Home / Romansa / Takdir Istri Pengganti / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Takdir Istri Pengganti: Chapter 141 - Chapter 150

154 Chapters

141. Menjalankan Amanah

Tok, tok, tok!“Assalamu’alaikum, Ma. Risa bisa minta waktu Mama sebentar?” tanya Risa dari luar kamar ibu Airin.“Wa’alaikum salam,” sahut ibu Airin seraya membukakan pintu kamar.“Maaf, Ma. Risa ganggu Mama, nggak?” tanya Risa lgi.“Nggak, Sayang. Mama memang mau keluar dari kamar, ada apa?” tanya ibu Airin seraya menatap Risa.“Hm, Risa mau bicara sesuatu sama Mama,” ujar Risa.“Oke, kamu mau kita bicara di mana? Di kamar Mama atau di tempat lain?” tanya ibu Airin lagi.“Kita bicara di taman aja, ya, Ma. Sambil menunggu waktu magrib tiba,” ujar Risa, Ibu Airin pun menyetujuinya.Mereka bertiga berjalan keluar dari rumah menuju taman yang terletak di samping rumah. Duduk di taman ditemani secangkir teh dan cemilan yang telah disediakan oleh asisten rumah tangga, menambah suasana sore hari menjadi lebih indah dan penuh kehangatan.“Sayang … ayo, cepat kasih tahu siapa orang yang akan menerima hadiah dari kamu itu. Jangan bikin aku penasaran, awas saja jika itu laki-laki. Akan aku han
Read more

142. Makan Sepiring Berdua

Suara adzan maghrib telah berkumandang. Seruan bagi seluruh umat muslim di seluruh penjuru dunia untuk segera menunaikan kewajiban menghadap Sang Pencipta.Risa dan Adi juga sudah bersiap-siap untuk melaksanakan kewajiban mereka. Sebelum shalat, Risa sudah menyiapkan semua keperluan untuk dirinya dan juga sang suami.“Kamu sudah siap?” tanya Risa seraya menoleh ke arah Adi yang sudah berdiri di sampingnya.“Yes, My Wife,” sahut Adi sambil membenarkan pecinya. “Ayo, kita mulai!” serunya dengan semangat.Risa tersenyum melihat suaminya tampak bersemangat untuk melaksanakan ibadah, meskipun belum bisa bertindak sebagai imam karena bacaan ayat-ayat suci al-qur’an yang ia ucapkan belum begitu fasih.Setelah selesai beribadah, Adi membawa Risa duduk di sofa yang ada di kamar itu. Menggenggam erat tangan istrinya, lalu menatap wanita itu dengan lekat.“Sayang, aku boleh bertanya sama kamu?” tanya Adi tanpa mengalihkan pandangannya dari dua bola mata indah milik Risa.“Kenapa harus minta izin
Read more

143. Kamu Merindukannya?

“Terima kasih, Sayang.” Adi tersenyum kecil karena merasa bahagia bisa minum langsung dari tangan istrinya. Risa mengangguk pelan lalu menoleh ke arah jam dinding, mendapati waktu telah menunjukkan pukul 19:10 WIB. “Lebih baik aku shalat dulu,” ucap Risa seraya beranjak dari sofa, berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Adi segera menyusul istrinya karena sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Tak lama kemudian, mereka berdua keluar dari kamar mandi secara bersamaan lalu melaksanakan ibadah seperti biasanya. Tak lupa pula setelah shalat isya, Adi keluar dari kamar untuk membuatkan susu dan juga memberikan vitamin penguat kandungan untuk istrinya. Malam ini ia benar-benar menjadi suami dan calon ayah yang siaga. Risa duduk di atas tempat tidur dengan bersandar pada sandaran ranjang tersebut, kakinya berselonjor untuk mengurangi rasa penat. Adi ikut naik dan mendekati wanita itu, membelai rambut istrinya yang tergerai indah. Aroma vanila menyeruak masuk ke rongga penciuma
Read more

