Home / Romansa / Istri Tanpa Nafkah (Batin) / Kabanata 71 - Kabanata 80

Lahat ng Kabanata ng Istri Tanpa Nafkah (Batin): Kabanata 71 - Kabanata 80

125 Kabanata

Bab 71: Duda & Janda

“Pak, itu orangnya, awas!” Nabila mengusap kasar pipinya yang basah oleh air mata, lalu segera menarik kembali tangan Aditya menjauh dari sana. Sebuah reaksi yang aneh dan tidak Adit yang mengerti. Padahal Aditya sama sekali tak mengenal wanita itu. Jadi jika pun dia tak ikut bersembunyi, harusnya tidak masalah. Tapi yang terheran, kenapa pria itu mau saja saat Nabila tarik tangannya untuk sama-sama bersembunyi? Bukankah ini gila? Ya, Aditya yang gila. Bagaimana tidak? Di saat keadaan sedang (Nabila anggap genting) diam-diam Aditya malah mencari kesempatan dalam kesempitan. “Stop, Bila. Udah. Kita udah jauh, mau lari ke mana lagi? Lagian ibu mertuamu itu udah tua, nggak mungkin bisa lari sejauh ini mengejar kamu.” “Eh, jangan salah. Orang kalau lagi jengkel biasanya tenaganya naik berkali-kali li—” kalimat Nabila terhenti saat tiba-tiba dia menyadari apa yang baru saja dilakukannya. Bisa-bisanya dia membawa pria itu lari bersamanya? Apa urusannya mantan mertuanya dengan Adity
last updateHuling Na-update : 2024-06-24
Magbasa pa

Bab 72: Hari Apes Memang Tidak Ada Di Kalender

Kamu lagi ngapain sih, Bil? Batin Nabila bingung dengan apa yang sedang dilakukannya bersama seorang pria di sebuah Cafe and Eatery. Sebuah Cafe yang mengusung tema romantis pula.Padahal pamitnya ke Mama Dina mau pergi berbelanja, tapi malah, berduaan dengan si dia.Namun sisi lain hatinya menampik, ''Aku nggak sengaja, kok".Masalahnya, dia bisa dicap janda gatal jika kedapatan sedang berduaan dengan laki-laki lain—oleh orang yang dia kenal. Ya, Nabila berdoa semoga saja tak terjadi demikian.Pasalnya ia baru bercerai kemarin. Masa iddah saja baru terlewati beberapa hari, tapi sekarang sudah mulai gandeng cowok baru lagi.Eits, tunggu-tunggu. Apa ini yang disebut dengan kencan?Nabila tidak tahu persis definisi kencan itu seperti apa. Sebab selama menikah dengan Dewa, sangat jarang mereka bisa pergi berdua. Saling mengungkapkan perasaan, bercerita banyak hal dan lain-lainnya.Selalu ada jarak diantara mereka dan anehnya, Nabila bisa sebucin itu. Padahal tak jarang, Dewa mengabaikan
last updateHuling Na-update : 2024-06-25
Magbasa pa

Bab 73: Anti-mainstream Confess

Seperti apa yang baru saja dikatakan oleh Aditya tadi, tentunya sebelum mereka tiba di sini. Bahwasanya, status mereka sekarang sudah sama-sama single. Semestinya tidak ada yang boleh mempermasalahkan ke mana dan dengan siapa mereka pergi, apalagi berhubungan. Tapi masalahnya ini negara Indonesia—negara yang sebagian besar masyarakatnya memandang segala sesuatu dari kepantasannya sendiri. Cepat menikah setelah wanita menjanda dianggap buruk dan tidak tahanan, namun menjanda terlalu lama juga dipermasalahkan dan dianggap tidak laku-laku. Jadi Nabila sebenarnya pun bingung harus seperti apa dia bersikap di tengah-tengah masyarakat. Mau bersikap tak peduli, mereka ada di depan mata. Jadi ya, mau bagaimana lagi? Beginilah ragam Indonesia yang mau tak mau, suka tak suka harus mereka nikmati. “Cepat banget move on-nya. Atau kalian pada dasarnya memang ada hubungan sebelumnya?” tuduh pria itu langsung saja, memandangi Nabila dan Aditya secara bergantian dengan penuh kebencian. Namun
last updateHuling Na-update : 2024-06-25
Magbasa pa

