Semua Bab Takdir Istri Pengganti: Bab 131 - Bab 140

154 Bab

131. Menyarankan Untuk Bed Rest Total

“Maaf, Tuan. Saya lepaskan selimutnya, ya,” ujar dokter Dafa ragu-ragu karena melihat raut wajah Adi seperti singa yang siap menerkam mangsanya.“Kenapa? Itu tubuh istri saya dari tadi dingin banget, makanya saya kasih selimut,” protes Adi, tidak terima selimut itu dilepas dari tubuh istrinya.“Ini justru tidak baik untuk Nyonya, Tuan. Ruangan ini juga terasa panas,” ujar dokter Dafa.“Itu karena saya yang mematikan AC-nya,” sahut Adi seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu meraih remot AC yang ada di atas nakas.“Adi, sebaiknya kamu jangan protes! Nyalakan lagi AC-nya dan biarkan Dokter Dafa melakukan tugasnya!” titah pak Arya seraya menatap Adi dengan tajam.Sang dokter pun mulai melakukan pemeriksaan kepada Risa, dimulai dari mendeteksi detak jantungnya, mengecek suhu tubuh, dan mengecek tekanan darahnya. Namun, saat melihat hasil yang ditunjukkan oleh sfigmomanometer atau alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah, dokter Dafa menghela napas berat membuat semua or
Baca selengkapnya

132. Kegilaan Andre Kusuma

Waktu telah menunjukkan di angka sebelas malam, Adi sudah berkali-kali menguap karena mengantuk dan juga merasa sangat lelah. Namun, ia tidak bisa tidur sebelum mendapat kabar yang pasti tentang pengawalnya.Meskipun sudah diperingati oleh pak Arya untuk tidak memikirkan soal yang terjadi malam ini, Adi tetap tidak bisa hanya berdiam diri dan menunggu saja. Ia merasa bertanggung jawab atas para bodyguard yang telah mempertaruhkan nyawa mereka demi menyelamatkan dirinya dari serangan musuh.“Ngantuk banget lagi,” ucap Adi seraya menutup mulutnya karena menahan rasa kantuk yang tak tertahan.“Kamu pasti lelah, tidurlah! Tapi sebaiknya kamu sholat dulu sebelum tidur, aku mau sholat sebentar,” ujar Risa seraya turun dari tempat tidur.“Kamu tidak ingat apa yang dikatakan Leni? Kamu harus bed rest, Sayang. Ayo, tidurlah dulu!” pinta Adi sambil menarik tangan Risa.“Aku tidak bisa tidur, dari tadi aku sudah tidur. Kalau aku mati di saat aku tertidur dan belum sholat bagaimana? Bed rest buka
Baca selengkapnya

133. Siasat

Entah apa isi pesan yang dikirimkan ibunya sehingga membuat Risa nyaris saja pingsan setelah membaca pesan tersebut.Seorang pengawal yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat Risa berdiri, segera menghampiri majikannya saat melihat istri dari tuan muda Winata sampai menjatuhkan ponselnya. Ia berpikir pasti ada sesuatu yang telah terjadi sama wanita itu.“Nyonya Muda, Anda baik-baik saja?” tanya pengawal itu, lalu meraih ponsel Risa yang tergeletak di tanah.“Ka-kamu panggilkan Pak Dodi sekarang!” perintah Risa dengan suara bergetar.“Ada apa, Nyonya Muda? Saya bersedia melakukan apa yang Nyonya Muda suruh,” ujar pengawal.Risa mengangkat satu tangannya sebagai tanda penolakan atas tawaran dari pengawal itu. “Tidak perlu, lakukan saja apa yang saya suruh!” pintanya lagi.Pengawal itu pun mengangguk dan mengikuti kemauan Risa. “Baik, Nyonya Muda,” ucapnya sembari melangkah meninggal taman.Risa menyeret kakinya menuju kursi panjang yang ada di taman, napasnya terasa sesak, jantungny
Baca selengkapnya

