Home / Romansa / Takdir Istri Pengganti / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Takdir Istri Pengganti: Chapter 71 - Chapter 80

154 Chapters

71. Menyesal

Andre masuk ke ruangan asisten pribadinya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sang asisten yang melihat Andre masuk ke ruangannya pun segera berdiri menyambut kedatangan atasannya itu. “Pak, apa Bapak butuh sesuatu?” tanya asisten Andre yang bernama Bayu. “Saya butuh teman untuk bercerita,” sahut Andre seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. “Maksud Bapak?” tanya Bayu lagi. “Saya bingung harus bercerita dari mana,” kata Andre sambil memijit pelipisnya. “Jika Bapak tidak keberatan, saya bisa jadi pendengar yang baik untuk Bapak,” ujar asisten Andre. Andre menarik napas panjang sebelum bercerita pada asisten pribadinya, ia tidak punya pilihan lain selain menceritakan pada orang kepercayaannya itu. Ia juga sudah menganggap asisten pribadi seperti saudaranya sendiri. Andre tidak punya banyak teman. Karena sejak ia menikah dengan mamanya Indri, pria itu menjadi sangat tertutup dan gila kerja. “Saya jatuh hati pada seorang perempuan yang sudah bersuami. Saya tahu ini salah, t
Read more

72. Periksa Kandungan

Tiga bulan sudah berlalu, usia kandungan Risa juga sudah memasuki trimester kedua, yaitu 14 minggu. Kaki Adi juga sudah sembuh dan ia sudah bisa berjalan seperti biasa. Namun, ia masih perlu kontrol ke rumah sakit minimal satu bulan sekali untuk memastikan kakinya sudah benar-benar pulih.Hari ini Risa telah membuat janji untuk bertemu dengan dokter Anita, ia ingin memeriksa kandungannya di rumah sakit. Risa berharap dia tidak akan bertemu dengan Reyhan ataupun orang-orang yang dikenalnya selain dokter Anita.“Neng, Ibu temenin, ya. Ibu khawatir jika Neng pergi sendiri,” ujar Bu Sukma.“Boleh, Bu. Risa juga pengen ditemani Ibu,” kata Risa sambil tersenyum menatap Bu Sukma.“Ya sudah, Ibu siap-siap dulu. Neng Risa tunggu di sini sebentar,” ujar Bu Sukma seraya melangkah menuju kamarnya.“Iya, Bu. Risa manasin mobil, ya,” ucap Risa, lalu berjalan menuju garasi di samping panti asuhan.Setelah siap, Bu Sukma keluar dari kamarnya. Ia juga sudah menitipkan anak-anak panti kepada dua orang
Read more

73. Makan Siang Bersama

Setelah melakukan pemeriksaan pada kandungan Risa, Anita menjelaskan semua hasil pemeriksaannya dan memberi penjelasan tentang usia kehamilan di usia trimester kedua.“Bayi kamu sangat sehat, Ris. Kamu hebat!” puji dokter Anita seraya tersenyum sumringah.“Alhamdulillah, Nit. Aku bersyukur banget karena selama kehamilan di trimester pertama aku tidak merasakan morning sickness yang berlebihan. Memang ada rasa mual, tapi itu cuma beberapa hari saja,” tutur Risa, merasa bersyukur karena ia tidak merasakan ngidam yang berlebihan.Pada usia kehamilan menginjak 14 minggu, janin umumnya akan semakin besar hingga memiliki berat sekitar 0,05 kg dengan panjang kurang lebih 7-10 cm. Jika diibaratkan sebagai buah, pada minggu ini janin berukuran sebesar buah lemon.Hamil 14 minggu adalah waktu yang menyenangkan karena janin dan calon ibu merasakan perkembangan yang tak biasa. Ada banyak perkembangan pada janin yang mengesankan selama usia kehamilan 14 minggu. Beberapa perubahan yang cukup signif
Read more

