Semua Bab Takdir Istri Pengganti: Bab 51 - Bab 60

154 Bab

51. Merasa Lelah Dengan Keadaan

Setelah mengantar Sonya dan menyiapkan makanan untuknya, Adi langsung tancap gas menuju apartemen yang ditempati oleh Risa. Pria itu melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi hingga tak butuh waktu lama, ia telah sampai di basement apartemen.Dengan langkah panjang ia berjalan ke arah lift yang akan mengantarnya ke lantai 27 unit 203. Tak lama kemudian pintu lift pun terbuka, Adi segera keluar dari ruangan besi itu dan masuk ke dalam apartemennya.Brakk!Suara pintu yang dibanting keras oleh Adi setelah ia masuk ke dalam apartemennya.“Risa … keluar lo!” teriak Adi seraya menggedor-gedor pintu kamar istrinya dengan keras.Sementara Risa yang kebetulan sedang beristirahat di kamarnya pun merasa kaget dengan teriakan dan suara gedoran pintu yang dilakukan oleh Adi.“Apa lagi ini, ya Allah?” ucap Risa seraya bangkit dari tidurnya, dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu kamarnya.Begitu pintu kamar terbuka, Adi langsung menatap Risa dengan tatapan membunuh. Emosinya semakin m
Baca selengkapnya

52. Memilih Pergi

Keesokan harinya, Risa bangun pagi-pagi sekali seperti biasanya. Pagi ini pun rasa mual itu kembali menyerangnya, ia sudah tiga kali bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya.“Sayang … jangan buat Ibu seperti ini, dong. Kamu ‘kan, anak baik,” ucap Risa sambil mengelus perutnya.Setelah merasa baikan, Risa keluar dari kamarnya dengan pakaian seragam dinas. Ia sudah siap untuk pergi ke sekolah, ia juga sudah mempersiapkan sarapan dan membuatkan kopi untuk Adi. Risa tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri, meskipun tidak pernah dianggap istri yang sebenarnya oleh sang suami.Risa keluar dari apartemen, lalu turun ke bawah menuju mobilnya yang ada di parkiran. Saat sampai di parkiran, Risa melihat satpam sedang berdebat dengan seseorang. Karena penasaran, ia pun menghampiri orang itu.“Ada apa ini, Pak?” tanya Risa pada Pak Satpam.“Nyonya,” ucap Pak Satpam seraya membungkukkan badannya saat melihat Risa yang menghampirinya.“Kamu!” Risa kaget melihat siapa
Baca selengkapnya

53. Ancaman Untuk Adi

“Mungkin aku tidak akan pernah kembali ketika aku sudah pergi dari hidupmu, bukan aku yang menginginkan ini, tetapi kamu yang memaksaku untuk pergi. Tuhan, kumohon berikan kesabaran yang lebih untukku agar aku mampu menghadapi rasa sakit yang teramat mendalam ini.” Larisa Maheswari.*** Setelah menyiapkan tempat tidur untuk Risa, ibu panti memintanya untuk beristirahat karena mengingat Risa baru saja menempuh perjalanan yang cukup jauh dan itu dalam kondisi hamil muda seperti saat ini.“Neng, kamarnya sudah Ibu siapkan. Silahkan Neng beristirahat! Neng pasti sangat lelah,” ujar ibu panti.“Tidak, Bu. Saya tidak merasa lelah sama sekali setelah sampai di sini, sepertinya bayi saya juga nyaman berada di sini. Saya ingin bertemu dengan anak-anak saja, Bu. Ini saya bawa sesuatu untuk mereka semua, memang tidak banyak karena kehidupan saya sekarang sudah tidak seperti dulu lagi,” kata Risa seraya menyerahkan bingkisan yang dibawanya kepada ibu panti.“Masya Allah … tidak usah repot-repot
Baca selengkapnya

