Semua Bab Takdir Istri Pengganti: Bab 101 - Bab 110

154 Bab

101. Memberi Dua Pilihan

“Sekarang kita harus atur strategi untuk menjebak Sonya dan Adam, bagaimana menurut kalian?” tanya Reno, mencoba memberi solusi. “Itu bukan solusi yang tepat, Ren. Kak Adam adalah manusia yang sangat licik,” sahut Adi, usulan yang diajukan Reno bukannya tidak bagus, tetapi Adi merasa itu tidak akan berhasil. “Terus, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Erik. “Gue harus meningkatkan keamanan terhadap istri gue. Target mereka yang sebenarnya itu bukan Mama, tapi Risa,” kata Adi, sangat yakin yang menjadi incaran Sonya dan Adam adalah Risa. “Kalau begitu, kita salah karena telah pergi jauh dari rumah sakit. Bisa jadi, mereka akan beraksi di sana,” ujar Reno menduga-duga. Adi terlihat memikirkan sesuatu, kemudian berdiri sambil menyambar jas dan kunci mobilnya. Perkataan Reno membuat ia semakin khawatir, apalagi saat ini tidak ada pengawal yang berjaga di rumah sakit. “Mau ke mana, Bro?” tanya Erik. “Gue harus kembali ke rumah sakit, apa yang dikatakan Reno bisa saja terjad
Baca selengkapnya

102. Menyalahkan Diri Sendiri

Reyhan merasa bersalah sama Risa, obsesi dokter Cyntia terhadap dirinya membuat Risa harus terseret dalam masalah yang mengancam nyawanya. Reyhan masuk ke ruangannya, lalu menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya, sungguh pikirannya sangat lelah karena masalah ini. “Maafin Kakak, Cha. Kamu harus terlibat dalam masalah seperti ini karena Kakak, untung saja kamu tidak kenapa-kenapa. Jika sampai kamu yang terbaring di ruang ICU hari ini, Kakak tidak akan bisa memaafkan diri Kakak sendiri. Kakak janji akan selalu jagain kamu dari orang-orang yang berniat jahat sama kamu,” gumam Reyhan seraya menatap foto Risa yang terpajang di atas meja kerjanya. *** Di parkiran rumah sakit, Adi baru saja kembali dari apartemen Erik. Kecemasannya terhadap Risa kian bertambah setelah mendengar ucapan Reno, Adam adalah orang yang tidak bisa diremehkan. Untuk itu dia yang harus lebih berhati-hati lagi.Sebelum ke ruangan dokter Anita, Adi terlebih dahulu menemui ayahnya untuk menanyakan keadaan ibunya.
Baca selengkapnya

103. Ngidam Bakso

Malam harinya, semua telah berkumpul di rumah sakit. Ibu Airin juga sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, masih di ruangan dulu digunakan pasca operasi CABG beberapa bulan yang lalu. Bu Yulia juga hadir di sana, ia tampak begitu khawatir setelah mengetahui bahwa Ibu Airin dan Risa kecelakaan. Berita kecelakaan itu disiarkan di televisi, jadi semua orang sudah mengetahuinya, termasuk para musuh Adi yang begitu menginginkan kehancurannya.Dokter Reyhan masuk ke ruangan itu diikuti oleh dua orang yang berpakaian sama dengannya. Itu adalah dokter spesialis penyakit dalam dan dokter saraf, mereka yang akan menjelaskan hasil medis Ibu Airin.“Selamat malam semuanya!” sapa Reyhan dengan senyum ramah.“Malam, Dok.” Pak Arya menyahuti terlebih dahulu.“Nyonya, apa keluhannya?” tanya Reyhan kepada Ibu Airin.“Rasanya sakit semua, Dokter. Bahkan untuk menggerakkan badan pun susah,” sahut Ibu Airin.“Itu karena Anda mengalami patah tulang rusuk,” ujar Reyhan.Salah satu dokter yang bersama Reyha
Baca selengkapnya

