Pak Arya mengepal erat tangannya seraya melotot tajam. Terlihat jelas kemarahan dan kebencian di wajahnya, tidak banyak yang tahu jika beliau adalah mantan narapidana kasus pembunuhan puluhan tahun silam. “Papa harus lihat keadaan Mama,” kata Pak Arya sembari berjalan menuju ruang ICU. “Papa.” Adi menghentikan langkah sang ayah. “Aku minta maaf karena tidak bisa menjaga Mama,” ucapnya seraya memeluk Pak Arya. Pak Arya terharu mendengar Adi meminta maaf seperti itu, sikapnya hari ini sangat berbeda dari biasanya. Ia berharap ini akan berlangsung selamanya, Adi bisa berubah menjadi lebih lembut dan bisa mengontrol emosinya. “Tidak perlu minta maaf, ini semua sudah terjadi. Kita berdoa saja untuk kesembuhan Mama kamu,” ujar Pak Arya sembari mengusap punggung Adi. “Papa tolong jagain Mama, ya. Aku mau melihat keadaan Risa, Pa. Aku takut terjadi apa-apa sama istri dan anakku,” kata Adi sambil melepas pelukannya. Pak Arya menganggukan kepala seraya menatap Adi dengan sendu, rasa haru
“Sekarang kita harus atur strategi untuk menjebak Sonya dan Adam, bagaimana menurut kalian?” tanya Reno, mencoba memberi solusi. “Itu bukan solusi yang tepat, Ren. Kak Adam adalah manusia yang sangat licik,” sahut Adi, usulan yang diajukan Reno bukannya tidak bagus, tetapi Adi merasa itu tidak akan berhasil. “Terus, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Erik. “Gue harus meningkatkan keamanan terhadap istri gue. Target mereka yang sebenarnya itu bukan Mama, tapi Risa,” kata Adi, sangat yakin yang menjadi incaran Sonya dan Adam adalah Risa. “Kalau begitu, kita salah karena telah pergi jauh dari rumah sakit. Bisa jadi, mereka akan beraksi di sana,” ujar Reno menduga-duga. Adi terlihat memikirkan sesuatu, kemudian berdiri sambil menyambar jas dan kunci mobilnya. Perkataan Reno membuat ia semakin khawatir, apalagi saat ini tidak ada pengawal yang berjaga di rumah sakit. “Mau ke mana, Bro?” tanya Erik. “Gue harus kembali ke rumah sakit, apa yang dikatakan Reno bisa saja terjad
Reyhan merasa bersalah sama Risa, obsesi dokter Cyntia terhadap dirinya membuat Risa harus terseret dalam masalah yang mengancam nyawanya. Reyhan masuk ke ruangannya, lalu menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya, sungguh pikirannya sangat lelah karena masalah ini. “Maafin Kakak, Cha. Kamu harus terlibat dalam masalah seperti ini karena Kakak, untung saja kamu tidak kenapa-kenapa. Jika sampai kamu yang terbaring di ruang ICU hari ini, Kakak tidak akan bisa memaafkan diri Kakak sendiri. Kakak janji akan selalu jagain kamu dari orang-orang yang berniat jahat sama kamu,” gumam Reyhan seraya menatap foto Risa yang terpajang di atas meja kerjanya. *** Di parkiran rumah sakit, Adi baru saja kembali dari apartemen Erik. Kecemasannya terhadap Risa kian bertambah setelah mendengar ucapan Reno, Adam adalah orang yang tidak bisa diremehkan. Untuk itu dia yang harus lebih berhati-hati lagi.Sebelum ke ruangan dokter Anita, Adi terlebih dahulu menemui ayahnya untuk menanyakan keadaan ibunya.
