“Sama-sama. Ayo, aku antar kamu ke mobil,” ujar Anita seraya merangkul Risa, lalu berjalan menuju mobil.“Ayo!” seru Risa bersemangat.Sampai di mobil, Risa tersenyum di balik masker seraya melambaikan tangannya. Perlahan mobilnya pun semakin menjauh dari area pemakaman. Anita juga melajukan mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu, ia berharap secepatnya bisa bertemu lagi dengan Risa.“Semoga kamu segera menemukan kebahagiaan, Risa. Kamu orang baik, aku yakin ada seseorang yang akan membahagiakanmu suatu saat nanti,” gumam Anita sambil menyeka air matanya.Mobil Risa melaju dengan kecepatan sedang menuju panti asuhan. Sementara di belakangnya, ada sebuah mobil yang terus mengikutinya sejak dari area pemakaman. Risa melihat dari kaca spion dan ia merasa ada yang mengikutinya, tetapi ia tidak mau ambil pusing. Bisa saja mobil itu hanya kebetulan searah dengannya.“Aku tidak boleh berprasangka buruk dulu, bisa saja ini hanya kebetulan. Lagi pula, aku sudah menukar plat nomor kendaraan
“Cinta adalah tindakan memaafkan tanpa batas. Aku telah berjanji akan mencintaimu dalam setiap langkahku. Aku bisa mengetahui apa itu cinta, itu semua karenamu. Hanya ada satu kebahagiaan dalam hidupku, yaitu mencintaimu dan berharap balasan cinta darimu. Cintaku padamu layaknya jumlah pasir di bumi.” Reyhan Pratama Sanjaya.*** Bu Sukma bisa melihat raut wajah Reyhan yang berubah seketika setelah mengetahui satu kebenaran lagi tentang Risa. Ia tahu Reyhan pasti terluka, tetapi mau bagaimana lagi. Sepertinya takdir tidak menginginkan mereka untuk bersama.Risa juga telah membersihkan diri dan berganti pakaian, ia keluar dari kamarnya untuk bergabung bersama Reyhan dan Bu Sukma. Sudah tidak ada jalan lain selain menemui Reyhan. Risa yakin jika Reyhan tidak akan mengatakan kepada siapa pun kalau dirinya ada di panti asuhan itu saat ini.“Bu, anak-anak pada istirahat, ya?” tanya Risa seraya mendudukkan dirinya di depan Reyhan.“Iya, Neng. Mereka semua lagi istirahat,” sahut Bu Sukma.“K
Sesampainya di kamar, Adi merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ia merasa hatinya kosong saat ini, pikirannya terbayang dengan sosok Risa istrinya. Sudah hampir satu minggu Risa pergi dan tidak ada kabar sama sekali. Adi sudah berusaha mencarinya, tetapi belum juga membuahkan hasil.“Kenapa aku merasa kehilangan dia? Ada apa dengan perasaanku? Apa karena aku takut sama ancaman Papa? Hingga membuatku terus memikirkannya,” ucap Adi, mencoba mengelak jika ia merasa kehilangan Risa.Ponsel Adi kembali bergetar, membuat ia tersadar dari lamunannya. Tangannya terulur meraih ponsel yang terletak di atas nakas. Lagi-lagi, Adi menatap nanar ponselnya yang masih berdering setelah melihat siapa yang meneleponnya. Ia meletakkan kembali ponsel di atas nakas, lalu bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya.Tiga puluh menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih fresh. Melangkah menuju walk in closet untuk memili