74. Permintan Dokter Cyntia

“Anda sudah gila! Tidak mungkin saya melakukan itu sama Kak Rey,” tolak Risa, karena ia benar-benar tidak akan menuruti kemauan dokter Cyntia.“Iya. Saya memang sudah gila karena Reyhan! Saya gila karena dia tidak pernah melihat keberadaan saya di sisinya. Saya sampai rela ikut ke sini hanya ingin mengejar cintanya, tapi sampai saat ini apa yang saya dapatkan? Dia hanya menganggap saya rekan kerja, tidak lebih dari itu!” teriak dokter Cyntia diiringi dengan derai air mata. Entah itu air mata sungguhan atau hanya air mata buaya agar Risa simpati padanya.“Maaf, Dok. Saya tidak punya solusi untuk masalah Anda. Saya dan Kak Rey sudah kenal lama, bahkan jauh sebelum Anda mengenalnya. Jadi, jika Anda meminta saya menjauhinya pun tidak akan membantu menyelesaikan masalah Anda. Seharusnya Anda tahu itu,” ujar Risa dengan mantap dan berpegang teguh pada pendiriannya.Dokter Cyntia yang mendengar itu jadi semakin geram, ia sudah bersusah payah untuk mengontrol emosinya saat melihat wajah Risa.
Read more

75. Meminta Maaf Dengan Tulus

Mendengar namanya dipanggil, Risa pun menoleh ke arah sumber suara. Setelah melihat siapa yang baru saja memanggil namanya, wajah Risa langsung berubah menjadi pucat pasi. Wanita itu diam mematung, tatapannya kosong menatap lurus ke depan.Tubuhnya bergetar menahan rasa takut dan cemas, tenggorokannya terasa kering dan ia juga merasa jantungnya seakan berhenti berdetak. Risa sampai menjatuhkan ponsel Bu Sukma yang masih terhubung dengan Reyhan.‘Ya Allah … apakah ini nyata? Aku berharap ini cuma mimpi,’ batin Risa seraya memundurkan langkahnya menjauh dari seseorang yang sedang menatapnya.“Risa … ini beneran kamu? Kamu ke mana saja? Maafkan aku, Risa!” ucap orang itu sembari berjalan mendekat ke arah Risa.Adi berlutut di hadapan Risa seraya menangkup kedua tangannya, ia sudah tidak peduli dengan orang-orang yang saat ini sedang memperhatikannya. Bagi pria itu saat ini tidak ada yang lebih penting selain mendapatkan maaf dari istrinya.Risa sangat kaget melihat Adi sampai berlutut pa
Read more

76. Bersandiwara

“Risa, kamu kenapa?” tanya Adi dengan nada khawatir. “Nggak apa-apa,” jawab Ris sambil meringis menahan rasa nyeri pada perutnya. Dari arah dalam rumah sakit, Reyhan dan Anita berlari-lari kecil menuju parkiran setelah mereka mengetahui ada keributan di area rumah sakit itu.Karena merasa penasaran, dokter Reyhan dan Anita pun keluar untuk melihat apa yang terjadi. Saat sampai di parkiran, mereka berdua kaget melihat Risa berada di tengah-tengah kerumunan orang-orang sambil memegang perutnya.“Risa,” ucap Anita refleks mendorong Adi yang sedang memegang tangan sahabatnya.“Cha, kamu kenapa?” tanya Reyhan yang terlihat sangat khawatir.“Pak Reyhan, kita bawa Risa ke dalam,” ujar Anita seraya memapah tubuh Risa.“Tunggu!” ucap Adi menghentikan langkah Anita.Anita tidak menghiraukan perkataan Adi, ia malah menatap pria itu dengan sinis lalu membuang muka. Setelah itu ia berteriak memanggil perawat agar segera membawa brankar ke parkiran.“Suster … tolong bantu saya!” pinta Anita pada
Read more

77. Melanggar Kesepakatan

Sesampainya di dalam ruangan IGD, dokter Benny tersenyum melihat Risa yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit.“Bagaimana keadaan Anda, Nyonya?” tanya dokter Benny sambil tersenyum ramah.“Alhamdulillah … sekarang sudah tidak kram lagi, Dok. Maaf, ya, Dok. Saya sampai melibatkan Anda dalam kebohongan yang saya lakukan,” ujar Risa merasa bersalah.“Tidak apa-apa, Nyonya. Pasti Anda punya alasan melakukan itu,”sahut dokter Benny.“Iya, Anda benar. Alasan yang sangat kuat adalah untuk melindungi anak saya, Dok. Saya tahu ini salah karena saya menyembunyikan kebenaran dari ayah kandungnya, tapi saya tidak ingin mengambil resiko dengan mengatakan kebenarannya terlalu dini,” tutur Risa.“Baiklah, Nyonya. Saya ke sini hanya berpura-pura memeriksa keadaan Nyonya, karena sebelumnya Dokter Anita sudah melakukan pemeriksaan pada Anda,” ujar dokter Benny seraya tersenyum.“Terima kasih, Dok. Sekali lagi maaf,” ucap Risa sambil menangkup kedua tangannya.“Tidak apa-apa, Nyonya. Ya sudah,
Read more

