Semua Bab Takdir Istri Pengganti: Bab 91 - Bab 100

154 Bab

91. Salah Kamar

Setelah sampai di rumah utama keluarga Winata, Risa disambut ramah oleh para pelayan yang memang sedang menunggu kedatangan nyonya muda mereka. Terutama Mia, dia yang paling antusias di antara banyaknya pekerja di rumah itu.Bu Sukma turun dari mobil seraya melihat ke sekeliling bangunan raksasa yang ada di hadapannya.“Masya Allah … ini rumah mertuanya Neng Risa? Ini namanya bukan rumah, tapi istana! Lalu, untuk apalagi Neng Risa minta rumah yang lebih besar dari ini?” gumam Bu Sukma, ia terkagum-kagum melihat desain rumah mertuanya Risa.“Masuk, Sayang! Ayo, Bu Sukma!” seru Ibu Airin sambil menggandeng tangan Risa.“Iya, Nyonya.” Bu Sukma masih tertegun melihat rumah mewah yang ada di hadapannya.“Akhirnya, aku balik lagi ke rumah ini. Tapi kali ini aku tidak datang sendiri,” gumam Risa seraya mengelus perutnya.Mendengar suara klakson mobil di depan rumah, Mia dan teman-temannya berjalan menuju teras depan. Mereka sangat yakin jika itu adalah Risa.“Nyonya Muda!” pekik Mia seraya b
Baca selengkapnya

92. Berhasil Membujuk Yogi

Adi telah siap dengan pakaian kantornya. Namun, ia masih menunggu istrinya yang belum juga keluar dari kamar mandi. Tidak biasanya Risa berlama-lama di kamar mandi seperti ini, membuat Adi merasa khawatir.“Risa … kamu ngapain di dalam? Kalau sudah selesai cepat keluar!” teriak Adi karena kamar itu kedap suara.Tak berapa lama kemudian, terdengar pintu kamar mandi terbuka. Risa keluar sambil memegangi perutnya, tentu saja hal itu membuat Adi semakin khawatir melihat keadaan istrinya.“Ada apa? Kenapa belum pergi ke kantor?” tanya Risa.“Kamu yang kenapa? Apa sakit lagi?” tanya Adi dengan raut wajah cemas.“Tidak apa-apa, ini cuma sakit perut biasa. Nanti juga akan hilang sendiri,” sahut Risa.Adi tetap tidak bisa percaya begitu saja, ia merasa ada yang ditutupi oleh Risa. Tidak mungkin tidak ada apa-apa, buktinya ia terlihat menahan sakit seperti itu.“Kamu tidak usah bohong! Ayo, kita ke dokter!” seru Adi seraya membuka jasnya, ia akan membatalkan meeting bersama kliennya.“Tidak usa
Baca selengkapnya

93. Keinginan Andre Kusuma

“Hai, apa kabar?” Orang itu pun tersenyum dan melambaikan tangan pada Risa. “Tuan Andre, Anda di sini?” tanya Risa.Andre menatap Risa dengan intens, membuat ia merasa tidak nyaman dengan tatapan itu.“Iya. Kebetulan saya ada meeting sama klien di sini. Bagaimana kabar Anda? Saya dengar, katanya Anda lagi sakit, ya? Maaf, kemarin tidak bisa ikut ke rumah sakit bersama Mama saya dan Indri, saya lagi ada meeting dan tidak bisa diwakilkan,” ujar Andre terus memperhatikan Risa, ia tidak menyangka bisa bertemu dengan bidadarinya di restoran itu.“Tidak apa-apa, Tuan. Saya sudah baik-baik saja sekarang, saya juga ingin menemui seseorang di sini. Mungkin saja, Anda juga mengenalnya. Oh, ya, terima kasih karena sudah mengizinkan Indri menemui saya. Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengannya,” ujar Risa.“Benarkah? Siapa?” tanya Andre tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Risa. “Saya yang harus berterima kasih, karena dengan kembalinya Anda ke sini membuat anak saya punya semangat la
Baca selengkapnya

