Home / Romansa / Istri Tanpa Nafkah (Batin) / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Tanpa Nafkah (Batin): Chapter 81 - Chapter 90

125 Chapters

Bab 81: Ter-om-om

“Ma.” Nabila mendekati mamanya yang tengah memasak sup ayam sore itu untuk menyampaikan sesuatu. “Kenapa? Ada keluhan apa?” hafal sekali wanita itu jika anaknya sudah memanggilnya dan mendekatinya seperti ini. “Ada yang kena musibah katanya, Ma. Aku bingung, mau besuk mereka apa enggak.” "Siapa, Bil? Kalau ngomong itu jangan setengah-setengah, bikin orang penasaran aja.” “Ya, itu. Mantan suamiku sama mantan besan mama.” “Kenapa lagi mereka? Drama apalagi setelah perceraian kemarin sama penyerangan di supermarket?” “Tabung gas di rumah mereka meledak, jadi ya kena lah mereka. Tapi yang lumayan sih, Dewa katanya. Soalnya pas kejadian, dia nggak jauh dari lokasi." "Hah?? Terus bundanya?" Mama Dina tampak shock. "Entah, beritanya masih kurang jelas. Ada yg bilang nggak papa, tapi kan kalau dilarikan ke rumah sakit berarti ...?" Nabila mengedikkah bahu. "Innalillahi...." "Makanya aku lagi bingung nih, Ma. Mau jenguk dia apa nggak, Bila nanya pendapat mama dulu baiknya gimana.” “
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 82: Diminta Rujuk? No!

Nabila Mama Dina dan Zaki sudah berada di ruang rawat sekarang. Mereka masuk pelan-pelan karena menurut penuturan Adawiyyah, Dewa baru bisa beristirahat 15 menit yang lalu.Setelah sebelumnya mereka menerima kedatangan banyak tamu, dari saudara maupun teman-teman kantornya dulu. Itulah sebabnya Adawiyyah tak mengizinkan untuk membangunkan anak itu.'Malah alhamdulilah kalau begitu. Lagipula aku juga sebenernya males ketemu sama dia kalau bukan demi kemanusiaan aja.' Batin Nabila justru mensyukurinya.Kondisi Dewa lumayan mengenaskan. Memang tidak ada luka kepala seperti yang ada di film-film, yang setiap seseorang kecelakaan—entah kecelakaan apapun, pasti ada gulungan perban di sana. Tapi goresan luka di wajah serta beberapa lebam di tubuhnya sudah cukup membuktikan, betapa dahsyat ledakan gas tersebut. Tentu, sebab gas yang mereka pakai bukan gas subsidi yang kecil. Dari foto-foto yang diambil oleh wartawan di TKP pun menggambarkan, hampir sebagian rumah mereka sudah hancur. Ini ya
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 83: Ngamuk

Kedua bahu Adawiyyah melorot. Wanita itu menunjukkan kesedihan yang luar biasa saat Mama Dina dan Nabila berpamitan pulang. Tidak ada yang menemaninya dan menguatkannya dalam kesendirian selama mendampingi putranya semasa sakit. Belum lagi memikirkan biaya rumah sakit yang harus dikeluarkan. Dewa memang mempunyai asuransi, tapi mereka sudah lama menunggak premi. Jadi statusnya sudah tidak aktif sekarang. Hanya Rudy yang masih bisa diharapkan, namun lelaki itu juga tak kunjung kembali hingga saat ini. Karena kemungkinan, dia masih mencari kekurangannya. “Bila...” ujar wanita itu membuat jantung Nabila terasa was-was. Takut kalau-kalau mangan mertuanya tersebut meminta sesuatu hal yang tak bisa dia wujudkan. Sedang dia tak bisa menolaknya karena perasaannya sendiri. “Kalau ada apa-apa nanti, bolehkan Bunda meminta tolong?” Nabila tak bisa memberikan jawaban pasti agar ia merasa aman, “Insyaallah. Kalau saya bisa, saya lakukan.” Secercah harapan membangkitkan semangat Adawiyyah
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 84: Udah Berani Ya, Sekarang

