Home / Romansa / Istri Tanpa Nafkah (Batin) / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Tanpa Nafkah (Batin): Chapter 101 - Chapter 110

125 Chapters

Bab 101: Bolehkah Kami Datang?

“Itu ada pesawat, Nainai!” tunjuk Zaki ke atas langit, di mana suara itu terdengar. “Duh, Nainai udah nggak bisa ngeliat, Sayang. Mata Nainai sudah rabun,” kekeh Ami Safira. “Nainai harus perliksa ke dokter,” katanya dengan ekspresi polosnya namun terlihat lucu. Ami Safira tersenyum. Lalu mengusap kepala bocah itu. “Udah nggak bisa. Karena Nainai emang udah tua.” “Kayak Oma?” “Iya, betul sekali.” “Omanya Zaki juga halrus pakai kaca mata kalau baca buku,” dia bercerita, benar-benar anak yang sangat menyenangkan. Karena di usianya yang belum empat tahun ini, dia sudah mengetahui banyak hal dan sudah memiliki banyak kosakata. “Keren anakmu, Nak. Dia sangat cerdas,” katanya saat sang anak datang menghampiri, tentunya saat tak ada Nabila tak bersama mereka. Karena Nabila sedang berada di toilet. “Iyalah, siapa dulu ibunya. Kepintaran itu menurun dari ibunya.” “Lagi bangga hati ceritanya?” “Harus, Mi. Karena aku yakin, kali ini aku nggak akan salah pilih lagi.” “Ami harap kalian
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Bab 102: Rempong

“Di rumahnya Nana itu bagus Oma, ada kolam renangnya, ada aquarium yang juga yang banyak ikan, trus trus ada patungnya juga yang besar-beeesaaaarr kaya di film Ultramen!” tutur Zaki menggebu-gebu, menceritakan pengalamannya main ke rumah Ami Safira. “Semangat banget ini, Bil, ceritanya. Sampai monyong monyong begini.” Mama Dina terkekeh. “Tapi ditinggalin nggak mau tuh, Ma. Pokoknya harus sama ibu,” Nabila menanggapi. “Nanti Zaki ngga bisa jajan,” katanya. “Jajan aja yang dipikirin, pantesan perutnya makin gembul,” omel Nabila membuat Zaki menghentakkan kakinya ke lantai. “Heeuuhh!” Anak itu pergi menyusul opanya. Mengganggu lelaki itu yang tengah sibuk memilah-memilih alat di online shop untuk kebutuhan bengkel mobilnya. “Orangnya masih muda ya, Bil, Aminya Mas Aditya ini?” tanya Mama Dina sangat ingin tahu seberapa keren calon besannya tersebut. “Enggak juga, sih. Malah lebih tua beliau kayaknya daripada mama. Orang jalannya aja udah nggak terlalu gesit lagi," jelas Nabila, "
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Bab 103: Menunjukkan Keseriusan

“Yeayyy, Om sama Nainai datang, Bu! Om datang!” seru Zaki menunjuk ke arah luar, kala ia sedang bermain di ruang tamu, lalu mendapati mereka turun dari mobilnya yang berhenti di halaman rumah. Pun tak hanya berdua, melainkan bersama beberapa orang lainnya yang sepertinya, saudara atau kerabat dekat Aditya. “Iya, Sayang iya.” Nabila tersenyum dan mencium putranya. “Kok, Om sama Nainai ke rumah kita sih, Bu? Mau main sama Jaki, ya?” tanya dia. “Kan kemarin kita udah ke sana, jadi sekarang gantian Nainai sama Om yang ke sini,” jawab Nabila tak bisa menjelaskan hal lain lagi—yang tak mungkin Zaki mengerti tentang urusan orang dewasa. “Yeayy, Zaki mau sama Nainai, ah!” tanpa menunggu persetujuan sang ibu, Zaki langsung berlari ke depan untuk menyambut orang-orang yang dianggapnya spesial tersebut. Nabila tersenyum bangga. Ia menatap sahabatnya Dara—yang sudah berperan sangat banyak untuk membantu dirinya. Mempersiapkan segala sesuatunya selama dua hari ini. Terutama untuk mendek
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Bab 104: Pesan Menyentuh Dari Seorang Ayah