104. Berusaha Menahan Godaan

Mobil Adi melaju dengan kencang menuju rumah utama keluarga Winata, Risa merasa sangat lelah hingga ia pun tertidur dalam perjalanan pulang ke rumah.Adi tersenyum melihat istrinya sudah memejamkan mata, wajahnya terlihat semakin cantik saat sedang tidur seperti ini. Bahkan naluri lelakinya mengatakan seandainya saja ini bukan di mobil, mungkin dia sudah khilaf melihat wajah cantik dan menggemaskan milik istri sahnya itu.“Ah, mikir apa lagi gue? Bisa-bisanya gue malah memikirkan hal itu,” ucap Adi seraya memalingkan wajahnya dari Risa.Adi kembali fokus mengemudi hingga sampai di rumah utama. Saat memasuki halaman rumah, ia melihat mobil Yogi telah terparkir di sana. Yogi pun menyadari kehadiran Adi, lalu keluar dari mobil untuk menyambut kedatangan bosnya.Melihat Risa masih tertidur pulas, Adi merasa tidak tega untuk membangunkannya. Tanpa ragu-ragu, ia pun menggendong istrinya dengan sangat hati-hati agar tidak membuat sang empunya terbangun.“Selamat malam, Pak!” sapa Yogi seraya
Baca selengkapnya

105. Memberikan Kesempatan

Keesokan harinya. Pagi ini cuaca begitu sejuk, angin berhembus masuk melalui celah-celah jendela kamar. Namun, sepasang suami istri masih terlelap dalam tidur mereka dengan saling berpelukan. Kehangatan tak biasa yang Risa rasakan membuat ia enggan untuk membuka mata. Bahkan ia sampai melewatkan waktu subuh karena tidur yang begitu nyenyak.Sebenarnya Adi sudah terbangun saat mendengar suara alarm dari ponsel Risa yang mengingatkan bahwa sudah masuk waktu subuh. Karena melihat istrinya tertidur begitu lelap, Adi jadi tidak tega membangunkannya. Ia malah mematikan alarm dan kembali tidur dengan mempererat pelukan kepada sang istri.Merasa sesak karena dekapan kuat dari seseorang, Risa menggeliat dan mengerjap matanya berkali-kali. Betapa kagetnya wanita itu saat membuka mata dan mendapati dirinya berada dalam dekapan orang yang selama ini selalu berlaku kasar padanya. Sekarang mereka sangat dekat, bahkan ia bisa merasakan deru napas suaminya yang menerpa wajahnya. Ia meraba ponselnya
Baca selengkapnya

106. Berhasil Menemukan Pelaku Yang Menabrak Ibu Airin

Setelah Adi pergi ke kantor, Risa bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Ia juga telah menyiapkan makanan yang akan dibawa ke rumah sakit. Mia juga akan ikut dengannya, untuk itu Risa memilih menyetir sendiri hari ini.“Mbak Mia, sudah siap belum? Ayo, kita pergi sekarang!” seru Risa sembari menuruni anak tangga.“Iya, Nyonya Muda. Ini sudah siap semuanya,” sahut Mia dengan memperlihatkan rantang makanan yang ada di tangannya.“Ya sudah, ayo!” Risa berjalan keluar rumah menuju garasi mobil.“Selamat pagi, Nyonya Muda. Saya yang akan mengantarkan Anda ke rumah sakit, Tuan Muda telah berpesan agar tidak mengizinkan Nyonya Muda menyetir sendiri,” kata Pak Dodi seraya membukakan pintu mobil untuk Risa.“Maaf, Pak Dodi. Tapi hari ini saya mau bawa mobil sendiri,” jawab Risa sambil berlalu melewati sang sopir. Mia tersenyum geli melihat Risa menolak tawaran dari Pak Dodi.“Tapi, Nyonya Muda. Nanti Tuan Muda akan marah jika tahu Anda menyetir sendiri,” ujar Pak Dodi.“Pak Dodi bisa ikuti m
Baca selengkapnya

107. Ambisi Yang Membawa Malapetaka

Cyntia tersenyum melihat siapa yang datang menemuinya, harapannya untuk bertemu dengan laki-laki itu sebelum meninggalkan Indonesia akhirnya terwujud. Jika ia yang datang ke rumah sakit akan memakan waktu yang lama, sedangkan dia sudah tidak punya banyak waktu.“Reyhan!” Cyntia melepas kopernya, berlari menghampiri laki-laki itu sembari menyeka air matanya.“Saya ke sini cuma mau memberikan ini,” ujar Reyhan seraya menyerahkan amplop berwarna coklat ke tangan Cyntia.“Apa ini, Reyhan?” tanya Cyntia dengan mengerutkan dahinya.“Itu adalah hak kamu, saya tidak ingin menahan hak orang lain. Terima kasih karena kamu telah menjadi partner yang baik selama ini,” ucap Reyhan dengan tatapan sendu.“Aku tidak butuh ini, Reyhan. Aku butuh kamu!” pungkas Cyntia langsung pada intinya, tidak ingin terlalu banyak basi-basi seperti yang sudah-sudah.“Maaf, kamu pasti sudah tahu apa jawaban saya. Jadi saya tidak perlu mengulanginya lagi,” jawab Reyhan, berusaha bersikap biasa meski di hatinya ada ras
Baca selengkapnya