“Sore, Tante,” sapa Fuja begitu Adawiyah membukakan pintu untuknya. Diperhatikannya wajah wanita itu, beliau seperti terpaksa menyambut dirinya. Tentu. Karena apalagi kalau bukan karena hubungan terlarang yang pernah dia lakukan bersama putranya? Lalu maunya dia bagaimana? Jikapun ada yang harus disalahkan, salahkan saja anaknya sendiri. Sudah tahu punya istri, tapi masih juga mengejar perempuan lain. Fuja sudah pernah membatasi dirinya pada saat awal pertama mereka dekat, tapi Dewa seolah mendekatinya terus-menerus. Kalau sudah begitu—maka hati wanita siapa yang akhirnya tak memiliki perasaan suka? Sekarang, setelah Fuja dibuat jatuh cinta, Dewa malah menolak untuk dikejar. Brengsek memang! Ok, kita lihat saja sampai mana mereka akhirnya menyerah dari jerat cintanya. Dewa harus bertanggung jawab dengannya dengan cara dinikahi. Dia sudah menikmati tubuhnya selama berulang kali. Enak saja! Pelac*r saja dibayar untuk itu. Masa dia yang cantik dan terjaga ini dinikmati secara grat
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Bab 85: Percayalah, Aku Nggak Seperti Itu

Di pantry.Nabila memasukkan semua bahan-bahan kopi racikannya ke dalam coffee maker sebelum kemudian dia menyalakan mesinnya. Cangkir khusus dia letakkan untuk menampung kopi yang telah dibuat.Batinnya berharap, semoga ini sesuai selera yang diinginkan oleh pria itu.“Ehem, ehem! Yang mau ngasih kopi ayank, iya ayankkk. Ah, ayankkk.”Nabila nggak melirik seorang gadis yang baru saja datang, namun sudah langsung julid kepadanya. “Apaan sih, Ris? Julidah banget jadi orang!”Paling menyenangkan adalah ketika berhasil membuat Nabila marah. Marahnya orang sabar kan lucu, seperti ada kepuasan sendiri pikirnya.“Yang spesial ya, Yank bikin kopinya. Kalau perlu tambah kecupan dan air liur, biar tambah manis dan menggugah selera.”“Pret!” Nabila menggoyangkan bokongnya yang kontan ditabok oleh gadis itu. Beruntungnya bokong Nabila tebal dan besar, jadi satu pukulan tersebut tidak akan terlalu terasa di kulitnya.Sembari berjalan meninggalkan pantry, Nabilah berteriak, “Makanya kamu juga cari
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Ban 86: Kenapa Sama?

Nabila menunduk dalam. Perasaan sesak dan sesal selalu menghimpit dadanya acap kali ia mengingat masa kelamnya. Hingga membuat matanya menjadi perih. Terlebih yang berhubungan dengan Zaki. Semua cerita tentang anak itu selalu menjadi topik yang paling utama di dalam setiap doanya. Meminta agar Tuhan segera menunjukkan siapa sosok ayah Zaki yang sebenarnya. Memang sekarang Zaki masih kecil, belum tahu apa-apa. Namun bukankah lambat laun dia akan tumbuh dewasa? Waktu pasti akan cepat berlalu, Zaki pasti akan bertanya-tanya mengapa dirinya berbeda. Lalu kira-kira, apa jawaban yang tepat—jika sampai detik itu tiba, Nabila masih belum juga menemukan siapa sosok ayah kandungnya? Begitu berat beban yang Nabila tanggung terkadang membuat dirinya tak habis pikir. Padahal, dia jadi manusia tidak jahat-jahat amat. Kok, bisa Tuhan memberikannya karma sedahsyat itu? Hingga makhluk kecil yang tak berdosa ikut memikul dosa masa lalunya. Beruntung anaknya laki-laki, tidak bisa dibayangkan ji
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 87: Meyakini Satu Hal

Aditya memukul-mukul kepalanya. Memaksa otaknya agar dia bisa berpikir lebih cerdas mengingat tanggal, hari dan waktu yang Nabila sebutkan kemarin lalu. Sayangnya, semakin dia berusaha memaksakan diri untuk mengingat, yang ada—kepala Aditya justru terasa sakit. Aditya tetap tak berhasil mendapatkan informasi apapun. Kecuali mendapati tubuh polos Siwi yang dibalut dengan selembar selimut, saat dia bangun dari tidurnya waktu itu. Gadis itu senggukan sampai tak mampu menyahuti panggilan dan guncangan di bahunya. Barulah setelah Aditya lelah membujuk dan menenangkannya, akhirnya Siwi mau memberikan sebuah pengakuan mengejutkan. Bahwa semalam, Aditya telah memaksa melakukannya hingga ia tak suci lagi. Tapi Aditya merasa janggal. Karena pengakuan Siwi berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan semalam di sisa kesadarannya. Aditya bisa pastikan, tidak ada pemaksaan di sana. Mereka sama-sama bergelora dan saling membalas perlakuan satu sama lain. Namun saat Aditya menyangkalnya,
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 88: Harapan Terbesar

