Home / Romansa / Takdir Istri Pengganti / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Takdir Istri Pengganti: Chapter 81 - Chapter 90

154 Chapters

81. Mendapat Petunjuk

Setelah Sonya keluar dari ruangannya, Adi duduk di sofa dengan wajah tertunduk. Ia sadar bahwa semua masalah yang terjadi karena kesalahannya sendiri dan ia tidak ingin membahayakan keselamatan Risa, sudah cukup ia memberi penderitaan pada istrinya selama ini, sekarang saatnya ia menebus semua kesalahan itu.Tok, tok, tok!Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Adi, di depan pintu tampak sang sekretaris tengah berdiri mematung melihat ruangan bosnya yang sudah sangat berantakan, dan ini bukanlah yang pertama kalinya ia mendapati ruangan atasannya yang berantakan seperti itu.‘Apun, dah. Ini Pak Adi kalau lagi marah apa harus selalu menghancurkan semua barang-barang yang ada di dekatnya? Untung saja dia itu bos yang kaya raya, jadi gampang banget kalau mau beli apa-apa,’ batin sekretaris Adi seraya melangkah menuju sofa yang ditempati atasannya.“Ada apa?” tanya Adi dengan ketus tanpa melihat ke arah sang sekretaris.Sekretaris itu pun kaget mendengar pertanyaan Adi yang sangat ketu
Read more

82. Ingin Memperbaiki Semuanya

Setelah mengganti pakaian, Adi keluar dari kamarnya dengan perasaan bahagia. Berjalan menuruni tangga sambil bersenandung ria. Ibu Airin sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah putranya yang seperti anak remaja sedang jatuh cinta.“Yakin kamu mau pergi sekarang, Di? Nanti kamu pulangnya kemalaman,” kata Ibu Airin.“Iya, Ma. Adi tidak mau menundanya lagi, pengawal juga akan ikut. Mama tenang saja, Adi akan bawa menantu Mama pulang.” Adi memeluk Ibu Airin.“Ya sudah, kamu hati-hati. Mama hanya bisa mendoakan kamu,” kata Ibu Airin seraya mengusap punggung Adi.“Adi pergi, Ma,” ucap Adi sembari melepas pelukannya.Adi dan empat orang pengawal keluar dari rumah menuju halaman depan, lalu masuk ke dalam mobil masing-masing. Kali ini Adi membawa Pak Dodi untuk menemaninya, sementara empat orang pengawal membawa dua mobil.Tiga mobil telah keluar dari halaman rumah utama keluarga Winata. Ibu Airin hanya bisa berdoa, semoga perjuangan putranya tidak sia-sia. Meskipun nanti Risa belum bisa
Read more

83. Aku Merindukanmu

“Aku mohon, Risa! Tolong berikan aku satu kesempatan lagi!” pinta Adi sambil bersujud di hadapan Risa, ia sudah tidak memikirkan harga diri dan martabatnya sebagai seorang pimpinan di perusahaan besar.“Apa yang kamu lakukan?” Risa menarik kakinya yang nyaris saja disentuh oleh Adi. “Bukan aku tempat kamu bersujud,” ucapnya.“Aku akan tetap seperti ini sampai kamu mau memberikan kesempatan kepadaku,” kata Adi tanpa merubah posisinya.“Terserah kamu!” ujar Risa seraya berdiri dari tempat duduknya, lalu pergi dari ruangan itu.“Risa … maafkan aku!” ucap Adi dengan suara serak. “Aku akan tetap berada di sini sampai kamu bisa memaafkanku dan bersedia kembali lagi Jakarta,” ujarnya sedikit berteriak.Risa masuk ke kamar sambil memijit pelipisnya, kepalanya tiba-tiba saja terasa pusing. Sesampainya di kamar, ia duduk di atas tempat tidur sambil terus memikirkan bagaimana caranya agar Adi bisa pergi dari tempat itu secepatnya. Dengan sikap Adi yang sekarang malah membuat Risa semakin takut
Read more