Malam harinya, semua telah berkumpul di rumah sakit. Ibu Airin juga sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, masih di ruangan dulu digunakan pasca operasi CABG beberapa bulan yang lalu. Bu Yulia juga hadir di sana, ia tampak begitu khawatir setelah mengetahui bahwa Ibu Airin dan Risa kecelakaan. Berita kecelakaan itu disiarkan di televisi, jadi semua orang sudah mengetahuinya, termasuk para musuh Adi yang begitu menginginkan kehancurannya.Dokter Reyhan masuk ke ruangan itu diikuti oleh dua orang yang berpakaian sama dengannya. Itu adalah dokter spesialis penyakit dalam dan dokter saraf, mereka yang akan menjelaskan hasil medis Ibu Airin.“Selamat malam semuanya!” sapa Reyhan dengan senyum ramah.“Malam, Dok.” Pak Arya menyahuti terlebih dahulu.“Nyonya, apa keluhannya?” tanya Reyhan kepada Ibu Airin.“Rasanya sakit semua, Dokter. Bahkan untuk menggerakkan badan pun susah,” sahut Ibu Airin.“Itu karena Anda mengalami patah tulang rusuk,” ujar Reyhan.Salah satu dokter yang bersama Reyha
Mobil Adi melaju dengan kencang menuju rumah utama keluarga Winata, Risa merasa sangat lelah hingga ia pun tertidur dalam perjalanan pulang ke rumah.Adi tersenyum melihat istrinya sudah memejamkan mata, wajahnya terlihat semakin cantik saat sedang tidur seperti ini. Bahkan naluri lelakinya mengatakan seandainya saja ini bukan di mobil, mungkin dia sudah khilaf melihat wajah cantik dan menggemaskan milik istri sahnya itu.“Ah, mikir apa lagi gue? Bisa-bisanya gue malah memikirkan hal itu,” ucap Adi seraya memalingkan wajahnya dari Risa.Adi kembali fokus mengemudi hingga sampai di rumah utama. Saat memasuki halaman rumah, ia melihat mobil Yogi telah terparkir di sana. Yogi pun menyadari kehadiran Adi, lalu keluar dari mobil untuk menyambut kedatangan bosnya.Melihat Risa masih tertidur pulas, Adi merasa tidak tega untuk membangunkannya. Tanpa ragu-ragu, ia pun menggendong istrinya dengan sangat hati-hati agar tidak membuat sang empunya terbangun.“Selamat malam, Pak!” sapa Yogi seraya
Keesokan harinya. Pagi ini cuaca begitu sejuk, angin berhembus masuk melalui celah-celah jendela kamar. Namun, sepasang suami istri masih terlelap dalam tidur mereka dengan saling berpelukan. Kehangatan tak biasa yang Risa rasakan membuat ia enggan untuk membuka mata. Bahkan ia sampai melewatkan waktu subuh karena tidur yang begitu nyenyak.Sebenarnya Adi sudah terbangun saat mendengar suara alarm dari ponsel Risa yang mengingatkan bahwa sudah masuk waktu subuh. Karena melihat istrinya tertidur begitu lelap, Adi jadi tidak tega membangunkannya. Ia malah mematikan alarm dan kembali tidur dengan mempererat pelukan kepada sang istri.Merasa sesak karena dekapan kuat dari seseorang, Risa menggeliat dan mengerjap matanya berkali-kali. Betapa kagetnya wanita itu saat membuka mata dan mendapati dirinya berada dalam dekapan orang yang selama ini selalu berlaku kasar padanya. Sekarang mereka sangat dekat, bahkan ia bisa merasakan deru napas suaminya yang menerpa wajahnya. Ia meraba ponselnya