94. Mengulang Kesalahan Yang Sama

“Adi ... kamu di sini?” tanya Ibu Airin.“Aku perlu bicara sama kamu!” kata Adi dengan tegas sambil menarik tangan Risa menuju mobilnya.Ibu Airin pun langsung mengikuti anak dan menantunya, ia takut jika Adi tidak bisa menahan emosinya dan membuat Risa terluka.“Adi, sakit. Lepaskan aku! Aku bisa jalan sendiri,” ujar Risa sambil berusaha melepas tangannya yang dicekal oleh Adi. Tetapi Adi seolah tidak mendengarnya.“Adi, lepaskan dia! Kamu mau ngapain, sih?!” teriak Ibu Airin sambil terus mengikuti langkah Adi.Sesampainya di depan mobil, Adi melepas tangan Risa. Lalu memintanya untuk masuk ke dalam mobil itu, tetapi Risa menolak. Ia takut jika harus berada dalam satu mobil bersama Adi. Apa lagi saat ini, Risa tidak melihat ada sopir di dalam mobil itu.“Masuk!” titah Adi dengan nada datar.“Tidak, aku tidak mau. Aku mau pulang sama Mama,” ujar Risa menolak, membuat Adi semakin naik darah.“Masuk!” bentak Adi seraya mengarahkan telunjuknya ke dalam mobil.Mendengar bentakan keras dar
Baca selengkapnya

95. Tidur Bersama

Malam pun menjelang, Risa tengah bersiap-siap untuk melaksanakan ibadah shalat magrib. Usai shalat, ia keluar dari kamar untuk ikut makan malam bersama.Saat sampai di meja makan, Risa melihat Adi dan kedua orang tuanya telah duduk di meja makan sembari menunggu kedatangannya.Risa merasa ada yang aneh dengan Adi, ia melihat pria itu masih menggunakan pakaian yang sama seperti tadi siang, hanya jasnya saja yang dilepas.“Selamat malam semuanya,” sapa Risa seraya menghampiri ibu dan ayah mertuanya.“Malam, Sayang. Ayo, duduk sini!” pinta Ibu Airin seraya menarik satu kursi untuk Risa.“Terima kasih, Ma.” Risa duduk bersebelahan dengan Ibu Airin.Adi sama sekali tidak menoleh ke arah istrinya, ia terus melanjutkan makannya hingga selesai. Risa juga tidak begitu menghiraukan karena ia masih takut jika teringat dengan bentakan suaminya tadi siang.Usai makan malam, Ibu Airin membawa Risa ke ruang keluarga. Sementara Adi masuk ke ruang kerja untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda,
Baca selengkapnya

96. Istri Adalah Cermin Bagi Suami

Pukul 02:30 WIB dini hari, Risa terbangun karena merasa tenggorokannya kering. Namun, ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya.“Kenapa berat sekali!” gumam Risa seraya membalik badannya.Ia mengerjapkan mata berkali-kali untuk mengumpulkan nyawa sepenuhnya. Saat matanya terbuka sempurna, Risa mendapati seseorang tengah tertidur pulas di sampingnya sambil memeluknya dengan posesif.“Aaaaaa!” teriak Risa seraya menyibak selimutnya dengan kasar.Adi terperanjat kaget mendengar teriakan Risa, ternyata dugaannya benar. Risa pasti akan histeris saat melihat ia tidur di ranjang yang sama.“Kenapa berteriak-teriak? Ini masih malam. Ayo, tidur lagi!” seru Adi seraya menarik pinggang Risa.‘Ya Allah … kuatkan hamba. Tenanglah, Risa! Kamu harus bisa melawan rasa takutmu, dia itu suamimu!’ ucap Risa dalam hati sambil menarik napas panjang.Risa bergeser sedikit menjauh dari suaminya, dan perlahan-lahan ia berusaha melepas tangan Adi yang melingkar di pinggangnya. Tetapi pria itu malah menariknya
Baca selengkapnya

97. Memberitahu Rencana Jahat Dokter Cyntia

“Duduklah!” pinta Adi seraya menatap istrinya dengan intens, hari ini penampilan Risa terlihat sangat cantik di matanya.Tak hanya Adi, Erik pun menatap Risa tanpa berkedip. Baru kali ini ia melihat istri sahabatnya dengan jelas. Saat menjemput Risa ke panti asuhan waktu itu, ia tidak bisa melihat dengan jelas karena wanita itu berada dalam pangkuan Adi.‘Cantik banget istri lo, Di. Gila lo, cewek kayak gini lo sia-siain hanya demi si wanita ular itu.’ Erik membatin sambil terus memperhatikan Risa.Ibu Airin membawa Risa duduk di sofa, ia juga ingin tahu apa yang ingin diberikan Adi kepada istrinya.“Ayo, Sayang. Duduk sini!” ajak Ibu Airin, dan Risa pun mengangguk setuju.“Iya, Ma.” Risa duduk di antara Ibu Airin dan Yogi.“Ini yang kamu minta kemarin,” kata Adi seraya menyerahkan sebuah map kepada Risa.“Apa ini?” tanya Risa seraya menerima map yang diberikan suaminya.“ Buka saja!” titah Adi.Risa membuka map tersebut perlahan-lahan, dan saat semua isi map terlihat, ia sedikit terk
Baca selengkapnya