144. Informasi Dari Erik

Melihat raut wajah suaminya berubah setelah mendapat telepon dari Erik, Risa pun merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya dan berharap itu bukan hal yang buruk. “Kenapa? Ada masalah?” tanya Risa dengan lembut. “Nggak tahu, Sayang. Erik juga tidak menjelaskan apa-apa,” sahut Adi seraya mengusap wajahnya dengan sedikit kasar. “Kalian mau ketemuan?” tanya Risa lagi. “Iya, Sayang. Erik ngajak ketemuan di café biasa tempat kami berkumpul sama teman-teman yang lain,” jelas Adi. Ia juga berharap kabar buruk yang akan Erik katakan tidak ada sangkut paut dengan dirinya “Ya sudah, kamu hati-hati. Apa pun masalahnya, semoga dapat terselesaikan dengan cara baik-baik, jika masih bisa dihindarkan janganlah menggunakan kekerasan!” ujar Risa memperingatkan. “Oke, Sayang. Kamu nggak apa-apa, ‘kan, aku tinggal? Aku hanya pergi sebentar,” kata Adi. “Seperti mau pergi jauh saja, di rumah ini ‘kan, banyak orang. Kamu pergi saja, semoga masalahnya cepat selesai. Aku hanya bisa mendoakan,
Read more

145. Terpaksa Berbohong

“Thanks, Rik. Semua informasi lo hari ini sangat berarti buat gue. Dengan mengetahui semua ini, gue jadi tahu harus melakukan apa. Gue akan selalu butuh bantuan lo dan juga anak-anak buah lo itu,” ujar Adi seraya menepuk pundak Erik. Ia sangat bersyukur punya sahabat seperti Erik yang selalu setia membantunya dalam menyelesaikan masalah. Peran seorang Erik dalam kehidupan Adi tidak kalah penting dari Yogi, jika Yogi selalu bisa menyelesaikan masalah di kantor, maka Erik berperan penting dalam membantu menyelidiki sesuatu dan memberi pelajaran kepada musuh-musuhnya. “Santai saja, Bro. Lo kayak sama siapa aja, gue akan selalu ada buat lo. Jangan sungkan!” ujar Erik. “Oke, thanks! Ya sudah, gue pulang, ya. Kalau ada apa-apa hubungi gue,” kata Adi sembari berdiri tempat duduknya. “Siap, Bro. Lo hati-hati, salam untuk Nyonya Adi. Bilang saja dari pengagum rahasia,” ujar Erik dengan senyum mengejek. Sementara Adi menggerutu kesal karena hari ini kedua sahabatnya membuat hatinya dongkol
Read more

146. Rencana Jahat Cyntia

Risa keluar dari kamar mandi dan melihat Adi duduk di sofa dengan kedua tangan dijadikan penopang wajahnya. Tatapannya terlihat kosong, bahkan laki-laki itu sampai tidak menyadari jika istrinya sudah keluar dari kamar mandi. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang banyak masalah. “Kamu mandi dulu sana! Setelah itu kita shalat supaya pikiran kamu lebih tenang,” ujar Risa membuyarkan lamunan Adi. “Kamu sudah selesai, Sayang? Maaf ya, aku jadi melamun. Ya sudah, aku mandi dan ambil air wudhu sebentar.” Adi masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai, ada rasa bersalah yang ia rasakan terhadap istrinya. “Ya Allah, apapun masalah yang sedang ia hadapi saat ini, aku mohon permudahkanlah!” ucap Risa penuh harap. Kriet! Suara pintu kamar mandi terbuka, Adi keluar dari sana dengan handuk melilit dari tubuhnya. Wajahnya sudah terlihat lebih segar setelah mandi dan berwudhu. “Sebentar ya, Sayang. Aku ganti baju dulu,” ucap Adi sembari melangkah menuju tempat tidur. Pakaian gantinya sudah d
Read more

147. Perubahan Sikap Reyhan

Satu bulan sudah berlalu. Selama itu pula Risa tidak diizinkan keluar dari rumah, bahkan untuk pemeriksaan kandungannya pun Adi sudah membuat kamar tidur mereka seperti sebuah klinik. Itu semua ia lakukan demi menjaga keamanan dan keselamatan istri dan calon anaknya.Dokter Reyhan dan Cyntia sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, sampai saat ini Risa belum mengetahui hal itu. Anita juga belum tahu soal itu karena Cyntia tidak pernah datang ke rumah sakit. Semua orang di rumah sakit juga tidak ada yang tahu mengenai hubungan anak pemilik rumah sakit itu dengan mantan dokter spesialis anestesi kardiovaskuler sekaligus mantan asisten dokter Reyhan di tim operasi.Reyhan bersedia menjadi kekasih Cyntia demi keselamatan Risa dan bayi yang tengah ia kandung, tetapi Reyhan juga mengajukan syarat kepada wanita itu. Cyntia dilarang menemuinya di rumah sakit, dan syarat itu pun diterima oleh wanita itu.Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kandungan Risa. Usia kandungannya sudah memasuki d
Read more

