Home / Romansa / Istri Tanpa Nafkah (Batin) / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Istri Tanpa Nafkah (Batin): Chapter 61 - Chapter 70

125 Chapters

Bab 61: Tidak, Jangan Sekarang!

“Duh, yang baru aja cuti, perasaan sering banget cuti? Ngapain aja ya, cuti terus?” Nabila menatap orang yang baru saja menyindirnya secara terang-terangan. “Kurang banyak kata cutinya! Kamu sebut satu kali aja aku udah paham. Kenapa? Kamu ngiri? Ya udah aku nganan!” Risa memandangi sang teman dengan intens. “Wow sejak kapan Nabila Jadi pintar sarkas?” “Berisik aja kamu! Tinggal lihatin doang juga.“ Risa melongo. Agak kurang percaya jika wanita yang berada di sebelahnya itu adalah seorang Nabila. “Seriusan ini kamu, Bil? Kamu nggak punya kembaran kan? Soalnya Nabila yang aku kenal orangnya lembut, kalem, bersih, suci, mulia.“ “Nggak! Nabila udah mati semenjak dibe-goin terus sama si breng sek.” “Ck Ck ck.” Risa menggelengkan kepalanya. “Kalau udah capek ya udahan aja kali ya, Bil. Ngapain dilanjut terus. Nagih, ya? Perih-perih gurih?“ “Ini juga udah mau udahan!” salaknya. “Kamu digosipin terus tuh, sama anak-anak. Soalnya tiap hari suamimu datang ke sini buat nanyain
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

Bab 62: Patah Hati Terdahsyat

Aditya sedang menunggu di depan IGD setelah mendapat telepon dari keluarga Nabila yang katanya sudah hampir tiba di rumah sakit ini. Wajahnya berubah-ubah antara cemas marah dan bingung, ingin mengabarkan kepada suaminya yang brengsek itu atau tidak. Meski sudah jelas bahwa Nabila melarangnya. Nabila memang tak menyebutkan alasannya, tapi cerita demi cerita yang Aditya terima, menumpuk di kepalanya yang membuatnya menilai demikian.“Tapi kan biar bagaimanapun dia suaminya,” gumamnya mengajak rambutnya frustasi. Tidak pernah Aditya mendapati situasi seperti ini dan kenapa juga dia harus merasa sedemikian cemasnya?Ponsel yang kini berdering mendistrak pikirannya dari situasi tersebut. Risa adalah nama yang terpampang d layar ponselnya.“Bapak masih di IGD? Saya menyusul membawakan pakaian seperti yang bapak minta. Sekarang saya udah di lobi,” ujar Risa yang Aditya perintahkan membeli satu setel pakaian untuknya. Sebab baju pria itu terkena banyak darah. Belum lagi aroma mobilnya ya
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 63: Kalimat Talak

Suasana sedih masih sangat terasa di makam Mentari Binti Dewantara. Pria itu sendu memandangi papan nama anaknya yang tertanam di tanah yang basah. “Kenapa kamu cepat sekali perginya, Nak. Padahal kamulah satu-satunya harapan ayah agar kami bisa selalu bersama,” Dewa membatin. Sedangkan Adawiyyah hanya bisa menangis pilu. Pun dengan Rofiq yang merasa sangat terguncang. Ini adalah kejutan yang ke sekian kalinya setelah mendengar putranya sendiri selingkuh, Zaki ternyata bukanlah cucu kandungnya dan kali ini, mereka harus mendapat kabar buruk karena kepergian calon cucu perempuan mereka.“Bunda nggak bisa terima ini, Wa! Bunda nggak bisa!” ujar Adawiyyah membuat kedua laki-laki itu seketika menoleh. Sang suami yang penasaran dengan ucapan istrinya pun bertanya, “Apa maksudmu bicara seperti itu?” “Nabila pasti sengaja melakukannya karena dia dendam sama kita, iya kan?”“Astaghfirullahaladzim, Bun, istighfar. Nggak ada seorang ibu yang tega membunuh anaknya sendiri!”“Tapi buktinya ap
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 64: Terkuak