78. Cemburu

“Terima kasih, Ma.” Risa mempererat pelukannya.“Sama-sama, Sayang,” kata Ibu Airin sambil mengelus surai panjang milik Risa.Suasana di ruangan itu menjadi haru, Anita juga ikut bahagia melihat Risa begitu dicintai oleh ibu mertuanya.“Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu, Ris. Aku juga ikut bahagia melihat kamu hidup bahagia,” gumam Anita.Sementara di luar ruangan, Adi tampak gelisah menunggu kabar dari ibunya. Sudah hampir setengah jam berlalu, tetapi sang ibu dan dokter Anita belum juga ada tanda-tanda bahwa mereka akan keluar dari ruangan itu.“Kenapa Mama lama sekali, Pa? Ngapain saja mereka di dalam?” tanya Adi yang terus menatap ke arah pintu ruang IGD.Pak Arya geleng-geleng kepala melihat tingkah putranya, lalu menarik tangan Adi dan memintanya untuk duduk kembali.“Tenanglah, Adi! Kenapa kamu jadi panik seperti ini ? Mama kamu pasti akan keluar sebentar lagi,” ujar Pak Arya.“Kenapa baru sekarang Anda merasa khawatir, Bung? Kemana saja Anda selama ini? Penyesalan itu mema
Read more

79. Penyesalan Kamu Sudah Terlambat, Adi!

Waktu sudah menunjuk di angka lima sore, Risa dan Bu Sukma baru saja sampai di panti asuhan. Mereka tidak kembali dengan tangan kosong, ia membawa beberapa barang-barang keperluan untuk anak-anak panti. Setelah meletakkan barang bawaannya, Risa izin ke kamarnya untuk membersihkan diri karena sebentar lagi akan masuk waktu shalat magrib. “Bu, Risa ke kamar duluan, ya. Sudah gerah banget ini,” kata Risa seraya mengipas wajahnya dengan satu tangan. “Iya, Neng. Neng pasti capek juga,” ujar Bu Sukma. “Ibu juga pasti capek,” sahut Risa sambil tersenyum. “Ibu Cuma duduk saja di mobil, sementara Neng Risa menyetir pulang dan pergi. Ditambah lagi saat ini Neng sedang hamil muda,” ujar Bu Sukma seraya mengelus perut Risa yang masih rata. “Tidak apa-apa, Bu. Alhamdulillah, bayinya pengertian banget,” tutur Risa dengan lembut. “Yaudah, sana istirahat. Ibu juga mau siapkan makan malam,” kata Bu Sukma seraya mendorong pelan tubuh Risa. Risa masuk ke kamarnya, lalu membersihkan diri. Hari ini
Read more

80. Kelicikan Sonya

Pagi pun menjelang, sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela kamar. Namun, sang pemilik kamar sepertinya masih enggan untuk membuka matanya. Semalam, Adi terus terjaga hingga pukul 02 pagi dia baru tertidur.Suara alarm, deringan ponsel, bahkan teriakan dari luar kamar tak ada satupun yang berhasil membangunkannya. Pria itu malah menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.Sementara di meja makan, Pak Arya telah selesai sarapan dan siap untuk pergi ke kantor. Ia sebenarnya ingin berangkat bersama Adi, tetapi yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar dari kamarnya.“Ma, Papa pergi duluan saja, ya. Sudah terlambat ini,” ujar Pak Arya sembari melihat jam di pergelangan tangannya.“Iya, Pa. Ayo, Mama antar ke depan!” seru Ibu Airin sambil menenteng tas kantor suaminya.Mereka berdua berjalan dengan bergandengan tangan hingga sampai di halaman depan, lalu Ibu Airin mencium tangan suaminya sebelum masuk ke dalam mobil.“Ma, jangan lupa bangunin Adi! Hari ini dia ada jadwal meeti
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status