Tubuh Sonya terhuyung hingga mundur beberapa langkah, dan lebih sial lagi sudut bibirnya mengenai ujung meja. Melihat kekasihnya diperlakukan seperti itu, Adam pun melayangkan pukulan keras ke wajah Adi.“Dasar banci lo, Di! Beraninya main tangan sama perempuan,” ucap Adam dengan geram setelah mendaratkan pukulan di wajah Adi.“Lo itu laki-laki yang tidak punya harga diri! Wanita itu adalah bekas gue,” ucap Adi sambil menatap tajam ke arah Adam.“Hahahaha… bekas lo? Nggak salah, nih? Coba deh, lo pikir-pikir lagi,” ujar Adam dengan santainya sambil melipat kedua tangannya di dada.“Dasar wanita murahan! Aku sudah melakukan banyak hal untukmu, tapi apa yang kamu lakukan padaku?” teriak Adi seraya mengusap kasar sudut bibirnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan yang dilayangkan Adam.“Kamu itu pecundang, Adi. Aku muak dengan sikap kamu yang terus mengabaikanku! Apa sekarang kamu sudah mulai mencintai istri kamu yang kampungan itu?” pekik Sonya sambil memegang perutnya yang terasa sa
BRAKK! Suara tabrakan yang tak terelakkan terdengar dari arah kiri jalan. Mobil Adi menghantam trotoar karena menghindari seseorang yang ada di depannya.“Aaaaa!” Adi juga berteriak saat mobilnya tak bisa dikendalikan dan menabrak trotoar.Orang yang tadi nyaris ditabrak oleh Adi langsung menoleh ke arah sumber suara yang terdengar begitu keras, orang itu pun kaget saat melihat mobil Adi sampai mengeluarkan asap. Ia berlari ke arah mobil sambil berteriak minta tolong.“Ya Tuhan, semoga orangnya tidak apa-apa,” gumam orang itu. “Tolong … siapa pun tolong saya!” teriaknya..Para pengendara lain yang lewat di sana akhirnya berhenti dan membantu mengeluarkan Adi dari dalam mobil. Mereka kaget setelah melihat siapa yang sedang mengalami kecelakaan itu.“Pak Adi! Astaga … ini Pak Adi Chandra Winata,” ucap seseorang yang menolong Adi.“Bapak mengenalnya?” tanya yang lain lagi.“Iya, saya mengenalnya. Dia adalah partner kerja saya,” sahut orang itu yang ternyata adalah Andre Kusuma.“Syukurl
Setelah menunggu kurang lebih satu jam, Adi akhirnya siuman dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Ibu Airin sangat cemas melihat keadaan putranya saat ini, ia tidak tega melihat begitu banyak luka di tubuh anak semata wayangnya.“Tuan Arya, Nyonya Airin. Saya pamit ya,” ucap Andre setelah melihat Adi sudah sadar.“Terima kasih, ya, Nak Andre. Kamu sudah membantu Adi,” ujar Ibu Airin sambil mengelus lengan Andre.“Sama-sama, Nyonya. Pak Adi, semoga lekas sembuh,” ucap Andre.“Terima kasih, Pak Andre,” kata Adi dengan suara lemah. Andre mengangguk sembari tersenyum. “Mari, saya antar ke depan!” seru Pak Arya seraya melangkah mengikuti Andre.“Saya permisi, Tuan. Selamat malam,” ucap Andre setelah sampai di luar ruangan Adi.“Iya, hati-hati.” Pak Arya menepuk pelan pundak Andre.Setelah Andre tak terlihat lagi, Pak Arya kembali ke kamar Adi untuk mengistirahatkan tubuhnya. Ia merasa sangat lelah setelah seharian mengurus masalah di kantor, ditambah lagi sekarang Adi malah terbaring
“Lebih baik aku siap-siap,” ucap Anita sambil berlari kecil menuju kamarnya, ia tidak ingin membuat dokter Reyhan menunggu lama.Setelah siap dengan dandanannya, Anita keluar dari kamar dengan perasaan berbunga-bunga. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang akan dibicarakan dokter Reyhan padanya.Mobil Anita melaju dengan santai menuju sebuah coffee shop yang tidak jauh dari rumah sakit. Reyhan telah mengirimkan alamat tempat mereka berdua ingin bertemu. Anita tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, ia benar-benar tidak menyangka bisa berbicara berdua dengan dokter Reyhan.Sementara Reyhan telah sampai di tempat ia dan Anita janjian untuk bertemu, Reyhan masuk ke dalam coffee shop dengan santai sembari mengulas senyum kepada para pekerja di sana. Semua pegawai kedai kopi itu adalah laki-laki, dan tempat itu adalah milik Reyhan sendiri. Hanya saja tidak banyak yang tahu jika dia adalah pemilik kedai kopi itu.“Selamat datang, Pak Dokter!” ucap salah satu pegawai yang bertangg