Tidak sulit bagi Aditya mencari keberadaan Nabila dan Zaki di sana. Sebab hanya ada mereka berdua yang ada di lantai tersebut.Aditya berjalan mengendap-ngendap untuk memberikan mereka kejutan. Sayang, beberapa langkah sebelum dia menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir Zaki malah mendapatinya lebih dulu.Beruntung, bocah itu bisa diajak kompromi, agar mereka bisa bekerja sama untuk mengejutkan ibunya yang saat ini tengah duduk membelakangi. Sibuk dengan ponselnya sendiri.“Sssst jangan berisik,” begitu kira-kira gerak bibir Aditya yang dibalas serupa oleh Zaki. Zaki meletakkan jarinya dekat bibir, sementara ekspresi wajahnya nampak lucu.Lalu saat Aditya sudah tiba di belakang Nabila persis, pria itu mengejutkan bahunya sambil menyeru, “Dorrr!!!”Sontak ponsel Nabila melayang ke atas, untungnya Aditya memiliki reflek yang baik sehingga benda itu bisa dia tangkap. Meski demikian tak bisa menahan latah lucu wanita itu yang berbunyi, “Ayam ayam ayam!”Aditya dan Zaki tergelak tawa.
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 89: Masa Sih, Aku Bisa Move On Secepat Ini?

Masih ada di restoran cepat saji “Kita harus berangkat kan, tapi udah jam segini kita masih di sini. Aku belum mandi belum siap-siap, belum apa.” Nabila terdengar mengeluh. “Telat-telat dikit ya nggak papa, lah.” Aditya menggampangkan. Ya iyalah, bebas saja baginya mau berangkat habis bedug magrib pun. Tidak akan ada yang berani menegurnya. Lha wong dia bosnya sendiri. “Kok gitu?“ keheranan Nabila menyiratkan ketidaksetujuan, “kalau Mas sendiri sih nggak masalah, kalau aku? Nanti dikira aku memanfaatkan kesempatan. Mentang-mentang aku dekat sama atasan, aku jadi seenaknya.” “Ngapain mikirin orang lain sih, Bil? Yang mau gaji kamu kan, aku.” “Aku udah banyak banget catatan buruknya di kantor. Dari dulu kayak nggak pernah bener track record nya. Wara-wiri libur, yang cuti sakitlah, cuti inilah, itulah. Belum lagi rumor negatifnya, selingkuh, terima transferan, belum lagi masalah rumah tangga. Kalau di tempat lain mungkin aku udah dipecat tau nggak.” “Yang penting di sini enggak kan
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 90: Menculik Anak

Weekend adalah hari yang paling ditunggu-tunggu bagi seorang pekerja untuk mereka libur dan menikmati waktu istirahatnya. Setelah seminggu lelah dalam bekerja dan bertarung dengan penat dan hiruk-pikuk dan ibukota. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Nabila. Karena sang anak justru membangunkannya sepagi mungkin untuk menemaninya lari pagi di kawasan golf.Padahal sudah ada kedua orang tuanya yang bersedia mengantarkan, namun mungkin rasanya kurang lengkap kalau tak ada dirinya bersamanya.Yang menyebalkan, Zaki juga minta dibawakan bekal nasi goreng. Padahal sangat banyak sarapan atau jajanan pasar yang bisa mereka pilih di sepanjang jalan yang ada pasar kagetnya nanti.Tapi yang namanya anak, mungkin masakan ibunya tetap yang paling spesial untuknya seenak apapun makanan di luar sana.“Tadinya aku mau bangun agak siangan aja, Ma. Olahraganya dibalik sore Bila kurang tidur banget belakangan ini, soalnya lembur terus kan?”“Nggak ada kata libur bagi seorang ibu, Bil," jawab M
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status