Setelah Adi pergi ke kantor, Risa bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Ia juga telah menyiapkan makanan yang akan dibawa ke rumah sakit. Mia juga akan ikut dengannya, untuk itu Risa memilih menyetir sendiri hari ini.“Mbak Mia, sudah siap belum? Ayo, kita pergi sekarang!” seru Risa sembari menuruni anak tangga.“Iya, Nyonya Muda. Ini sudah siap semuanya,” sahut Mia dengan memperlihatkan rantang makanan yang ada di tangannya.“Ya sudah, ayo!” Risa berjalan keluar rumah menuju garasi mobil.“Selamat pagi, Nyonya Muda. Saya yang akan mengantarkan Anda ke rumah sakit, Tuan Muda telah berpesan agar tidak mengizinkan Nyonya Muda menyetir sendiri,” kata Pak Dodi seraya membukakan pintu mobil untuk Risa.“Maaf, Pak Dodi. Tapi hari ini saya mau bawa mobil sendiri,” jawab Risa sambil berlalu melewati sang sopir. Mia tersenyum geli melihat Risa menolak tawaran dari Pak Dodi.“Tapi, Nyonya Muda. Nanti Tuan Muda akan marah jika tahu Anda menyetir sendiri,” ujar Pak Dodi.“Pak Dodi bisa ikuti m
Cyntia tersenyum melihat siapa yang datang menemuinya, harapannya untuk bertemu dengan laki-laki itu sebelum meninggalkan Indonesia akhirnya terwujud. Jika ia yang datang ke rumah sakit akan memakan waktu yang lama, sedangkan dia sudah tidak punya banyak waktu.“Reyhan!” Cyntia melepas kopernya, berlari menghampiri laki-laki itu sembari menyeka air matanya.“Saya ke sini cuma mau memberikan ini,” ujar Reyhan seraya menyerahkan amplop berwarna coklat ke tangan Cyntia.“Apa ini, Reyhan?” tanya Cyntia dengan mengerutkan dahinya.“Itu adalah hak kamu, saya tidak ingin menahan hak orang lain. Terima kasih karena kamu telah menjadi partner yang baik selama ini,” ucap Reyhan dengan tatapan sendu.“Aku tidak butuh ini, Reyhan. Aku butuh kamu!” pungkas Cyntia langsung pada intinya, tidak ingin terlalu banyak basi-basi seperti yang sudah-sudah.“Maaf, kamu pasti sudah tahu apa jawaban saya. Jadi saya tidak perlu mengulanginya lagi,” jawab Reyhan, berusaha bersikap biasa meski di hatinya ada ras
“Astaghfirullah … apa yang sudah aku lakukan?” gumam Risa sambil menarik napas panjang.Andre juga kaget melihat Risa yang begitu emosi, ternyata wanita sangat lembut dan penyayang yang ia kenal selama ini juga bisa berkata dengan nada tinggi seperti itu.“Saya tahu kalau cara saya sedikit egois, tapi itu adalah bukti kalau saya mencintai kamu. Saya bisa mendapatkan ribuan gadis yang bersedia menjadi istri saya, tapi yang saya inginkan hanya kamu. Hanya kamu yang akan menjadi ibu dari anak-anak saya,” ujar Andre.Risa menipiskan bibir dan tersenyum tanggung, lalu mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk.“Dengarkan saya baik-baik, Tuan Andre Kusuma Yang Terhormat. Saya adalah seorang istri yang sah di mata agama dan hukum yang berlaku di negara ini, saya tidak melarang Anda jatuh cinta sama saya karena itu adalah persoalan hati seseorang. Namun, maaf beribu maaf saya ucapkan. Apapun yang akan Anda lakukan tetap tidak akan merubah apapun, saya tidak akan membalas perasaan Anda!” ucap Ri
Adi keluar dari ruang ganti dengan raut wajah yang masih sama seperti saat sebelum ia masuk ke dalam ruangan tersebut.“Kamu masih ingin aku mengabulkan permintaanmu itu, Sayang? Jangan harap!” ujar Adi dengan nada ketus.Risa menghela napas berat kala melihat suaminya masih tersulut emosi setelah mendengar permintaannya untuk berbicara empat mata dengan Andre.“Please, Sayang! Izinkan aku untuk bertemu dengannya, kamu boleh ikut dan mengawasiku dari jauh. Bagaimana?” tawar Risa mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Sekali tidak, tetap tidak!” tandas Adi tanpa melihat ke arah Risa.Risa tidak putus asa meski telah ditolak berkali-kali, ia harus bisa membujuk suaminya agar mau mengabulkan keinginannya. Jika terus dibiarkan, maka masalah di antara keduanya tidak akan pernah selesai. Akar dari permasalahan di sini adalah dirinya, maka dari itu dialah yang harus turun tangan sendiri.“Ya sudah, kalau kamu bersikukuh seperti itu. Aku mau tidur di kamar sebelah,” ujar Risa sembari melangka
