Home / Romansa / Takdir Istri Pengganti / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Takdir Istri Pengganti: Chapter 61 - Chapter 70

154 Chapters

61. Ziarah Ke Makam Sang Ayah

“Sekarang Tante puas? Ini yang Tante mau selama ini, ‘kan?” tanya Sonya sambil menatap Ibu Airin dengan tajam.“Sonya … jangan melewati batasanmu!” bentak Adi tak terima jika kekasihnya itu berkata kasar pada ibunya.“Jaga bicara kamu, Sonya! Apa seperti ini cara kamu berbicara pada orang yang lebih tua? Adi, sekarang kamu lihat sendiri bagaimana sikap dan perilaku wanita yang selalu kamu banggakan selama ini.” Dokter Leni menatap Sonya sambil tersenyum mengejek.“Pergi kalian semua dari sini! Aku muak lihat kalian berdua!” pekik Sonya seraya melempar bantal ke arah dokter Leni.“Tenanglah, Sonya. Kamu baru saja keguguran, jadi jangan terlalu banyak bergerak. Itupun kalau kamu ingin cepat sembuh,” ujar dokter Leni mengingatkan.“Aku tidak butuh simpati dari kamu! Aku mau keluar dari sini, aku tidak sudi dirawat sama orang sepertimu,” kata Sonya dengan ketus.“Aku juga tidak sudi merawatmu kalau bukan karena tanggung jawabku sebagai dokter,” ujar dokter Leni dengan sinis.“Len, tolong
Read more

62. Sakit Karena Luka Yang Tak Terlihat

“Sama-sama. Ayo, aku antar kamu ke mobil,” ujar Anita seraya merangkul Risa, lalu berjalan menuju mobil.“Ayo!” seru Risa bersemangat.Sampai di mobil, Risa tersenyum di balik masker seraya melambaikan tangannya. Perlahan mobilnya pun semakin menjauh dari area pemakaman. Anita juga melajukan mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu, ia berharap secepatnya bisa bertemu lagi dengan Risa.“Semoga kamu segera menemukan kebahagiaan, Risa. Kamu orang baik, aku yakin ada seseorang yang akan membahagiakanmu suatu saat nanti,” gumam Anita sambil menyeka air matanya.Mobil Risa melaju dengan kecepatan sedang menuju panti asuhan. Sementara di belakangnya, ada sebuah mobil yang terus mengikutinya sejak dari area pemakaman. Risa melihat dari kaca spion dan ia merasa ada yang mengikutinya, tetapi ia tidak mau ambil pusing. Bisa saja mobil itu hanya kebetulan searah dengannya.“Aku tidak boleh berprasangka buruk dulu, bisa saja ini hanya kebetulan. Lagi pula, aku sudah menukar plat nomor kendaraan
Read more

63. Keinginan Reyhan

“Cinta adalah tindakan memaafkan tanpa batas. Aku telah berjanji akan mencintaimu dalam setiap langkahku. Aku bisa mengetahui apa itu cinta, itu semua karenamu. Hanya ada satu kebahagiaan dalam hidupku, yaitu mencintaimu dan berharap balasan cinta darimu. Cintaku padamu layaknya jumlah pasir di bumi.” Reyhan Pratama Sanjaya.*** Bu Sukma bisa melihat raut wajah Reyhan yang berubah seketika setelah mengetahui satu kebenaran lagi tentang Risa. Ia tahu Reyhan pasti terluka, tetapi mau bagaimana lagi. Sepertinya takdir tidak menginginkan mereka untuk bersama.Risa juga telah membersihkan diri dan berganti pakaian, ia keluar dari kamarnya untuk bergabung bersama Reyhan dan Bu Sukma. Sudah tidak ada jalan lain selain menemui Reyhan. Risa yakin jika Reyhan tidak akan mengatakan kepada siapa pun kalau dirinya ada di panti asuhan itu saat ini.“Bu, anak-anak pada istirahat, ya?” tanya Risa seraya mendudukkan dirinya di depan Reyhan.“Iya, Neng. Mereka semua lagi istirahat,” sahut Bu Sukma.“K
Read more