84. Kecewa Terhadap Ibu Mertua

Aku harus bersyukur pada derita yang aku terima di masa lalu. Karena itu adalah penyebab kekuatanku pada saat ini. Dewasa tak selalu menuntut kita berubah, tetapi perubahan yang baik selalu menuntut kita untuk menjadi lebih dewasa. Qoute by: Larisa Maheswari.*** Jakarta. Di rumah utama keluarga Winata. Pak Arya sedang pusing memikirkan pekerjaan di kantor cabang yang sedang ada masalah, ditambah lagi saat ini ia harus menghandel perusahaan utama yang berada dibawah pimpinan putranya.Selama Adi belum kembali ke Jakarta, maka dia yang bertanggung jawab penuh pada perusahaan itu. Biasanya Yogi yang selalu mewakili Adi di perusahaan, tetapi saat ini tidak ada yang bisa diandalkan. Jadi mau tidak mau, Pak Arya harus memegang dua perusahaan sekaligus.“Ma, sampai kapan Adi di sana? Papa tidak bisa jika harus lama-lama menangani dua perusahaan. Mama tahu sendiri jarak tempuh di antara dua perusahaan itu lumayan memakan waktu,” kata Pak Arya.Ibu Airin menggelengkan kepala. “Mama juga ti
Read more

85. Cemasnya Calon Ayah

“Apa? Tadi kamu bilang apa, Risa?” tanya Adi sembari berjalan mendekat ke arah istrinya. Setelah Bu Sukma memintanya untuk sarapan bersama yang lain, Adi pura-pura pergi dan bersembunyi di balik tembok, lalu mengikuti pimpinan panti. Saat Bu Sukma masuk ke dalam kamar Risa, ia berdiri di depan pintu kamar yang sedikit terbuka. Sehingga ia bisa mendengar dengan jelas percakapan antara Bu Sukma dan Risa. Awalnya ia hanya ingin memastikan jika Risa tidak mendengar percakapannya dengan sang ibu di telepon.Akan tetapi dugaan Adi ternyata benar, Risa sudah mendengar semuanya. Bahkan ia merasa kecewa sama ibu mertuanya, padahal itulah yang Adi takutkan. Namun, Adi lebih terkejut mendengar ucapan Risa yang mengatakan bahwa dirinya sedang hamil.“Adi … ka-kamu!” ucap Risa dengan terbata-bata.“Risa, aku tidak salah dengar, ‘kan? Kamu hamil? Mama aku juga sudah mengetahui soal ini?” Adi terus mendekat ke arah Risa. “Jangan mendekat! Tidak! Aku tidak hamil!” ujar Risa sambil memundurkan lang
Read more

86. Dehidrasi

Helikopter yang membawa Risa telah sampai di Jakarta. Pak Arya juga sudah menunggu kedatangan menantunya di landasan untuk helikopter (helipad) yang berada tidak jauh dari rumah sakit.Adi keluar dari helikopter sambil menggendong istrinya, sebenarnya Risa masih sanggup untuk berjalan sendiri, tetapi Adi tidak mengizinkannya.“Adi, Risa. Syukurlah, kalian sudah sampai. Mama kamu sudah sangat khawatir,” kata Pak Arya seraya menghampiri Adi.“Kita harus segera ke rumah sakit, Pa. Risa harus diperiksa sama dokter,” ujar Adi.“Ayo!” seru Pak Arya seraya membukakan pintu mobil untuk putra dan menantunya.Setelah Adi, Risa dan Bu Sukma masuk ke dalam mobil. Pak Arya juga masuk ke dalam mobilnya, lalu mengikuti mobil putranya menuju rumah sakit.Lima menit kemudian, dua mobil telah terparkir di halaman Rumah Sakit Sanjaya Medical Centre. Pengawal yang tadi ikut bersama Pak Arya turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobil, sedangkan yang satunya sudah berdiri di samping mobil Adi.“Silahkan
Read more

87. Sudah Membaik

“Wa’alaikum salam,” sahut Bu Sukma dan Ibu Airin secara bersamaan.Seorang ibu-ibu masuk ke dalam ruangan itu dengan menggandeng seorang anak kecil yang berusia sekitar lima tahun. Ibu Airin tidak mengenal ibu itu, tetapi dia kenal gadis kecil yang sedang bersama wanita tersebut. Karena gadis kecil itu adalah anak murid Risa yang pernah datang ke rumahnya.“Bunda Risa!” panggil gadis kecil itu seraya berlari ke arah bed pasien yang ditempati Risa.Risa menoleh ke arah sumber suara saat mendengar seseorang memanggilnya. Ia tersenyum bahagia karena sudah lama tidak bertemu dengan gadis kecil itu.“Indri … kamu di sini? Kok, kamu bisa tahu kalau Bunda Risa ada di sini?” tanya Risa seraya bangun dari tidurnya. “Sini, Sayang! Duduk sama Bunda,” pintanya sambil menepuk tempat tidur di sampingnya, ia merasa sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan anak murid yang sudah seperti anak kandungnya.Gadis kecil itu tanpa ragu naik ke atas tempat tidur, lalu duduk di pangkuan Risa. Adi terlihat tida
Read more