Bab 74: Om Kesayangan

“Bapak nggak papa kan malah saya ajak ke sini?” “Ya, nggak papa selagi kamu nyaman.”“Sembilan dua belas nggak masalah, ya, Pak. Yang penting perut kenyang bisa ngadem.”“Hmm.” Terserah apa katamu Nabila terserah! batinnya melanjutkan. Mereka baru saja memanggil pramusaji, meminta bill untuk Aditya membayarnya.“Mau langsung pulang atau mau ke mana lagi?”“Kira-kira kalau saya balik ke Hypermart lagi, belanjaan saya masih ada nggak, ya?”“Mestinya masih ada, kan baru 2 jam kita pergi.“ Aditya melihat jarum jam tangan di tangan kirinya sebelum memastikan. “Kamu mau ke sana lagi?” “Iya, tapi saya bisa sendiri kok, Pak. Pakai taksi aja.”“Saya anterin.”“Harusnya nggak usah, saya kan jadi enak.”Aditya mengulum senyum mendengar kelakarnya. “Nggak papa, supaya kita bisa sambil ngobrol lebih banyak.”Karena kebetulan, obrolan keduanya memang belum sampai ke mana-mana. Mereka masih perlu mengenal satu sama lain, lebih jauh lagi. Akhirnya Aditya dan Nabila sepakat untuk kembali ke Hyperm
last updateHuling Na-update : 2024-06-26
Magbasa pa

Bab 75: Penasaran

“Shakiiit...” adu Zaki mendongak pada ibunya dengan bibirnya yang maju seperti tokoh kartun Donald duck, lengkap dengan pipinya yang tembil, menggemaskan sekali.“Iya, Sayang, sakit ya, lututnya? Ibu tiup ya, fiuhhhh.” Tak hanya meniup Nabila juga mengusap-usap lutut anaknya yang sudah di plester dan ia beri Betadine.“Kapan kita ke doktelrr?” bocah itu bertanya.Aditya tak kuasa menahan kekehannya mendengar permintaan Zaki barusan. Memang benar sih, orang yang sakit pada umumnya akan dilarikan ke dokter. Anak yang pintar. Tapi jika hanya luka kecil saja, cukuplah orang-orang akan mengobatinya di rumah.“Udah nggak ada dokternya, Sayang. Kan udah sore,” jawab Nabila terpaksa berbohong. Karena ia tak punya cara lain untuk menghentikan keinginan sang anak.“Yaahhh, mau ke dokter aja, Bu. Mau diperliksa.”“Nggak ke dokter juga nggak papa, Sayang. Kan sudah sembuh, sudah dikasih plester.”“Mau ke dokter ajaaaa...Bu...”“Emangnya Zaki nggak takut disuntik?”Zaki menggelengkan kepalanya ce
last updateHuling Na-update : 2024-06-26
Magbasa pa

Bab 76: (Agak) Kurang Setuju

“Tentang ...?” Aditya menaikkan kedua alisnya dan menatap Nabila dengan intens, menunggu wanita itu meneruskan perkataannya.“Ehm, besok aja deh, Pak. nggak terlalu penting juga, kok.”“Yakin?”“Ya.” Disertai dengan anggukan kepala. “Ya sudah.” Pria itu mengangguk-angguk. “Sampai ketemu besok.”Nabila tersenyum. Dia masih menunggunya di sana sampai mobil Aditya meninggalkan pelataran rumahnya.Barulah ketika Nabila kembali ke dalam, dia kena teguran sang papa.“Dia atasanmu di kantor?”Terus terang, suara dingin Papanya membuat nyali Nabila sedikit menciut. Ada banyak perasaan bersalah yang sulit dijelaskan, entah kenapa dan kepada siapa. Namun utamanya, dia terlalu cepat membuka hati dan kesempatan orang lain untuk masuk dalam kehidupannya yang teramat rumit ini.“I-iya, Pa.” Suara Nabila jadi tergagap. “Maaf Pa, kalau menurut papa ini salah.”“Nggak ada salah. Kamu sendiri, dia pun sudah sendiri. Cuma rasanya terlalu cepat saja.”“Jadi Nabila harus gimana, Pa? Pak Aditya nggak min
last updateHuling Na-update : 2024-06-27
Magbasa pa

Bab 77: Ke-Gap

Nabila baru tiba di kantornya ketika ruangannya terasa sepi. Hampir semua anak-anak kantor tengah sibuk mengisi perutnya di pantry. Mereka bilang, ada kopi enak dari Pak Aditya—oleh-oleh dari salah satu saudaranya yang baru saja pulang dari Aceh. Tak hanya kopi, ada roti canai khas Melayu dan beberapa makanan lain yang pastinya sangat cocok untuk dijadikan teman minum kopi. Jadilah mereka sibuk berkumpul di sana untuk menikmati sarapan tersebut. Jarang-jarang kan, mereka dapat sarapan gratis dan spesial seperti ini? Karena biasanya, kantor hanya menyediakan makan siang dan kopi biasa saja. Nabila menuju ke kubikelnya dan mulai menyalakan laptopnya. Menyimpan tasnya terlebih dahulu dan memastikannya aman, sebelum dia kembali fokus ke layar. Namun tiba-tiba Nabila terkejut, ketika dia merasa hidungnya tertusuk sesuatu. “Eh, ayam ayam ayam!” Sontak pria yang ada di depannya tergelak mendengar latah lucu wanita itu. “Kenapa nggak bebek atau angsa, Bil?” “Bebek sama angsanya ud
last updateHuling Na-update : 2024-06-27
Magbasa pa

Bab 78: Saya Bukan Bapak Kau!