Setelah Bu Soraya pergi dari rumah itu, Ibu Airin membawa Risa ke kamarnya untuk membicarakan apa yang tadi disampaikan oleh Bu Soraya kepadanya.“Sayang, ayo duduk sini!” ajak Ibu Airin sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.“Iya, Ma.” Risa tersenyum sembari mendudukkan dirinya di samping Ibu Airin. “Apa yang ingin Mama jelaskan sama Risa?” tanyanya dengan lembut.“Kamu masih ingat kejadian saat kamu dan Adi pergi untuk menghadiri jamuan makan malam waktu itu? Soal itulah yang akan Mama sampaikan sama kamu,” ujar Ibu Airin.“Makan malam yang diadakan oleh Tuan Andre?” tanya Risa lagi.“Iya, Sayang. Yang waktu itu,” sahut Ibu Airin.“Kenapa memangnya, Ma?” tanya Risa semakin penasaran.“Ternyata, dia mengadakan acara makan malam itu untuk membuat kamu keluar dari rumah ini dan menculik kamu. Nyonya Kusuma sendiri yang bilang seperti itu sama Mama. Andre meminta anak buahnya untuk mengikuti mobil kalian,” jelas Ibu Airin.“Apa, Ma?! Jadi, penyerangan pada malam itu adalah ulahnya Tu
“Nyonya mau bicara apa?” tanya Ibu Airin seraya menatap Bu Soraya dengan lekat.Bu Sora menghela napas panjang seraya memejamkan mata sebelum mengatakan apa yang akan ia sampaikan.“Maaf sebelumnya, Nyonya Airin. Mungkin ini akan sedikit mengejutkan Anda, tapi saya harap Nyonya bisa menerimanya,” ujar Bu Soraya.Perkataannya semakin membuat Ibu Airin penasaran, apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh nyonya Kusuma. Sehingga ia terlihat gugup dan ketakutan seperti itu.“Katakan saja, Nyonya. Apa yang ingin Nyonya katakan sebenarnya? Kenapa Nyonya jadi tegang begitu?” tanya Ibu Airin, ia juga sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.“Putra saya ternyata mencinta menantu Anda, saya juga baru mengetahuinya. Selama ini sudah banyak perempuan yang saya kenalkan sama dia, tapi tidak ada satu pun yang bisa menarik perhatiannya. Mulai dari gadis kaya dan terhormat, sampai gadis biasa sudah pernah saya kenalkan. Namun, hasilnya tetap sama. Andre sama sekali tidak melirik satu pun
“Mau ketemu saya? Siapa, Mbak?” tanya Risa dengan mengerutkan dahi. “Iya, Nyonya Muda. Seorang ibu-ibu sama anak kecil yang waktu itu datang ke rumah sakit,” jawab Mia dengan napas yang masih ngos-ngosan. “Ayo kita lihat siapa orangnya, Sayang!” seru Ibu Airin sembari merangkul pundak Risa. “Iya, Ma.” Risa langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Ia sudah bisa menduga siapa orang tersebut. Sementara Ibu Airin penasaran siapa orang yang ingin bertemu dengan menantunya. Siapa ibu-ibu yang dimaksud oleh Mia? “Di mana orangnya, Mia?” tanya ibu Airin saat sampai di ruang keluarga. “Masih di depan, Nyonya Besar. Saya tadi nyariin Nyonya Muda ke kamar, tapi Nyonya Muda nggak ada di sana,” ujar Mia. “Siapa sih, orangnya?” gumam Ibu Airin sembari berjalan menuju pintu depan. Ia tidak pernah terpikir jika orang itu adalah Indri, si gadis kecil yang sudah seperti putri bagi Risa. Sesampainya di teras depan, mereka langsung dikagetkan dengan teriakan anak kecil yang berlari ke arah Risa.
