lupa jika saat ini istrinya tenga
Baca selengkapnya

114. Berpulangnya Adam

Kabar duka yang baru saja Adi terima dari pihak rumah sakit, membuat ia syok berat. Siapa pun salah satu yang dimaksud oleh pihak rumah sakit itu, tetap saja kedua-duanya adalah orang yang penting dalam hidupnya, meskipun mereka berdua telah melakukan kesalahan yang fatal.Bi Ratih langsung menghampiri Adi saat melihat tuan mudanya sampai menjatuhkan gagang telepon, ia yakin ada sesuatu yang tidak beres karena bisa dilihat dari raut wajah pemuda itu.“Tuan Muda, ada apa?” tanya Bi Ratih seraya mengambil telepon yang dijatuhkan Adi.“Tidak apa-apa, Bik. Saya harus ke rumah sakit,” kata Adi sembari melangkah keluar dari rumah.Bi Ratih hanya mengangguk setuju sambil menatap punggung Adi yang semakin menghilang di balik tembok.“Ada apa, Bik?” tanya Mia yang baru saja datang dari arah belakang.“Tidak tahu, Tuan Muda tidak memberi penjelasan apapun. Sudahlah, lebih baik kita lanjutkan pekerjaan,” kata Bi Ratih sambil berjalan ke arah belakang.Adi kembali melajukan mobilnya menuju rumah
Baca selengkapnya

115. Aku Membutuhkanmu

Sore harinya di rumah utama keluarga Winata. Setelah pulang dari pemakaman, Adi meminta semua orang untuk berkumpul di ruang keluarga. Karena ada sesuatu yang ingin ia sampaikan soal kecelakaan yang dialami almarhum Adam.“Ada apa kamu meminta kami semua untuk kumpul di sini, Di?” tanya Pak Arya, merasa penasaran apa yang akan disampaikan putranya.“Ini soal almarhum Kak Adam, Pa. Maaf kalau aku harus membuka lagi kejadian pahit yang terjadi tadi siang, tapi ini semua aku lakukan agar kalian tidak bertanya lagi kenapa dan bagaimana kecelakaan itu terjadi? Makanya di sini aku akan menjelaskan semuanya,” kata Adi seraya duduk di kursi tunggal yang bersebelahan dengan Risa.“Memangnya ada apa? Apa yang terjadi sama kakak kamu sebenarnya?” tanya neneknya Adi, orang tua dari Ibu Airin.“Kecelakaan yang terjadi sama almarhum sebenarnya adalah ulahnya sendiri,” jelas Adi semakin membuat semua orang penasaran.“Maksudnya bagaimana? Jelaskan dengan benar, Adi!” pinta Ibu Airin dengan suara sera
Baca selengkapnya

116. Membesuk Sang Mantan

Melihat Risa seperti ketakutan, Adi mengurungkan niatnya dan berusaha membuat wanita itu lebih rileks dan tenang. Meskipun naluri lelakinya sangat membutuhkan istrinya saat ini, tetapi ia tidak mau memaksakan kehendaknya yang nanti akan membuat Risa takut lagi padanya.“Hei, kamu jangan takut,” ucap Adi seraya menangkup wajah Risa dengan kedua tangannya. “Aku tidak akan memaksa, maaf jika kamu jadi teringat kejadian pada kejadian malam itu. Aku minta maaf,” ucapnya lagi sembari memeluk Risa dengan erat.“Tidak, kamu tidak salah. Aku yang minta maaf karena aku belum bisa memenuhi kewajibanku sebagai seorang istri,” sahut Risa dalam dekapan suaminya.“Tidak apa-apa, aku akan selalu menunggu sampai kamu siap dan memang karena keinginanmu, bukan hanya karena ingin memenuhi kewajiban sebagai seorang istri,” ujar Adi sambil memejamkan mata menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya.“Terima kasih karena kamu sudah mau mengerti,” ucap Risa semakin mempererat pelukannya.‘Astaga …, aku bis
Baca selengkapnya