Hari berikutnya Aditya dan Nabila kembali melakukan pertemuan di Sky Loft. Cafe yang mengusung tema rooftop dengan view cantik gedung perkotaan Jakarta. Demi membahas persoalan yang menurut keduanya belum terselesaikan, karena terkendala waktu. “Ok, sekarang adalah waktunya sesi tanya jawab.” Nabila izin pada Aditya untuk mengajukan semua pertanyaannya lebih dulu. “Mau nanya apa?” “Banyak. Salah satunya kenapa Bapak bisa cerai? Udah gitu waktu cerainya juga hampir barengan sama saya lagi. Orang-orang yang nggak tau, bisa ngira kita memang ada something sebelumnya.” Nabila menggesture kedua jarinya menjadi sebuah tanda kutip. “Kita udah nggak ada kecocokan,” jawab Aditya. “Jawaban yang klise banget.” “Alasanmu juga pasti nggak jauh beda sama saya kan?” “Nggak, dong. Perceraian kami disebabkan utamanya ya, karena perselingkuhan. You know lah, ya. Bapak kan udah liat pakai mata kepala sendiri soalnya, gimana red flag nya mantan suami saya.” “Mergokin sendiri?” Nabila menganggu
last updateHuling Na-update : 2024-06-28
Magbasa pa

Bab 79: Semakin Cepat Malah Semakin Bagus

Mau dipanggil yank, katanya? Dih! Begitu ya, kelakuan Aditya. Jahilnya bukan main.Hilang sudah wibawa yang selama ini dia bangun di depan banyak orang, karena semua jatuh di depan perempuan ini.“Ada lagi nggak yang mau ditanyain?” Aditya kembali bertanya.“Hmm, apa, ya? Bentar minum dulu.” Nabila menyesap kopinya dan menggigit cemilan di depannya sebelum dia melanjutkan.“Bapak kan tau, saya nggak sendiri. Saya udah punya Zaki yang tentu saja akan menjadi bagian dari keluarga Pak Aditya juga, kalau seandainya nanti kita benar-benar berjodoh. Ini seandainya ya, Pak." Perempuan itu menegaskan kalimatnya. "... apa kira-kira Bapak ikhlas menerima anak saya jadi anak bapak juga?”“Panggil yank, Bila. Bukan bapak!” balas Aditya.“Ah, udahlah. Itu kapan-kapan aja, lidahku masih kelu, belum terbiasa.”Kembali ke topik tadi, Aditya menjawab dengan tegas, “Kalau seorang laki-laki mau menikahi seorang wanita ya, tentu harus mau menerima semua paket dari wanita itu, tanpa kecuali. Lagi pula ngg
last updateHuling Na-update : 2024-06-28
Magbasa pa

Bab 80: Apes

Hari masih pagi, tapi Adawiyyah sudah misuh-misuh kepada anaknya. “Wa, makan dong, Wa. Udah berapa hari kamu nggak makan, nggak kerja juga. Mau jadi apa kamu? Bunda udah nggak bisa bergantung sama siapa-siapa lagi sekarang selain Dewa. Ayahmu udah nyerein bunda gara-gara belain perempuan itu.” Dewa diam saja. Dia hanya terus terbaring di atas kasur atau paling jika bosan, dia akan berpindah ke tempat rebahan lainnya sembari dia menonton TV atau game. Begitu saja aktivitas yang Dewa lakukan sehari-hari selama beberapa bulan belakangan, hingga dia dipecat dari pekerjaan. Daya juang apalagi semangatnya sudah hilang semenjak kedua orang tuanya dan dirinya bercerai, sehingga demikianlah yang terjadi pada laki-laki itu. “Wa!” kembali bundanya menegur, membuat Dewa akhirnya menjawab. “Nanti aja, Bun. Aku bisa ambil sendiri.” Yang Dewa tahu, bunda memintanya untuk makan agar dia semangat dan bisa kembali bekerja, bukan supaya dirinya tak sakit atau yang lainnya. “Bunda minta uang buat
last updateHuling Na-update : 2024-06-29
Magbasa pa
PREV
1
...
678910
...
13
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status