“Siapa yang datang, ya, Neng?” tanya Bu Sukma.“Nggak tahu, Bu. Ayo, kita lihat!” seru Risa seraya melangkah menuju pintu depan.Sesampainya di teras depan, Bu Sukma melihat ada dua mobil yang telah terparkir di halaman panti. Namun, ia sama sekali tidak mengenali siapa pemilik mobil itu karena ternyata itu bukan mobil Reyhan ataupun mobil donatur lain yang biasanya datang ke sana.Dua pengawal berdiri di setiap sisi mobil, lalu membukakan pintu untuk kedua majikannya. Saat pintu mobil terbuka, terlihat seorang ibu-ibu paruh baya keluar dari mobil dengan anggunnya. Meskipun sudah berumur, kecantikannya masih terlihat jelas di wajahnya. Sementara di sebelahnya berdiri seorang laki-laki yang juga masih terlihat lebih muda dari usianya.“Siapa mereka, ya?” gumam Bu Sukma sambil memperhatikan dua orang yang sedang menatap ke arahnya.Risa pun terbelalak saat melihat siapa orang yang baru saja keluar dari mobil itu dan berjalan ke arahnya.“Mama, Papa!” ucap Risa yang kaget saat melihat ay
“Astaghfirullah … apa yang sudah aku lakukan?” gumam Risa sambil menarik napas panjang.Andre juga kaget melihat Risa yang begitu emosi, ternyata wanita sangat lembut dan penyayang yang ia kenal selama ini juga bisa berkata dengan nada tinggi seperti itu.“Saya tahu kalau cara saya sedikit egois, tapi itu adalah bukti kalau saya mencintai kamu. Saya bisa mendapatkan ribuan gadis yang bersedia menjadi istri saya, tapi yang saya inginkan hanya kamu. Hanya kamu yang akan menjadi ibu dari anak-anak saya,” ujar Andre.Risa menipiskan bibir dan tersenyum tanggung, lalu mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk.“Dengarkan saya baik-baik, Tuan Andre Kusuma Yang Terhormat. Saya adalah seorang istri yang sah di mata agama dan hukum yang berlaku di negara ini, saya tidak melarang Anda jatuh cinta sama saya karena itu adalah persoalan hati seseorang. Namun, maaf beribu maaf saya ucapkan. Apapun yang akan Anda lakukan tetap tidak akan merubah apapun, saya tidak akan membalas perasaan Anda!” ucap Ri
Adi keluar dari ruang ganti dengan raut wajah yang masih sama seperti saat sebelum ia masuk ke dalam ruangan tersebut.“Kamu masih ingin aku mengabulkan permintaanmu itu, Sayang? Jangan harap!” ujar Adi dengan nada ketus.Risa menghela napas berat kala melihat suaminya masih tersulut emosi setelah mendengar permintaannya untuk berbicara empat mata dengan Andre.“Please, Sayang! Izinkan aku untuk bertemu dengannya, kamu boleh ikut dan mengawasiku dari jauh. Bagaimana?” tawar Risa mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Sekali tidak, tetap tidak!” tandas Adi tanpa melihat ke arah Risa.Risa tidak putus asa meski telah ditolak berkali-kali, ia harus bisa membujuk suaminya agar mau mengabulkan keinginannya. Jika terus dibiarkan, maka masalah di antara keduanya tidak akan pernah selesai. Akar dari permasalahan di sini adalah dirinya, maka dari itu dialah yang harus turun tangan sendiri.“Ya sudah, kalau kamu bersikukuh seperti itu. Aku mau tidur di kamar sebelah,” ujar Risa sembari melangka