134. Berhasil

Sementara di rumah sakit, seseorang yang tadi menghubungi Risa dengan nomor ponsel Bu Yulia, tampak gelisah menunggu kedatangan sasarannya. Ia sangat yakin kali ini rencananya akan berhasil karena Risa sangat menyayangi ibunya.“Sial! Kenapa lama sekali itu anak,” gerutu orang itu sambil terus memantau keadaan di sekelilingnya. “Lebih baik aku temui wanita buta itu aja dulu,” ucapnya seraya masuk ke dalam rumah sakit.Saat sampai di tempat tujuannya, laki-laki itu mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam ruangan itu. Ibunya Sonya kaget saat melihat seseorang yang tidak dia kenal masuk ke ruang rawat putrinya.“Siapa kamu?” tanya ibunya Sonya seraya melihat penampilan laki-laki itu dari ujung kaki hingga kepala.“Siapa, Buk?” tanya Sonya.“Ibu juga tidak tahu,” jawab Bu Lasmini.“Kamu lupa sama saya? Mata kamu boleh saja tidak bisa melihat, tapi ingatan kamu masih berfungsi, ‘kan?” tanya orang itu.“Pak Santos? Ngapain Bapak ke sini lagi? Saya sudah tidak ada urusan sama Anda, lebih baik An
Baca selengkapnya

135. Merasa Dibohongi

Sebelum keluar dari ruang rawat Sonya, Erik melihat sekilas ke arah wanita itu. Entah kenapa hatinya merasa iba melihat keadaan mantan kekasih sahabatnya saat ini.“Permisi, Nyonya,” ucap Erik dengan sedikit membungkuk di hadapan ibunya Sonya.“Iya, terima kasih karena sudah membantu putri saya,” balas ibunya Sonya. Erik hanya mengangguk pelan, lalu keluar dari ruangan itu untuk menyusul sahabatnya.Selama di perjalan menuju parkiran, Adi terus memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Seandainya Risa tetap datang ke rumah sakit, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Santos kepada istrinya.“Ada apa lagi, Bro?” tanya Erik seraya membukakan pintu mobil.“Kepala gue sakit mikiran masalah yang terjadi beberapa hari ini,” sahut Adi sembari memijat pelipisnya, lalu masuk ke dalam mobil.“Sabar, Bro. Itulah alasannya kenapa gue nggak mau terikat dengan pernikahan, ada-ada aja masalah yang terjadi. Mending kayak gue, sendiri, bebas, dan gue happy-happy aja.” Mendengar perkataan Erik, Adi m
Baca selengkapnya

136. Berkilah

Ibu Airin pun mengizinkan Risa pergi ke kantor polisi untuk menemani ibu kandungnya.“Pergilah, Sayang. Kamu hati-hati, ya,” kata ibu Airin dengan sendu, ia merasa kasihan pada Bu Yulia karena telah dibohongi oleh suaminya sendiri.“Terima kasih, Ma,” ucap Risa seraya mengulas senyum, meskipun senyuman itu menyimpan seribu duka.“Rik, lo ikut, ya.” Adi menepuk pundak Erik, membuat sang empunya tersentak kaget, lalu mengangguk cepat sebagai jawaban atas permintaan sahabatnya.Mobil Pak Arya baru saja memasuki gerbang rumah utama keluarga Winata, ia melihat seseorang yang tidak asing keluar dari rumahnya dengan terburu-buru.“Tunggu!” ucapnya kepada sopir.“Iya, Tuan. Ada apa?” tanya sopir seraya menghentikan laju mobilnya.“Saya turun di sini saja,” ujar pak Arya sembari membukakan pintu mobil.“Baik, Tuan.” Sang sopir pun bergegas turun dari mobil.“Yulia, kamu di sini? Ada apa?” tanya pak Arya.“Iya, saya ada urusan sama anak kamu. Tapi sekarang sudah selesai, saya harus pergi.” Bu Y
Baca selengkapnya

137. Mengungkap Kebenaran

“Adi, cukup!” bentak Bu Yulia seraya melotot tajam.Ia menyeret langkah yang terasa berat, membantu laki-laki itu untuk berdiri. Sebagai seorang istri, Bu Yulia tidak tega melihat keadaan suaminya yang sangat menyedihkan seperti itu. Darah segar masih mengucur dari rongga hidung laki-laki itu, akibat pukulan keras yang dilayangkan Adi.Suasana di ruangan itu jadi mencekam. Adi sudah tidak bisa menahan emosinya yang sudah sampai ke ubun-ubun saat melihat laki-laki paruh baya itu selalu berkilah dan membalikkan fakta. Sementara Erik yang juga ikut geram karena Santos sangat pintar memainkan perannya.“Biarkan aku menghajar laki-laki ini, Sayang.” Adi sudah bersiap untuk melayangkan kembali pukulan ke wajah Santos, tetapi Risa menggelengkan kepalanya seraya menatap Adi dengan tatapan sendu.“Aku mohon, jangan lakukan itu! Aku tidak mau suamiku jadi pembunuh,” ujar Risa dengan mata berkaca-kaca.Adi terenyuh mendengar ucapan istrinya, lalu mendekap wanita itu, menghujani kepalanya dengan
Baca selengkapnya