98. Dianggap Seperti Orang Asing

“Kamu harus hati-hati, ya, Sayang. Mama tidak tahu apa alasan Dokter Cynthia melakukan itu sama kamu, tapi Mama sangat berharap kalau orang yang ia maksud itu bukan kamu,” ujar Ibu Airin.“Dokter Cyntia mencintai Kak Reyhan, Ma. Dia pernah memintaku untuk menjauhi Kak Rey, tapi aku tidak punya alasan untuk menjauhinya. Aku dan Kak Rey sudah kenal lama, bahkan sebelum Dokter Cyntia mengenalnya. Aku sudah menganggap Kak Rey seperti kakakku sendiri,” tutur Risa.“Ternyata itu alasannya, Mama jadi khawatir sama kamu. Sekarang kita pulang saja, ya! Tidak aman jika kamu berlama-lama di sini,” kata Ibu Airin seraya mengelus lengan Risa.“Tidak, Nyonya. Dokter Cyntia tidak akan bisa berbuat apa-apa di sini, makanya saya sengaja meminta Risa untuk datang ke sini,” kata Anita, ia tahu jika di rumah sakit ini dokter Cynthia tidak akan bisa melakukan apapun pada Risa.“Ya sudah, Nit. Aku pulang, ya. Terima kasih atas informasinya,” ucap Risa, lalu memeluk Anita.“Iya, kamu hati-hati! Jika sudah s
Baca selengkapnya

99. Kritis

Risa nyaris saja pingsan saat melihat orang yang begitu ia sayangi tergeletak di aspal dengan bersimbah darah. Dengan tubuh gemetar, ia menyeret langkahnya mendekat ke arah ibu mertuanya yang sudah tidak tidak sadarkan diri. “Mama … bangun, Ma! Ini Risa,” ucap Risa seraya membawa Ibu Airin ke pangkuannya. “Mama, buka mata Mama!” teriak Adi sambil bersimpuh di hadapan ibunya dengan derai air mata. “Ayo, kita bawa Mama ke rumah sakit!” seru Risa sembari menyeka kasar air matanya. Pak Dodi langsung bergegas keluar dari mobil setelah mendengar teriakan Adi dan Risa, lalu berlari kencang ke arah majikannya. “Nyonya Besar!” Pekik Dodi saat melihat Ibu Airin sudah tak sadarkan diri dalam pangkuan Risa. “Mama bertahan, ya, Ma. Kita akan ke rumah sakit,” kata Adi seraya menggendong sang ibu ke mobilnya. Dengan langkah gontai, Risa mengikuti suaminya menuju mobil. Ia tidak percaya ini akan terjadi pada ibu mertuanya. Risa berharap ini hanya mimpi buruk yang saat ia terbangun semua akan k
Baca selengkapnya

100. Salah Sasaran

Pak Arya mengepal erat tangannya seraya melotot tajam. Terlihat jelas kemarahan dan kebencian di wajahnya, tidak banyak yang tahu jika beliau adalah mantan narapidana kasus pembunuhan puluhan tahun silam. “Papa harus lihat keadaan Mama,” kata Pak Arya sembari berjalan menuju ruang ICU. “Papa.” Adi menghentikan langkah sang ayah. “Aku minta maaf karena tidak bisa menjaga Mama,” ucapnya seraya memeluk Pak Arya. Pak Arya terharu mendengar Adi meminta maaf seperti itu, sikapnya hari ini sangat berbeda dari biasanya. Ia berharap ini akan berlangsung selamanya, Adi bisa berubah menjadi lebih lembut dan bisa mengontrol emosinya. “Tidak perlu minta maaf, ini semua sudah terjadi. Kita berdoa saja untuk kesembuhan Mama kamu,” ujar Pak Arya sembari mengusap punggung Adi. “Papa tolong jagain Mama, ya. Aku mau melihat keadaan Risa, Pa. Aku takut terjadi apa-apa sama istri dan anakku,” kata Adi sambil melepas pelukannya. Pak Arya menganggukan kepala seraya menatap Adi dengan sendu, rasa haru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status