Siapa yang bilang waktu akan menyembuhkan semuanyap? Nyatanya setelah Nabila jalani sendiri dari waktu ke waktu, ia justru merasa semakin bertambah sakit. Kehilangan anak adalah sebuah bayangan mengerikan yang tak pernah sekali pun terbayang dalam hidupnya. Bahkan proses perceraian ini saja ia pastikan tak ada apa-apanya di bandingkan dengan sakitnya kehilangan anak.Sering kali Nabila bertanya pada Tuhan. Cobaan hidupnya itu sudah terlampau berat—bahkan bisa dibilang sangat kompleks. Tapi mengapa Dia mengujinya lagi dan lagi seolah tanpa jeda? Namun setelah bolak-balik dipikirkan, sepertinya Tuhan mempunyai maksud lain atas takdir yang harus dijalaninya.Hikmah yang bisa Nabila ambil, dia jadi tak sulit berpisah dengan Dewa karena adanya anak di antara mereka. Pun bukan tak mungkin akan tetap bersama karena pria itu akan mengusahakannya dengan banyak hal, seperti yang kemarin dia lakukan.Satu keyakinan yang pasti, Mentari tidak kedinginan, dia dibahagiakan oleh pemilik alam semest
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 65: Benar-benar Berakhir

“Mau pesan apa?” tanya Dewa begitu mereka tiba di sebuah restoran.Ini adalah pertemuan mereka yang pertama kalinya setelah anak mereka tiada. Karena sebelumnya, Nabila menolak untuk ditemui oleh siapapun selama masa berduka.“Apa aja,” jawab Nabila menyerahkan sepenuhnya pada pra itu. Karena makanan dan minuman apapun sudah tidak lagi penting baginya kecuali inti dari pertemuan ini, yang diharapkan dapat segera berakhir dengan kesepakatan sama lega.Walaupun sudah dapat ditebak, Dewa pasti berbeda pandangan dengannya yang inginkan tetap berpisah.“Ya sudah, aku pesankan jus alpukat aja, ya.”“Terserah.” Dewa memanggil pramusaji dan mengatakan apa yang ingin dia pesan, Namun apabila melarangnya untuk memesan makanan. Dengan alasan, ia sedang tak punya banyak waktu. Tentu. Dia memang tidak punya banyak waktu dengan pria ini.Untuk apa berlama-lama dengannya? Tidak ada lagi yang bisa mereka harapkan dari hubungan mereka berdua yang lebih pantas dikatakan musuh. Keduanya sudah tak la
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 66: Sederhana, Tapi Tidak Semua Orang Bisa Melakukannya

Nabila berjalan dengan tergesa begitu dia tiba di rumah mama Dina. Tujuannya hanya satu, yakni ingin segera menemui anaknya yang sedari kemarin ia abaikan.“Zakiii! Zakii! Naak, Ibu pulang!” teriaknya ke seluruh sudut rumah. “Hei, hei, sabar. Orang baru sampai di rumah kok langsung teriak-teriak, bukannya cuci tangan dulu,” omel mama Dina meletakkan barang bawaan.“Di mana Zaki, Ma. Aku kangen...”“Dari kemaren dicuekin, sekarang dicariin,” sindirnya.“Mama plis, deh, jangan bercanda dulu. Waktunya lagi nggak pas buat bercanda, aku lagi panik, nih, beneran pengen cepet-cepet ketemu sama Zaki.”“Ngapain panik? Orang mereka nggak papa kok dipanikin?” balasnya tak acuh.Dan yang menyebalkan, wanita itu malah meninggalkannya ke dapur, mengabaikannya seolah ia tak pernah ada.Sehingga Nabila meradang, “Mama, ih! Yang bener ngapa? Zaki sama Papa di mana?”“Apa sih, Bil? Kok kamu jadi kayak anak kecil, toh? Ya, cari sendirilah. Orang mama aja baru sampai. Kita bareng kan pulangnya?”“Nggak
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 67: Baik, Tapi Nggak Sebaik yang Kamu Pikirkan

Ayahnya Zaki? Nabila dalam hatinya. Sebab sudah dipastikan yang papanya maksud itu bukan Dewa, tapi ayah kandung Zaki yang sebenarnya. “Bila boleh jujur sama Papa siapa orangnya. Nggak usah takut, kamu diancam kan?” Papanya berkata lagi mengira demikian. “Pa, aku itu udah jujur emang beneran nggak tau.” Namun Nabila berterus-terang menceritakan semua detailnya, mulai dari dia jengkel karena sikap keterlaluan ibu mertuanya dan Dewa yang tak pernah bisa menjadi penengah diantara mereka. Nabila kemudian masuk kelab, mabuk dan berakhir masuk ke Hotel hingga tanpa sengaja bermalam dengan laki-laki itu. Entah siapa yang salah, diakah atau dirinya. Yang jelas, tahu-tahu mereka berada di satu penginapan yang sama. Mereka melakukannya dan pria itu kabur pada pagi harinya sebelum Nabila sadarkan diri. “Maksud papa... siapapun ayahnya Zaki harus tetap kita cari untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ke depannya. Nggak mau kan, kalau suatu saat nanti Zaki besar dan menikah—tapi usut
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 68: Kangen Om