“Begini, Mas Adit, Bu Safira. Kalau untuk yang satu itu saya serahkan sepenuhnya kepada anak saya, Nabila. Karena sebagai orang tua ... saya hanya bisa mendukung apa yang menjadi keputusannya, selama menurutnya itu baik. Toh, jikapun dilarang, mereka pasti akan punya caranya sendiri. Mereka sudah sama sama dewasa.” Semua orang yang ada di sana mengangguk paham, karena ucapan Papa Rudy barusan sangat relevan dengan kenyataannya. “Tapi mas Aditya, Bu Safira, anak saya satu-satunya ini pernah mengalami kegagalan di pernikahannya yang sebelumnya. Jadi sebagai seorang ayah, saya sering menasehatinya untuk lebih berhati-hati dalam mencari pasangan. Sebab saya nggak mau kejadian yang sebelumnya kembali terulang. “Jadi sebelum kalian melangkah lebih jauh, alangkah baiknya kalau saya pastikan sekarang saja. Apa Mas Aditya sudah benar-benar yakin dengan anak saya?” “Iya, Om. Saya sangat serius. Kalau nggak serius, saya nggak mungkin berani membawa keluarga saya ke sini untuk meminta restu
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Bab 105: Aku lah yang Paling Beruntung

Back to kantor. Nabila baru saja menutup laptopnya. Dia yang pada saat itu hendak melakukan ibadah empat rakaatnya, pasti selalu menuju ke toilet terlebih dahulu untuk bebersih dan pastinya, mengambil air wudu sekaligus. Hendaknya ketika melintas, harusnya ia langsung memasuki toilet tersebut. Tetapi rupanya Tuhan sedang menunjukkan sesuatu padanya, dari pembicaraan beberapa orang di dalam sana. Sehingga ia memilih bertahan di luar untuk mencuri dengar. Demi Tuhan, Nabila tidak akan peduli jika yang mereka sebut-sebut adalah nama orang lain. Ia sama sekali tak ada urusan dengan mereka. Tapi jika begini, maka jangan salahkan jika ia nantinya harus turun tangan. Andai kiranya mereka menjelek-jelekkan dirinya dengan sangat keterlaluan. Memang benar nama Nabila bukan hanya dirinya saja, tapi Nabila meyakini Nabila yang mereka maksud adalah dirinya. Kerena tidak ada lagi karyawati yang bernama Nabila di kantor ini yang sedang memiliki hubungan dengan Aditya. “Halahhh! Palinga
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

Bab 106: Wedding Dream ku Akhirnya Terwujud?

Dua minggu berlalu semenjak kejadian di kantor saat itu, tentang kabar-kabar miring mengenai hubungan Nabila dengan Aditya yang katanya, Nabila hanya akan dijadikan pelampiasan saja. Dan lagi-lagi mereka tidak tahu kalau kemarin Nabila sudah resmi bertunangan dengan Aditya. Hingga kini mereka sedang mencicil melakukan proses persiapan pernikahan. Mereka tidak terlalu ngeh dengan cincin berlian indah yang kini sudah tersemat di jari Nabila. Tapi bukan berarti Nabila sedang berusaha menyembunyikannya--sama sekali tidak. Sebab jika nanti memang ada orang yang benar-benar bertanya, sudah sampai di mana hubungan mereka, maka sudah pasti akan Nabila jawab dan takkan ia tolak kebenarannya. Tetapi ya sudahlah, begini saja juga tak masalah. Nabila tak haus pengakuan. Lagipula pasti akan berisik jika ia mendengar banyak orang bertanya-tanya. Biar saja mereka dengan asumsinya itu. “Emangnya kamu nggak mau konfirmasi apa gitu ke mereka?” tanya Risa yang sesungguhnya dia juga belum tahu,
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

Bab 107: Cemburu? No!

Di depan cermin besar, Nabila sedang mencocokkan gaun pengantinnya. Cantik dan seksi, namun tetap sopan dan tertutup. Sebuah maxi dress dengan brokat di bagian dada dan punggungnya, menciptakan penampilan yang memikat dan elegan. Sementara detail pleats pada bagian rok belakang memberikan kesan menarik pada gaun yang berwarna putih tersebut. “Gimana, Mas? oke nggak?” Nabila meminta pendapat pada Aditya yang hanya bisa membeku, melihat betapa cantik calon istrinya.Tubuh wanita yang biasa dibungkus dengan outfit kantoran, sekarang dipakaikan gaun yang indah yang ternyata secantik itu, hingga tak mampu menyembunyikan keindahan sekaligus keanggunan yang ada di dalam diri sang calon istri. “Mas gimana? Kok malah bengong?”“Cantik, Bil, cantik banget. Mas sampai nggak bisa ngomong apa-apa.”Owner butik tersebut terkekeh. “Padahal ini belum make up loh, Mas. nanti kalau udah make up pasti jauh lebih pangling lagi.”“Iya kah? Bikin khilaf mata aja.”“Iya Mas, emang udah bener cepetan nik
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Bab 108: Semua Laki-laki Sama Saja!