Setelah Bu Soraya pergi dari rumah itu, Ibu Airin membawa Risa ke kamarnya untuk membicarakan apa yang tadi disampaikan oleh Bu Soraya kepadanya.“Sayang, ayo duduk sini!” ajak Ibu Airin sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.“Iya, Ma.” Risa tersenyum sembari mendudukkan dirinya di samping Ibu Airin. “Apa yang ingin Mama jelaskan sama Risa?” tanyanya dengan lembut.“Kamu masih ingat kejadian saat kamu dan Adi pergi untuk menghadiri jamuan makan malam waktu itu? Soal itulah yang akan Mama sampaikan sama kamu,” ujar Ibu Airin.“Makan malam yang diadakan oleh Tuan Andre?” tanya Risa lagi.“Iya, Sayang. Yang waktu itu,” sahut Ibu Airin.“Kenapa memangnya, Ma?” tanya Risa semakin penasaran.“Ternyata, dia mengadakan acara makan malam itu untuk membuat kamu keluar dari rumah ini dan menculik kamu. Nyonya Kusuma sendiri yang bilang seperti itu sama Mama. Andre meminta anak buahnya untuk mengikuti mobil kalian,” jelas Ibu Airin.“Apa, Ma?! Jadi, penyerangan pada malam itu adalah ulahnya Tu
“Nyonya mau bicara apa?” tanya Ibu Airin seraya menatap Bu Soraya dengan lekat.Bu Sora menghela napas panjang seraya memejamkan mata sebelum mengatakan apa yang akan ia sampaikan.“Maaf sebelumnya, Nyonya Airin. Mungkin ini akan sedikit mengejutkan Anda, tapi saya harap Nyonya bisa menerimanya,” ujar Bu Soraya.Perkataannya semakin membuat Ibu Airin penasaran, apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh nyonya Kusuma. Sehingga ia terlihat gugup dan ketakutan seperti itu.“Katakan saja, Nyonya. Apa yang ingin Nyonya katakan sebenarnya? Kenapa Nyonya jadi tegang begitu?” tanya Ibu Airin, ia juga sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.“Putra saya ternyata mencinta menantu Anda, saya juga baru mengetahuinya. Selama ini sudah banyak perempuan yang saya kenalkan sama dia, tapi tidak ada satu pun yang bisa menarik perhatiannya. Mulai dari gadis kaya dan terhormat, sampai gadis biasa sudah pernah saya kenalkan. Namun, hasilnya tetap sama. Andre sama sekali tidak melirik satu pun
“Mau ketemu saya? Siapa, Mbak?” tanya Risa dengan mengerutkan dahi. “Iya, Nyonya Muda. Seorang ibu-ibu sama anak kecil yang waktu itu datang ke rumah sakit,” jawab Mia dengan napas yang masih ngos-ngosan. “Ayo kita lihat siapa orangnya, Sayang!” seru Ibu Airin sembari merangkul pundak Risa. “Iya, Ma.” Risa langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Ia sudah bisa menduga siapa orang tersebut. Sementara Ibu Airin penasaran siapa orang yang ingin bertemu dengan menantunya. Siapa ibu-ibu yang dimaksud oleh Mia? “Di mana orangnya, Mia?” tanya ibu Airin saat sampai di ruang keluarga. “Masih di depan, Nyonya Besar. Saya tadi nyariin Nyonya Muda ke kamar, tapi Nyonya Muda nggak ada di sana,” ujar Mia. “Siapa sih, orangnya?” gumam Ibu Airin sembari berjalan menuju pintu depan. Ia tidak pernah terpikir jika orang itu adalah Indri, si gadis kecil yang sudah seperti putri bagi Risa. Sesampainya di teras depan, mereka langsung dikagetkan dengan teriakan anak kecil yang berlari ke arah Risa.