“Masih kurang estetik kayaknya Pak, efeknya.”“Begini, Bu?”“Ah, iya. Kalau yang ini baru keren. Sayangnya tadi warna lipstiknya mbaknya masih kurang menyala dikit.”“Ibu maunya seperti apa? Kayaknya masih bisa diotak-atik, kok.”“Permisi ....”Suara dari pintu menghentikan mereka sejenak dari diskusi. Karena es teh dan nasi kotak yang dibawa oleh seorang OB tampak lebih menarik minat mereka.Lagipula jam dinding memang sudah menunjukkan pukul dua belas siang, sudah waktunya mereka beristirahat.“Aduh, pas banget lagi anu begini. Makasih ya, Rian!” seru crew yang lain mewakili isi hati Nabila. “Kita rehat dulu sejenak semuanya. Maksiang, mari kita makan siang.”Nabila keluar dari ruangan kemudian, membiarkan semua crew beristirahat sejenak menikmati untuk menikmati makan siangnya. Tentunya setelah dia mengambil satu cup es teh tersebut juga.Saat di lift turun, dia malah tak sengaja bertemu dengan Aditya.“Pak, selamat siang.”“Siang juga, Bil,” Aditya membalas sapaan Nabila. Ya iyala
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Bab 69: Calon Papa Baru Zaki

“Udah, Nak. Udah. Telat nangisnya. Orangnya udah pergi jauh.” “Ini kenapa jadi begini, sih, Bil?” “Ya, nggak tau, Ma. Emangnya aku yang mau?” Kedua wanita itu kebingungan saat melihat Zaki yang tantrum parah. Tidak pernah Zaki seperti itu sebelumnya saat dia menangis, namun hanya karena masalah sepele. Dan kali ini cuma gara-gara dia ditinggal oleh Aditya, karena dia masih ingin lebih lama bersamanya. Padahal kan Aditya bukan siapa-siapa mereka. Orang lain yang melihat pasti akan bingung mengapa bisa demikian. Ya, jangankan orang lain. Nabila saja yang ibunya sendiri tidak tahu kenapa bisa sampai sebegitunya. Mama Dina yang penasaran pun bertanya, “Mereka udah deket banget ya?” “Ya lumayan. Tapi nggak sedekat Itu juga, Ma. Biasa aja lah kayak anak kecil ketemu sama teman akrabnya, udah.” “Ibu aku mau sama Om, Buu... mau main di kantor ibu lagi...” racau anak itu melemparkan semua mainan yang ada di depannya. “Omnya udah nggak ada di kantor lagi, Nak. Kantornya udah tu
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Bab 70: Dewa Penolong yang Sesungguhnya

“Nabila?” Mendengar namanya dipanggil membuat Nabila sontak menoleh ke sumber suara. Ia meletakkan lagi barang yang baru saja diambilnya demi menanggapi perempuan itu. Lantaran tampaknya, beliau tak hanya sekedar ingin berbasa-basi. Namun juga berbicara empat mata. Terkejut sudah pasti. Karena baru kali ini—setelah sekian lama—dia bisa kembali bertemu dengan mantan ibu mertuanya lagi. Tepatnya semenjak kasus perceraiannya dengan Dewa. “Eh, Bun, apa kabar?” Nabila balas menyapa. Ya, kendatipun dia benci—mengingat semua yang pernah Adawiyyah lakukan sehingga ia hancur karenanya, namun bukan berarti ia harus menumpahkan semuanya di depan mukanya langsung. Sebab bagaimanapun, Adawiyah adalah orang tua yang seharusnya dihormati. Walaupun Nabila rasa, dia tak pantas diperlakukan seperti itu. Karena tingkah lakunya sendiri. “Udah bisa kamu belanja-belanja Bunda lihat, udah masuk kerja juga. Haha hihi pula kamu sama atasanmu. Nggak ada sedih-sedihnya sama sekali anakmu meninggal,” u
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status