Di Mall, Ami Safira membaca list belanjaannya, meneliti barang apa yang sekiranya belum mereka beli untuk hampers pernikahan. Mengapa ia meminta Nabila untuk memilih semuanya sendiri? Karena Ami tak ingin pemberiannya nanti malah tak sesuai dari segi ukuran atau model, lalu akan berakhir sia-sia. Jadi lebih baik seperti ini saja. Toh, ia yakini demikian tak akan mengurangi kesan spesial apapun. Barang-barang ini akan tetap terlihat istimewa setelah ditata di dalam kotak parsel. “Mukena, baju tidur, dalaman, make up, skincare, parfum, semuanya udah. Tinggal sandalnya yang belum. Biasanya bila pakai merek apa?”“Apa aja aku mah, Mi. Yang penting nyaman dipakai. Aku mah nggak kayak Mas Aditya yang apa harus bermerek,” jawab Nabila. Ami terkekeh. Padahal Aditya juga kurang lebihnya sama dengan Nabila. Anak itu juga tak terlalu peduli dengan yang namanya label atau merek. Apapun dipakainya yang penting nyaman dan dia suka modelnya. Yang membuat mereka berbeda adalah alasannya. Aditya
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Bab 109: Mendekati Hari H

“Tadi aku ketemu Dewa di butik, Ma,” tutur Nabila tak lama setelah Aditya mengantarnya dan Zaki, lalu pulang bersama Aminya.“Nah, kebetulan banget kamu ngomong gini. Mama jadi ingat sesuatu.” Mama kini mengeluarkan selembar kertas undangan ke atas meja untuk ia tunjukkan pada Nabila. Di sana, tertulis jelas nama Dewa dan Fuja yang menjadi nama pengantinnya. “Nggak tau diri banget ya, mereka. Udah ketahuan selingkuh bukannya introspeksi diri malah buru-buru disahkan. Orang lain mah, biasanya malu gitu, trus menghilang beberapa lama dari peredaran sampai orang agak sedikit lupa sama kelakuan minusnya. "Ini mah enggak. Malah kayak nggak punya rasa bersalah sama sekali. Udah untung aku baik hati, nggak aku viralin. Coba kalau aku viralin, udah hancur sekalian dua-duanya.”“Bila ngomong kayak gini nggak lagi ngrasa cemburu kan?”“Hihh, amit-amit nyemburuin mereka. Cuma heran aja rasanya, apalagi sama Dewa. Katanya nggak cinta-nggak cinta sama Fuja, cintanya sama kamu tok. Tapi kenyataa
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

Bab 110: Sah!

Di sebuah restoran mewah yang kini disulap menjadi acara intimate wedding, dua orang laki-laki berbeda generasi sedang berjabat tangan untuk melakukan akad nikahnya. Seorang ayah, akan melepaskan putrinya kembali, untuk beliau percayakan pada laki-laki pilihannya. Agar putrinya dia jaga dan dan dia tanggung jawabi sepenuhnya, sampai akhir hayat. Disaksikan hanya oleh keluarga inti dari masing-masing mempelai, membuat momen ini menjadi terasa lebih sakral. “Bismillahirrahmanirrahim, Ananda Aditya Swara bin Abdulaziz....” “Ya, saya.” “Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putriku, Nabila Saputri, dengan mas kawin cincin berlian seberat dua gram dan uang tunai senilai 500 juta dibayar tunai!” “Saya terima nikah dan kawinnya Nabila anggraeni bin Rudy Dharmawan, dengan mas kawinnya yang tersebut dibayar tunai!” “Bagaimana saksi? Sah?” “Sahhh!” jawab semua hadirin serempak. “Barakallah....” Penghulu membacakan doa penutup. Ketika Aditya melepaskan jabatannya pada tangan
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status