Reyhan kaget melihat Anita tiba-tiba berada di sana, apalagi setelah ia mendengar pertanyaan dokter muda itu. Ia yakin jika Anita sudah mendengar semua pembicaraannya dengan dokter Cyntia. “Dokter Anita, Anda di sini?” tanya Reyhan lalu menghentikan langkahnya saat melihat Anita menghampirinya. “Iya, Pak. Saya kebetulan baru pulang dari rumah Risa, tapi nggak nyangka bisa bertemu Pak Reyhan di sini. Tapi maaf nih, Pak. Bukan maksud saya lancang, apa benar Pak Reyhan dan Dokter Cyntia pacaran?” Anita menatap Reyhan dengan lekat, ada rasa sesak di dadanya saat mengetahui laki-laki yang ia cintai saat ini sudah menjadi kekasih wanita lain. Namun, ia berusaha menutupi rasa kecewanya. “Oh, bagaimana keadaan Risa? Apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Reyhan lagi. Ia tidak menanggapi pertanyaan Anita yang terakhir karena ia tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Saat Reyhan menyebut nama Risa, darah Cyntia seakan mendidih mendengar kekasihnya menanyakan wanita lain. Terlebih lagi,
“Apa yang mau kamu jelasin? Kamu mau mengatakan kalau semua yang kamu lakukan ini karena cinta? Apa itu yang akan kamu katakan sama Mama, Andre?!” erang Bu Soraya dengan raut wajah memerah. “Ma, semua ini tidak seperti yang Mama pikirkan. Aku tidak mungkin mencelakai wanita yang aku cintai,” ujar Andre. “Cinta kamu bilang? Kamu bukan mencintainya, tapi kamu hanya terobsesi! Wanita itu terlalu baik untuk kamu, Andre. Jadi sekarang Mama tahu apa tujuan kamu mengadakan jamuan makan malam waktu itu, ternyata ini rencana kamu? Mama malu mengakui kamu sebagai putra dari keluarga Kusuma. Papa kamu tidak pernah berbuat curang dalam hal apapun, termasuk apa yang baru saja kamu lakukan ini. Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga Kusuma, Ndre.” Bu Soraya keluar dari kamar Andre sambil menangis, ia tidak percaya jika putranya sampai senekat itu hanya demi mendapatkan wanita yang katanya begitu ia cintai. Selama ini Andre memang tidak pernah tertarik pada semua wanita yang pernah Bu Soraya ke
Satu bulan sudah berlalu. Selama itu pula Risa tidak diizinkan keluar dari rumah, bahkan untuk pemeriksaan kandungannya pun Adi sudah membuat kamar tidur mereka seperti sebuah klinik. Itu semua ia lakukan demi menjaga keamanan dan keselamatan istri dan calon anaknya.Dokter Reyhan dan Cyntia sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, sampai saat ini Risa belum mengetahui hal itu. Anita juga belum tahu soal itu karena Cyntia tidak pernah datang ke rumah sakit. Semua orang di rumah sakit juga tidak ada yang tahu mengenai hubungan anak pemilik rumah sakit itu dengan mantan dokter spesialis anestesi kardiovaskuler sekaligus mantan asisten dokter Reyhan di tim operasi.Reyhan bersedia menjadi kekasih Cyntia demi keselamatan Risa dan bayi yang tengah ia kandung, tetapi Reyhan juga mengajukan syarat kepada wanita itu. Cyntia dilarang menemuinya di rumah sakit, dan syarat itu pun diterima oleh wanita itu.Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kandungan Risa. Usia kandungannya sudah memasuki d
Risa keluar dari kamar mandi dan melihat Adi duduk di sofa dengan kedua tangan dijadikan penopang wajahnya. Tatapannya terlihat kosong, bahkan laki-laki itu sampai tidak menyadari jika istrinya sudah keluar dari kamar mandi. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang banyak masalah. “Kamu mandi dulu sana! Setelah itu kita shalat supaya pikiran kamu lebih tenang,” ujar Risa membuyarkan lamunan Adi. “Kamu sudah selesai, Sayang? Maaf ya, aku jadi melamun. Ya sudah, aku mandi dan ambil air wudhu sebentar.” Adi masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai, ada rasa bersalah yang ia rasakan terhadap istrinya. “Ya Allah, apapun masalah yang sedang ia hadapi saat ini, aku mohon permudahkanlah!” ucap Risa penuh harap. Kriet! Suara pintu kamar mandi terbuka, Adi keluar dari sana dengan handuk melilit dari tubuhnya. Wajahnya sudah terlihat lebih segar setelah mandi dan berwudhu. “Sebentar ya, Sayang. Aku ganti baju dulu,” ucap Adi sembari melangkah menuju tempat tidur. Pakaian gantinya sudah d