54. Mencari Kebenaran

“Mama bahkan tidak percaya kalau kamu itu terlahir dari rahim Mama, Adi. Kamu Mama rawat dan Mama besarkan dengan kasih sayang yang berlimpah, meskipun Mama dan Papa tidak memberimu kehidupan yang bergelimang harta seperti kehidupanmu saat ini. Jika kamu masih menganggap Mama sebagai orang tua kamu, maka tolong jauhi perempuan itu dan belajarlah mencintai istrimu! Kamu tahu sendiri kalau Papa tidak main-main dengan ucapannya,” tutur Ibu Airin dengan sendu karena ia terus memikirkan keberadaan Risa.“Ma, Adi sangat mencintai Sonya. Please, Ma! Restui hubungan kami,” kata Adi sambil bersujud di kaki ibunya.“Apa yang kamu lihat dari wanita itu sampai kamu bisa seperti ini? Mama sudah kehabisan kata-kata untuk membuat kamu sadar bahwa yang kamu lakukan ini salah. Kamu akan menyesal karena sudah membuang sebuah mutiara hanya demi memungut kerikil di jalanan. Kamu pegang kata-kata Mama kali ini, Adi. Supaya nanti saat Mama sudah tiada lagi di dunia ini, kamu akan mengingat apa yang Mama ka
Baca selengkapnya

55. Keterangan Dari Saksi

Keesokan harinya, Adi merasa sangat malas untuk membuka mata. Ia berharap jika kejadian kemarin hanyalah mimpi yang begitu ia terbangun, maka semua akan kembali seperti semula. Tetapi kebenarannya adalah semua itu nyata, ia benar-benar telah kehilangan sosok yang selalu dianiayanya selama ini.Dengan rasa malas, Adi melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu bersiap-siap untuk pergi ke kantor, hari ini ia akan bertemu dengan karyawan mall yang kemarin menyaksikan pertengkaran antara Sonya dan Risa.Sesampainya di kantor, Adi disambut oleh para staf dan juga Yogi sang asisten pribadi. Adi melihat sikap Yogi hari ini tidak seperti biasanya, ia yakin jika Yogi masih tersinggung dengan ucapannya tempo hari.“Selamat pagi, Pak Adi,” sapa Yogi dengan membungkukkan badannya.“Pagi, Yog. Kamu ikut ke ruangan saya sekarang!” titah Adi seraya melangkah menuju ruangannya.“Baik, Pak!” sahut Yogi, lalu mengikuti langkah bosnya.Sesampainya di ruangan Adi, Yogi hanya diam dan menun
Baca selengkapnya

56. Hari Pertama Di Panti Asuhan

Sampai di apartemen Sonya, Adi mencoba menerobos masuk ke kamar. Namun, saat akan membuka pintu kamar itu ternyata passwordnya telah diubah oleh Sonya. Tentu saja itu membuat Adi semakin geram karena tidak berhasil masuk.“Sonya … buka pintunya!” teriak Adi, ia sangat kesal karena Sonya mengganti password kamar itu tanpa memberitahunya.Melihat tidak ada tanda-tanda jika pintu kamar itu akan dibuka, membuat Adi semakin menggila. Perasaannya sudah tak menentu hari ini, di kantor ia sudah kehilangan asisten yang sangat berarti baginya. Ya, Yogi telah mengundurkan diri menjadi asisten pribadinya karena ia sangat kecewa dengan sikap Adi.***Sementara di Panti Asuhan, Risa tampak senang menikmati hari pertamanya di sana. Menghabiskan waktu bersama anak-anak membuat ia melupakan semua masalah yang terjadi dalam hidupnya. Senyuman, canda tawa penuh keceriaan kembali hadir menghiasi wajah cantiknya. Tak ada lagi air mata yang menetes, tak ada lagi kesedihan yang ia rasakan meski baru satu ha
Baca selengkapnya

57. Menagih Janji

Sudah tiga hari Risa menghilang, kepergiannya tidak hanya membuat ibu dan ayah mertuanya yang cemas dan khawatir. Adi pun merasa kehilangan dan merindukan istrinya. Selama tiga hari ini, pria itu terus berusaha mencari keberadaan Risa. Ia bahkan sampai mengabaikan kekasihnya karena merasa takut dengan ancaman Pak Arya beberapa hari yang lalu. Adi tidak takut pada siapa pun kecuali ayahnya, ia tidak ingin kejadian saat masih sekolah dulu terulang kembali.“Kemana lagi saya harus mencari kamu, Risa? Siapa yang membawa kamu pergi? Apa jangan-jangan dia?“ ucap Adi yang tiba-tiba teringat dengan seseorang yang dicurigai ada kaitannya dengan kepergian Risa.Tak ingin membuang waktu, ia segera meluncur untuk menemui seseorang yang diduga menjadi dalang atas menghilangnya Risa. Jika kecurigaannya terbukti benar, maka ia tidak akan segan-segan untuk menghancurkan orang itu.Dua puluh menit kemudian, Adi sudah sampai rumah sakit. Ia bergegas turun dari mobilnya lau masuk ke dalam rumah sakit.
Baca selengkapnya