138. Aku Bukan Risa Yang Dulu Lagi

Bu Yulia bertengkar hebat dengan Pak Mahes waktu itu. Karena ia ketahuan telah berselingkuh di belakang suaminya, ia mencoba berkilah dan tidak mengakui perbuatannya, tetapi Santos datang ke rumah itu dan mengakui semuanya. Makanya pada hari itu terjadi keributan yang membuat nyawa Pak Mahes melayang di tangan laki-laki selingkuhan istrinya.“Jadi, itu alasan kamu mencabut tuntutan terhadap saya?” tanya pak Arya. Sekarang ia jadi mengerti kenapa selama ini Bu Yulia tidak pernah membencinya, meski ia sudah ditetapkan sebagai tersangka atas pembunuhan Pak Mahes.“Risa, maafkan Mama. Kamu orang yang sangat baik, kamu pasti mau memaafkan Mama. Mama tahu kamu memiliki hati yang begitu lembut seperti almarhum papa kamu, kamu pasti tidak akan tega jika Mama berada di penjara,” ujar Bu Yulia dengan memohon.“Tapi hari ini hati itu sudah mati, Ma. Dulu, Mama adalah segalanya bagi Risa. Mama seperti rembulan yang selalu menerangiku di kala malam, Mama adalah matahari yang memberikan kehangatan
Baca selengkapnya

139. Pengakuan Anita

Kriet!Suara pintu kamar dibuka, Adi masuk ke kamar dan melihat istrinya duduk di atas tempat tidur dengan kepala ditenggelamkan di antara kedua lututnya. Menyembunyikan butiran bening yang keluar dari pelupuk netra coklat yang bulat.“Sayang … hei, kamu jangan sedih lagi, ya. Ini susunya diminum dulu,” ujar Adi sambil berjongkok dengan sebelah tangan yang memegang segelas susu khusus ibu hamil dan satu lagi membelai lembut kepala istrinya.Risa mendongakkan menatap suaminya, kemudian mengulas senyum meski air mata masih saja menetes di pipinya yang mulus. Sungguh, Adi tidak suka dengan keadaan ini. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan membiarkan air mata wanita itu jatuh lagi. Tetapi kenyataanya, hari ini mata indah itu kembali menangis bahkan sudah terlihat membengkak.“Terima kasih,” ucap Risa sembari meraih gelas susu yang ada di tangan suaminya.Pintu kamar kembali dibuka oleh seseorang, Adi menoleh ke arah pintu dan melihat kedua orang tuanya tengah berdiri di sana
Baca selengkapnya

140. Perasaan Risa Terhadap Dokter Reyhan

Awalnya ia ingin masuk ke kamar. Namun, saat mendengar Risa berbicara dengan seseorang, Adi mengurungkan niatnya karena penasaran siapa yang tengah menghubungi istrinya. Ia juga ingin tahu apa yang sedang dibicarakan istrinya bersama seseorang di telepon.Setelah mendengar Risa menyebut nama Anita, ia sedikit lega ternyata bukan laki-laki lawan bicara istrinya. Namun, di beberapa detik kemudian Adi sedikit kaget saat Risa menyebut nama Reyhan, laki-laki yang ia anggap sebagai saingan karena masih menyimpan perasaan terhadap istrinya.“Kenapa ada nama Dokter Modus itu juga yang dia sebut?” gumam Adi sangat pelan. Ia kembali menguping pembicaraan istrinya bersama seseorang ia yakini adalah dokter Anita.“Anita, aku tidak bisa mencegah Kak Rey untuk mencintaiku karena itu soal hati seseorang. Tapi kamu tenang saja, aku akan bantu kamu. Semoga Kak Rey bisa membalas perasaan kamu, aku senang banget karena kamu mau cerita sama aku. Kak Rey berhak bahagia, Nit. Aku yakin kamu bisa membahagia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status