64. Pertemuan Yang Tak Disengaja

Sesampainya di kamar, Adi merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ia merasa hatinya kosong saat ini, pikirannya terbayang dengan sosok Risa istrinya. Sudah hampir satu minggu Risa pergi dan tidak ada kabar sama sekali. Adi sudah berusaha mencarinya, tetapi belum juga membuahkan hasil.“Kenapa aku merasa kehilangan dia? Ada apa dengan perasaanku? Apa karena aku takut sama ancaman Papa? Hingga membuatku terus memikirkannya,” ucap Adi, mencoba mengelak jika ia merasa kehilangan Risa.Ponsel Adi kembali bergetar, membuat ia tersadar dari lamunannya. Tangannya terulur meraih ponsel yang terletak di atas nakas. Lagi-lagi, Adi menatap nanar ponselnya yang masih berdering setelah melihat siapa yang meneleponnya. Ia meletakkan kembali ponsel di atas nakas, lalu bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya.Tiga puluh menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih fresh. Melangkah menuju walk in closet untuk memili
Read more

65. Adi Vs Adam

Tubuh Sonya terhuyung hingga mundur beberapa langkah, dan lebih sial lagi sudut bibirnya mengenai ujung meja. Melihat kekasihnya diperlakukan seperti itu, Adam pun melayangkan pukulan keras ke wajah Adi.“Dasar banci lo, Di! Beraninya main tangan sama perempuan,” ucap Adam dengan geram setelah mendaratkan pukulan di wajah Adi.“Lo itu laki-laki yang tidak punya harga diri! Wanita itu adalah bekas gue,” ucap Adi sambil menatap tajam ke arah Adam.“Hahahaha… bekas lo? Nggak salah, nih? Coba deh, lo pikir-pikir lagi,” ujar Adam dengan santainya sambil melipat kedua tangannya di dada.“Dasar wanita murahan! Aku sudah melakukan banyak hal untukmu, tapi apa yang kamu lakukan padaku?” teriak Adi seraya mengusap kasar sudut bibirnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan yang dilayangkan Adam.“Kamu itu pecundang, Adi. Aku muak dengan sikap kamu yang terus mengabaikanku! Apa sekarang kamu sudah mulai mencintai istri kamu yang kampungan itu?” pekik Sonya sambil memegang perutnya yang terasa sa
Read more

66. Kecelakaan

BRAKK! Suara tabrakan yang tak terelakkan terdengar dari arah kiri jalan. Mobil Adi menghantam trotoar karena menghindari seseorang yang ada di depannya.“Aaaaa!” Adi juga berteriak saat mobilnya tak bisa dikendalikan dan menabrak trotoar.Orang yang tadi nyaris ditabrak oleh Adi langsung menoleh ke arah sumber suara yang terdengar begitu keras, orang itu pun kaget saat melihat mobil Adi sampai mengeluarkan asap. Ia berlari ke arah mobil sambil berteriak minta tolong.“Ya Tuhan, semoga orangnya tidak apa-apa,” gumam orang itu. “Tolong … siapa pun tolong saya!” teriaknya..Para pengendara lain yang lewat di sana akhirnya berhenti dan membantu mengeluarkan Adi dari dalam mobil. Mereka kaget setelah melihat siapa yang sedang mengalami kecelakaan itu.“Pak Adi! Astaga … ini Pak Adi Chandra Winata,” ucap seseorang yang menolong Adi.“Bapak mengenalnya?” tanya yang lain lagi.“Iya, saya mengenalnya. Dia adalah partner kerja saya,” sahut orang itu yang ternyata adalah Andre Kusuma.“Syukurl
Read more

67. Patah Tulang

Setelah menunggu kurang lebih satu jam, Adi akhirnya siuman dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Ibu Airin sangat cemas melihat keadaan putranya saat ini, ia tidak tega melihat begitu banyak luka di tubuh anak semata wayangnya.“Tuan Arya, Nyonya Airin. Saya pamit ya,” ucap Andre setelah melihat Adi sudah sadar.“Terima kasih, ya, Nak Andre. Kamu sudah membantu Adi,” ujar Ibu Airin sambil mengelus lengan Andre.“Sama-sama, Nyonya. Pak Adi, semoga lekas sembuh,” ucap Andre.“Terima kasih, Pak Andre,” kata Adi dengan suara lemah. Andre mengangguk sembari tersenyum. “Mari, saya antar ke depan!” seru Pak Arya seraya melangkah mengikuti Andre.“Saya permisi, Tuan. Selamat malam,” ucap Andre setelah sampai di luar ruangan Adi.“Iya, hati-hati.” Pak Arya menepuk pelan pundak Andre.Setelah Andre tak terlihat lagi, Pak Arya kembali ke kamar Adi untuk mengistirahatkan tubuhnya. Ia merasa sangat lelah setelah seharian mengurus masalah di kantor, ditambah lagi sekarang Adi malah terbaring
Read more