108. Cemburu Tapi Gengsi Untuk Mengakui

Sampai di rumah sakit, Adi bergegas masuk dengan langkah panjangnya. Ia sudah tidak sabar ingin memberitahu semua orang bahwa pelaku yang menabrak ibunya telah tertangkap dan sudah mendekam di balik jeruji besi bersama dalangnya juga.Adi masuk ke ruang rawat ibunya tanpa mengetuk pintu, dan saat sampai di dalam ruangan itu ia mendapati seorang anak kecil berada dalam pangkuan istrinya.“Selamat siang semuanya!” sapa Adi dengan nada datar sembari melangkah menuju ranjang pasien yang ditempati Ibu Airin.“Adi, kamu ke sini? Bagaiman meetingnya?” tanya Pak Arya sembari menghampiri putranya.“Aku wakilkan sama Yogi, Pa.” Adi melihat sekilas ke arah Pak Arya.“Wakilkan? Kenapa?” Pak Arya mengerutkan dahi setelah mendengar perkataan Adi.“Iya, Pa. Aku dari kantor polisi, pelaku yang menabrak Mama sudah ditangkap dan sudah berada di dalam penjara. Bukan itu saja, dalangnya ternyata salah satu dokter di rumah sakit ini,” jelas Adi, tatapannya terfokus pada gadis kecil yang ada di pangkuan Ri
Baca selengkapnya

109. Dia Istri Saya, Bukan Pembantu

“Kita sudah sampai, Sayang. Ayo, kita masuk! Pasti oma kamu sudah nungguin di dalam,” ujar Risa sambil tersenyum ceria, sedangkan Adi hanya mengikutinya sembari melihat ke sekeliling.“Ini pertama kalinya saya masuk ke pekarangan rumah keluarga Kusuma,” gumam Adi sambil terus melanjutkan langkahnya menyusul Risa dan Indri.Di depan pintu rumah mewah itu terlihat tiga orang perempuan berpakaian seragam seperti pelayan tengah berdiri untuk menyambut nona muda Kusuma. Salah satu di antara mereka menghampiri Indri sembari membungkukkan badan.“Selamat siang, Mbak. Saya mau antar Indri,” kata Risa sambil tersenyum ramah kepada ketiga pelayan itu.“Siang, Nyonya. Terima kasih, Nyonya! Anda sudah bersedia mengantar Non Indri sampai ke sini,” ucap salah satu pelayan yang menghampiri Risa.“Sama-sama, Mbak.” Risa tersenyum sembari merangkul pundak Indri, ia juga senang bisa menghabiskan waktu bersama gadis kecil itu.“Non Indri, Nona sudah ditunggu sama oma. Mari, Non!” ujar pelayan sembari me
Baca selengkapnya

110. Aku Mencintaimu, Istriku

Sampai di mobil, Adi menghempaskan tubuhnya di kursi kemudi seraya memejamkan mata. Ia masih terlihat emosi karena kejadian di dalam restoran, Risa pun membiarkan saja dan menunggu sampai emosi suaminya sedikit meredam.“Kenapa kamu melarang saya untuk memberikan pelajaran kepada wanita itu?” tanya Adi dengan ketus sembari mengalihkan pandangan pada Risa, tetapi yang ditanya hanya menanggapi dengan senyuman.“Apa yang akan kamu dapatkan dengan melakukan itu?” tanya Risa dengan lembut sembari membalas tatapan suaminya.“Aku akan menghancurkan dia! Itu akan memberikan kepuasan bagiku karena dia telah berani menghinamu,” jelas Adi dengan lantang, membuat Risa menggelengkan kepala mendengarnya.Risa menggenggam tangan Adi dengan erat sambil menatapnya dengan tatapan sendu, ia tidak ingin suaminya terus bersikap kasar seperti itu yang nantinya hanya akan mengundang masalah baru dalam rumah tangga mereka.Adi kaget melihat sikap Risa yang seperti itu, ia terkejut dan juga bahagia akan hal i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status