Reyhan kaget melihat Anita tiba-tiba berada di sana, apalagi setelah ia mendengar pertanyaan dokter muda itu. Ia yakin jika Anita sudah mendengar semua pembicaraannya dengan dokter Cyntia. “Dokter Anita, Anda di sini?” tanya Reyhan lalu menghentikan langkahnya saat melihat Anita menghampirinya. “Iya, Pak. Saya kebetulan baru pulang dari rumah Risa, tapi nggak nyangka bisa bertemu Pak Reyhan di sini. Tapi maaf nih, Pak. Bukan maksud saya lancang, apa benar Pak Reyhan dan Dokter Cyntia pacaran?” Anita menatap Reyhan dengan lekat, ada rasa sesak di dadanya saat mengetahui laki-laki yang ia cintai saat ini sudah menjadi kekasih wanita lain. Namun, ia berusaha menutupi rasa kecewanya. “Oh, bagaimana keadaan Risa? Apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Reyhan lagi. Ia tidak menanggapi pertanyaan Anita yang terakhir karena ia tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Saat Reyhan menyebut nama Risa, darah Cyntia seakan mendidih mendengar kekasihnya menanyakan wanita lain. Terlebih lagi,
“Apa yang mau kamu jelasin? Kamu mau mengatakan kalau semua yang kamu lakukan ini karena cinta? Apa itu yang akan kamu katakan sama Mama, Andre?!” erang Bu Soraya dengan raut wajah memerah. “Ma, semua ini tidak seperti yang Mama pikirkan. Aku tidak mungkin mencelakai wanita yang aku cintai,” ujar Andre. “Cinta kamu bilang? Kamu bukan mencintainya, tapi kamu hanya terobsesi! Wanita itu terlalu baik untuk kamu, Andre. Jadi sekarang Mama tahu apa tujuan kamu mengadakan jamuan makan malam waktu itu, ternyata ini rencana kamu? Mama malu mengakui kamu sebagai putra dari keluarga Kusuma. Papa kamu tidak pernah berbuat curang dalam hal apapun, termasuk apa yang baru saja kamu lakukan ini. Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga Kusuma, Ndre.” Bu Soraya keluar dari kamar Andre sambil menangis, ia tidak percaya jika putranya sampai senekat itu hanya demi mendapatkan wanita yang katanya begitu ia cintai. Selama ini Andre memang tidak pernah tertarik pada semua wanita yang pernah Bu Soraya ke
Satu bulan sudah berlalu. Selama itu pula Risa tidak diizinkan keluar dari rumah, bahkan untuk pemeriksaan kandungannya pun Adi sudah membuat kamar tidur mereka seperti sebuah klinik. Itu semua ia lakukan demi menjaga keamanan dan keselamatan istri dan calon anaknya.Dokter Reyhan dan Cyntia sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, sampai saat ini Risa belum mengetahui hal itu. Anita juga belum tahu soal itu karena Cyntia tidak pernah datang ke rumah sakit. Semua orang di rumah sakit juga tidak ada yang tahu mengenai hubungan anak pemilik rumah sakit itu dengan mantan dokter spesialis anestesi kardiovaskuler sekaligus mantan asisten dokter Reyhan di tim operasi.Reyhan bersedia menjadi kekasih Cyntia demi keselamatan Risa dan bayi yang tengah ia kandung, tetapi Reyhan juga mengajukan syarat kepada wanita itu. Cyntia dilarang menemuinya di rumah sakit, dan syarat itu pun diterima oleh wanita itu.Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kandungan Risa. Usia kandungannya sudah memasuki d
Risa keluar dari kamar mandi dan melihat Adi duduk di sofa dengan kedua tangan dijadikan penopang wajahnya. Tatapannya terlihat kosong, bahkan laki-laki itu sampai tidak menyadari jika istrinya sudah keluar dari kamar mandi. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang banyak masalah. “Kamu mandi dulu sana! Setelah itu kita shalat supaya pikiran kamu lebih tenang,” ujar Risa membuyarkan lamunan Adi. “Kamu sudah selesai, Sayang? Maaf ya, aku jadi melamun. Ya sudah, aku mandi dan ambil air wudhu sebentar.” Adi masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai, ada rasa bersalah yang ia rasakan terhadap istrinya. “Ya Allah, apapun masalah yang sedang ia hadapi saat ini, aku mohon permudahkanlah!” ucap Risa penuh harap. Kriet! Suara pintu kamar mandi terbuka, Adi keluar dari sana dengan handuk melilit dari tubuhnya. Wajahnya sudah terlihat lebih segar setelah mandi dan berwudhu. “Sebentar ya, Sayang. Aku ganti baju dulu,” ucap Adi sembari melangkah menuju tempat tidur. Pakaian gantinya sudah d