68. Rasa Itu Masih Sama

“Lebih baik aku siap-siap,” ucap Anita sambil berlari kecil menuju kamarnya, ia tidak ingin membuat dokter Reyhan menunggu lama.Setelah siap dengan dandanannya, Anita keluar dari kamar dengan perasaan berbunga-bunga. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang akan dibicarakan dokter Reyhan padanya.Mobil Anita melaju dengan santai menuju sebuah coffee shop yang tidak jauh dari rumah sakit. Reyhan telah mengirimkan alamat tempat mereka berdua ingin bertemu. Anita tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, ia benar-benar tidak menyangka bisa berbicara berdua dengan dokter Reyhan.Sementara Reyhan telah sampai di tempat ia dan Anita janjian untuk bertemu, Reyhan masuk ke dalam coffee shop dengan santai sembari mengulas senyum kepada para pekerja di sana. Semua pegawai kedai kopi itu adalah laki-laki, dan tempat itu adalah milik Reyhan sendiri. Hanya saja tidak banyak yang tahu jika dia adalah pemilik kedai kopi itu.“Selamat datang, Pak Dokter!” ucap salah satu pegawai yang bertangg
Read more

69. Menolak Untuk Pulang

“Siapa yang datang, ya, Neng?” tanya Bu Sukma.“Nggak tahu, Bu. Ayo, kita lihat!” seru Risa seraya melangkah menuju pintu depan.Sesampainya di teras depan, Bu Sukma melihat ada dua mobil yang telah terparkir di halaman panti. Namun, ia sama sekali tidak mengenali siapa pemilik mobil itu karena ternyata itu bukan mobil Reyhan ataupun mobil donatur lain yang biasanya datang ke sana.Dua pengawal berdiri di setiap sisi mobil, lalu membukakan pintu untuk kedua majikannya. Saat pintu mobil terbuka, terlihat seorang ibu-ibu paruh baya keluar dari mobil dengan anggunnya. Meskipun sudah berumur, kecantikannya masih terlihat jelas di wajahnya. Sementara di sebelahnya berdiri seorang laki-laki yang juga masih terlihat lebih muda dari usianya.“Siapa mereka, ya?” gumam Bu Sukma sambil memperhatikan dua orang yang sedang menatap ke arahnya.Risa pun terbelalak saat melihat siapa orang yang baru saja keluar dari mobil itu dan berjalan ke arahnya.“Mama, Papa!” ucap Risa yang kaget saat melihat ay
Read more

70. Orang Tua Yang Bijak

“Maafin Risa, Ma, Pa. Untuk saat ini Risa belum bisa memberitahu kalian,” gumam Risa seraya melambaikan tangannya pada Ibu Airin.Setelah mobil Ibu Airin dan Pak Arya tidak terlihat lagi, Risa dan Bu Sukma masuk ke dalam. Bu Sukma senang melihat mertua Risa begitu menyayanginya, meskipun tidak mendapatkan cinta dari suaminya, tetapi Risa bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari ibu dan ayah mertuanya.“Neng … apa tidak sebaiknya, Neng Risa memberitahu mereka tentang kehamilannya Neng? Ibu lihat, mereka sangat menyayangi Neng Risa,” ujar Bu Sukma.“Saya belum bisa memberitahu mereka untuk saat ini, Bu. Saya takut akan membahayakan keselamatan bayi yang ada di dalam kandungan saya ini, akan lebih baik tidak banyak yang tahu soal ini. Ibu tahu sendiri kalau suami saya dan orang tuanya punya banyak musuh di dunia bisnis, itu yang saya takutkan.” Risa menatap Bu Sukma, lalu memeluknya dengan erat.“Ya sudah, Ibu akan selalu mendukung apapun keputusannya Neng. Sekarang Neng R
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status