58. Kesal Karena Diabaikan

“Anda mengusir saya? Lihat saja, Anda akan menyesal karena telah berani menantang saya,” kata Adi dengan mengacungkan jari telunjuknya pada dokter Reyhan, lalu keluar dari ruangan itu dengan membanting pintu.Setelah Adi keluar dari ruangannya, Reyhan kembali teringat dengan ucapan Adi yang mengatakan bahwa Risa pergi dari rumah. Reyhan membuka laci meja lalu mengambil bingkai foto yang selalu dibawa ke manapun ia pergi.“Cha, kamu di mana? Apa yang terjadi sama kamu sebenarnya? Apa laki-laki itu selalu menyakitimu? Kenapa kamu bisa menikah dengannya?” Reyhan menatap foto Risa dengan tatapan sendu.Ada rasa sesal di hati Reyhan, kenapa dulu ia tidak mengungkapkan perasaannya pada Risa yang ternyata juga memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya. Di saat dia merasa pantas bersanding dengan gadis itu, takdir malah tidak berpihak padanya. Perempuan yang sangat ia cintai itu sekarang sudah menjadi istri orang.Reyhan akan ikhlas jika Risa benar-benar mencintai suaminya, begitu pula seb
Baca selengkapnya

59. Kamu Hamil?

Ibu Airin jadi panik melihat darah yang terus mengalir di kaki Sonya. Buru-buru ia meraih ponsel yang ada di meja, lalu menghubungi seseorang.“Ayolah, Adi ... kenapa tidak diangkat, sih?” Ibu Airin semakin panik melihat wajah Sonya yang sudah pucat.“Tante ... sakit banget, Tan. Tolong aku,” ucap Sonya dengan suara yang semakin melemah.“Bi Ratih, tolong panggilkan pengawal!” perintah Ibu Airin.“Baik, Nyonya.” Bi Ratih segera keluar dari rumah untuk memanggil pengawal.Tak lama kemudian tampak tiga orang pria bertubuh tegap masuk ke dalam rumah bersama Bi Ratih. Mereka juga kaget melihat Sonya yang meringis kesakitan.“Kenapa kalian hanya diam saja? Ayo, bawa dia ke mobil! Bi Ratih ikut saya ke rumah sakit,” ujar Ibu Airin.“Baik, Nyonya,” sahut Bi Ratih dan tiga orang pengawal secara bersamaan.“Ambilkan tas saya di kamar, Bik!” titah Ibu Airin.“Iya, Nyonya.” Bi Ratih berlari menaiki tangga menuju kamar majikannya.Pengawal langsung membawa Sonya ke mobil dan diikuti oleh Ibu Airi
Baca selengkapnya

60. Kekecewaan Adi

“Iya, Tante. Kandungannya memang sudah lemah, sepertinya dia mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Ditambah lagi karena benturan keras yang dialaminya hari ini,” jelas dokter Leni.“Tante tidak tahu, Len. Apakah Tante harus sedih atau bahagia dengan berita ini. Tante memang membenci wanita itu, tetapi jika memang benar itu adalah anaknya Adi, berarti itu adalah cucu Tante juga,” ujar Ibu Airin dengan sendu.“Tante, kita tidak boleh percaya begitu saja. Aku tidak yakin kalau janin itu adalah anaknya Adi, tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa karena Adi terlalu mencintai Sonya. Dia akan selalu mempercayai apapun yang dikatakan oleh wanita itu,” tutur dokter Leni.“Tante juga tidak mau mempercayai itu, Len. Tetapi entah kenapa, naluri Tante mengatakan iya. Tante memang membenci ibunya, namun, tidak dengan bayinya. Meskipun itu bukan anaknya Adi, Tante tetap sedih karena sekarang janin tak berdosa itu telah tiada,” ujar Ibu Airin.“Sabar ya, Tan. Semua sudah kehendak Tuhan,” kata dokter Leni
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status