148. Peringatan Untuk Andre

“Apa yang mau kamu jelasin? Kamu mau mengatakan kalau semua yang kamu lakukan ini karena cinta? Apa itu yang akan kamu katakan sama Mama, Andre?!” erang Bu Soraya dengan raut wajah memerah. “Ma, semua ini tidak seperti yang Mama pikirkan. Aku tidak mungkin mencelakai wanita yang aku cintai,” ujar Andre. “Cinta kamu bilang? Kamu bukan mencintainya, tapi kamu hanya terobsesi! Wanita itu terlalu baik untuk kamu, Andre. Jadi sekarang Mama tahu apa tujuan kamu mengadakan jamuan makan malam waktu itu, ternyata ini rencana kamu? Mama malu mengakui kamu sebagai putra dari keluarga Kusuma. Papa kamu tidak pernah berbuat curang dalam hal apapun, termasuk apa yang baru saja kamu lakukan ini. Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga Kusuma, Ndre.” Bu Soraya keluar dari kamar Andre sambil menangis, ia tidak percaya jika putranya sampai senekat itu hanya demi mendapatkan wanita yang katanya begitu ia cintai. Selama ini Andre memang tidak pernah tertarik pada semua wanita yang pernah Bu Soraya ke
Read more

149. Kekecewaan Dokter Anita

Reyhan kaget melihat Anita tiba-tiba berada di sana, apalagi setelah ia mendengar pertanyaan dokter muda itu. Ia yakin jika Anita sudah mendengar semua pembicaraannya dengan dokter Cyntia. “Dokter Anita, Anda di sini?” tanya Reyhan lalu menghentikan langkahnya saat melihat Anita menghampirinya. “Iya, Pak. Saya kebetulan baru pulang dari rumah Risa, tapi nggak nyangka bisa bertemu Pak Reyhan di sini. Tapi maaf nih, Pak. Bukan maksud saya lancang, apa benar Pak Reyhan dan Dokter Cyntia pacaran?” Anita menatap Reyhan dengan lekat, ada rasa sesak di dadanya saat mengetahui laki-laki yang ia cintai saat ini sudah menjadi kekasih wanita lain. Namun, ia berusaha menutupi rasa kecewanya. “Oh, bagaimana keadaan Risa? Apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Reyhan lagi. Ia tidak menanggapi pertanyaan Anita yang terakhir karena ia tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Saat Reyhan menyebut nama Risa, darah Cyntia seakan mendidih mendengar kekasihnya menanyakan wanita lain. Terlebih lagi,
Read more

150. Permintaan Indri

“Mau ketemu saya? Siapa, Mbak?” tanya Risa dengan mengerutkan dahi. “Iya, Nyonya Muda. Seorang ibu-ibu sama anak kecil yang waktu itu datang ke rumah sakit,” jawab Mia dengan napas yang masih ngos-ngosan. “Ayo kita lihat siapa orangnya, Sayang!” seru Ibu Airin sembari merangkul pundak Risa. “Iya, Ma.” Risa langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Ia sudah bisa menduga siapa orang tersebut. Sementara Ibu Airin penasaran siapa orang yang ingin bertemu dengan menantunya. Siapa ibu-ibu yang dimaksud oleh Mia? “Di mana orangnya, Mia?” tanya ibu Airin saat sampai di ruang keluarga. “Masih di depan, Nyonya Besar. Saya tadi nyariin Nyonya Muda ke kamar, tapi Nyonya Muda nggak ada di sana,” ujar Mia. “Siapa sih, orangnya?” gumam Ibu Airin sembari berjalan menuju pintu depan. Ia tidak pernah terpikir jika orang itu adalah Indri, si gadis kecil yang sudah seperti putri bagi Risa. Sesampainya di teras depan, mereka langsung dikagetkan dengan teriakan anak kecil yang berlari ke arah Risa.
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status