88. Permintaan Risa

“Risa, apa kamu serius ingin kembali ke panti asuhan itu lagi?” tanya Pak Arya.“Maaf, Pa. Aku harap, Papa dan Mama bisa menerima keputusan aku,” ujar Risa.Ibu Airin duduk di samping Risa, lalu menggenggam tangannya. “Sayang … Mama mohon sama kamu! Tolong dipikirkan lagi, kamu bisa tinggal sama Mama jika kamu tidak ingin kembali ke apartemen. Tapi tolong jangan pergi lagi!” pintanya.“Kamu tidak akan ke mana-mana, Risa! Aku tidak akan membiarkan kamu pergi,” kata Adi dengan nada datar.Risa menghela napas berat, lalu menghembusnya dengan kasar. “Apa yang akan kamu lakukan jika aku tetap memilih untuk pergi? Apa kamu akan mengurungku? Atau memukulku seperti biasa yang kamu lakukan selama ini? Aku sudah tidak bisa merasakan sakit lagi saat ini, karena semua rasa sakit sudah aku lewati!” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.Semua orang ada di ruangan itu terdiam membisu, terutama Adi. Kata-kata yang baru saja Risa ucapkan seperti cambuk yang menghantam tubuhnya, semua rasa sakit yang Risa
Read more

89. Mengabulkan Permintaan Risa

“Kamu benar-benar sudah bikin malu keluarga, Adi. Papa bahkan malu mengakui kamu sebagai anak kandung Papa! Seorang laki-laki akan memiliki harga diri yang tinggi ketika dia bisa memenuhi tanggung jawabnya, tapi apa yang kamu lakukan?! Kamu malah mengabaikan istrimu demi wanita jalang itu!” teriak Pak Arya dengan raut wajah memerah seperti bola api, beliau merasa sangat malu karena sifat buruk putranya.Tidak hanya Pak Arya dan Ibu Airin yang terkejut mendengar penuturan Risa, dokter Leni selaku sahabat baiknya Adi pun merasa sangat kecewa atas sikap pria itu terhadap istrinya. Yang dokter Leni tahu selama ini Adi adalah pria yang sangat loyal terhadap kekasihnya, Sonya. Maka dari itu ia tidak menyangka jika Risa diperlakukan seperti oleh sahabatnya.“Tega banget kamu, Adi!” gumam dokter Leni seraya menggelengkan kepalanya.“Aku sudah pernah memberinya black card waktu itu, Pa. Tapi dia sendiri yang menolaknya,” tandas Adi yang tidak terima terus dipojokkan.“Iya.Kamu memang pernah me
Read more

90. Mendapat Kiriman Bunga

Keesokan harinya, di ruang rawat Risa. Adi dan kedua orang tuanya tengah bersiap-siap untuk membawa Risa pulang ke rumah utama keluarga Winata. Sembari menunggu Risa melakukan pemeriksaan sebelum pulang, Adi meminta pengawal untuk membawa barang-barang istrinya ke mobil.Setelah selesai melakukan pemeriksaan, Anita juga ikut mengantar Risa sampai ke mobil. Tidak hanya dokter Anita, dokter Reyhan dan dokter Leni pun tak tinggal diam. Mereka berdua telah menunggu Risa di lobby rumah sakit.“Pak Reyhan, apa benar Kalau Risa itu adalah teman masa kecilnya Bapak?” tanya dokter Leni, ia baru mengetahui soal itu dari dokter Anita.“Iya, Dok. Dia adalah gadis kecil saya!” jawab Reyhan sambil tersenyum, membuat siapa saja meleleh melihatnya.Dokter Leni pun manggut-manggut menanggapi, ia bisa melihat dari raut wajah dokter Reyhan saat mengatakan bahwa Risa adalah gadis kecilnya. Tatapan mata yang berbinar penuh cinta dan senyuman penuh kebahagiaan menghiasi wajahnya. Sang dokter mengatakan itu
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status