117. Permintaan Yang Mustahil Untuk Dikabulkan

Adi hanya tersenyum kecut melihat apa yang dilakukan ibu dari mantan kekasihnya, ia sudah sangat hafal watak ibu dan anak itu. Mereka berdua sama-sama pintarnya bermain peran dalam menaklukkan hati seseorang, tetapi Adi tidak akan termakan lagi dengan semua drama mereka.“Tolong jangan seperti ini, Bu. Saya akan berdosa jika membiarkan Ibu melakukan ini.” Risa berusaha menarik kakinya yang dipegang oleh ibunya Sonya.“Ck! Masih drama yang lama, katakan saja apa yang Ibu inginkan! Tidak perlu memainkan peran seperti itu,” sergah Adi dengan bersedekap, ia tidak merasa iba sama sekali pada wanita paruh baya itu.Ibunya Sonya mendongak menatap Risa. “Kamu seorang wanita, pasti kamu mengerti bagaimana perasaan putri Ibu saat ini. Dia sudah tidak bisa melihat lagi, masa depannya sudah hancur. Ibu mohon kasihanilah dia!” ujar ibunya Sonya dengan wajah memelas.“Bangunlah, Bu! Ayo, duduk sini!” ajak Risa seraya membawa ibunya Sonya duduk di sofa. “Apa yang ibu inginkan dari saya?” tanyanya de
Baca selengkapnya

118. Pergi Ke Villa

Adi memutar mobil ke arah yang berlawanan dengan jalan menuju rumah utama keluarga Winata, ia akan membawa Risa ke sebuah villa pribadinya yang terletak di daerah Jakarta Selatan. Villa itu sangat jarang dikunjungi karena Adi lebih memilih tinggal di apartemennya yang sangat mewah.Di pertengahan jalan, Adi menghentikan mobilnya hanya sekedar untuk membenar posisi tidur istrinya. Sayang, niat baiknya malah membuat sang istri terbangun karena terusik dengan apa yang ia lakukan.Risa mengerjap seraya mengucek-ngucek matanya. “Kita sudah sampai, ya?”tanyanya sembari melihat ke luar jendela, tetapi ia merasa asing dengan jalan yang ditempuhnya saat ini. Itu bukan jalan menuju rumah utama keluarga Winata.“Belum, kita tidak akan pulang ke rumah. Aku akan membawa kamu ke suatu tempat,” jawab Adi seraya melihat sekilas ke arah Risa.“Ke mana? Kok, aku merasa belum pernah lewat sini, kamu mau bawa aku ke mana?” Risa memperhatikan dengan teliti ke mana arah mobil itu akan membawanya, tetapi ia
Baca selengkapnya

119. Kamu Nyindir Aku?

Melihat suaminya kembali tidak membawa apa-apa, Risa menggerutu kesal. Karena ia pikir Adi akan mencari pinjaman mukena pada penjaga villa yang ia katakan, tetapi yang terjadi justru sebaliknya, laki-laki itu malah kembali dengan tangan kosong.“Kamu nggak bawa apa-apa? Mukenanya mana? Memangnya tadi kamu pergi ke mana? Aku pikir kamu pergi ke rumah penjaga villa ini untuk meminjamkan mukena untukku,” gerutu Risa dengan wajah cemberut.“Aku sudah lakukan itu untukmu, tunggu saja sebentar! Jangan marah, Sayang! Kamu tambah cantik kalau lagi marah seperti ini,” ujar Adi menggombal, tetapi ada satu kata yang membuat Risa merasa seperti ada ribuan kupu-kupu di perutnya saat mendengar kata sayang yang baru saja diucapkan suaminya.‘Apa?! Telinga aku masih normal, ‘kan? Apa tadi aku yang salah dengar, ya? Tapi itu tidak mungkin, tadi jelas-jelas dia memanggil aku dengan sebutan sayang,’ batin Risa seraya tersenyum.Adi juga tidak sadar apa yang baru saja ia ucapkan, kata-kata itu spontan ke
Baca selengkapnya

120. Dinner

“Tidak usah masak untuk makan malam! Sekarang kita pergi cari pakaian ganti untuk kamu,” kata Adi seraya menarik tangan Risa keluar dari villa.“Tapi sebentar lagi mau magrib, apa tidak sebaiknya kita pergi setelah sholat magrib saja?” ujar Risa.“Tidak perlu, nanti kita bisa cari tempat shalat di luar. Ayo!” seru Adi sambil membukakan pintu mobil untuk istrinya.Risa tidak membantah, ia masuk ke dalam mobil mengikuti keinginan suaminya. Ke mana pun Adi akan membawanya, maka ia akan mengikuti saja karena sudah hafal watak laki-laki itu, dia tidak akan menerima suatu penolakan.Selama di perjalanan menuju tempat yang Adi katakan, Risa terus memikirkan bagaimana cara agar mereka tidak menginap di villa itu malam ini. Namun, Risa tidak menemukan alasan yang tepat untuk menolak ajakan suaminya.‘Ah sudahlah, apa yang aku takutkan. Aku sudah sering tidur berdua dengannya,’ batin Risa mencoba berdamai dengan hatinya.Mobil Adi berhenti di depan sebuah bangunan yang bertuliskan Beauty Salon.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status