Home / Rumah Tangga / Istri Simpanan Sang Idola / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Simpanan Sang Idola: Chapter 21 - Chapter 30

65 Chapters

21. Pergi

Kedua mata Kae mulai redup. Kedua pria itu kembali bicara. Dokter itu menepuk bahu Erick. "Alihkan saja pembicaraan ke arah lain agar istri bapak tidak banyak pikiran," bisiknya saat mendekatkan kepala. "Bicarakan hal-hal yang menyenangkan.""Baik, dok." Pria bule itu mengangguk. "Untuk hari ini, aman. Kalau ada apa-apa, tinggal panggil suster.""Ok, dok."Suster dan dokter itu pun pergi. Erick kembali menemani sang istri. Ia merapikan selimut Kae karena sang istri sudah tertidur. Erick mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengecup dahi Kae dengan lembut. Ia mengusap pucuk kepala sang istri dengan penuh kasih sayang. "Kae ...," desahnya lirih. ****Kae terbangun saat Erick tengah sibuk melihat ponselnya. Ia melihat sekeliling. Wanita itu masih berada di dalam kamar perawatan. Erick tak sengaja melihat istrinya terbangun. "Oh, Kae. Kau sudah bangun. Kau lapar? Apa kepalamu masih pusing?"Kae menggeleng. Gorden yang ditutup menandakan hari sudah malam. "Apa Abang di sini terus dari ta
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

22. Hari Patah Hati

Wanita paruh baya itu bergegas datang dari dapur. "Ada apa, Tuan?""Kae ke mana, Bik?" tanya Erick. "Keluar.""Keluar?" Kening pria itu berkerut. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menelepon. "Tumben, pagi-pagi sudah keluar," gumamnya. Telepon tersambung. Pada saat itu Kae masih berada di dalam taksi, bersandar menatap ke arah jendela. Ada bekas air mata di kedua kelopak mata dan ia terkejut mendengar dering telepon dari dalam tasnya. Dering itu berasal dari ponsel baru miliknya. Kae memeriksa tas. Seperti dugaannya, Erick menelepon. Segera ia mematikan ponsel. Saat ini ia ingin menyendiri. Ia tak tahu apa yang diinginkan saat ini, yang penting ia jauh dari Erick. Kae takut keputusan berikutnya dipengaruhi dengan keberadaan sang suami. Sakit hatinya harus meninggalkan Erick tapi ini untuk kebaikan mereka berdua. Ia harus tetap bertahan walau tanpa sang suami di sisinya. Erick menurunkan ponsel dari telinga. Ia terkejut. Kenapa Kae mematikan ponselnya? Ia kembali menyambungka
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

23. Pekerjaan Baru

"Tidak, Mbak. Saya sudah bilang di sesi wawancara, karena itu Saya di sini.""Lagi pula yang dibutuhkan yang muda," kata wanita itu yang masih mencari-cari kesalahan Kae. Kae yang sudah tak lagi memakai cadar hanya bisa menghela napas. "Kalau Mbak gak puas, Mbak ke HRD aja."Wanita itu sebenarnya kesal, Kae terus-terusan menjawab ucapannya tapi ia tak bisa apa-apa karena Kae telah mematahkan semua ucapannya. "Ok, mungkin staf marketing lagi dibutuhkan banyak sehingga menerima orang diluar dari kriteria seharusnya." Begitulah cara wanita berambut panjang ini menyelamatkan wajahnya. Wanita ini kemudian melangkah ke depan dengan wajah angkuh. "Baiklah, kita mulai saja. Namaku Rika dan aku adalah Marketing Manager di sini."****Erick tengah duduk di saung yang berada di kebun tehnya. Angin sepoi-sepoi tak ia rasakan karena pikirannya tengah melayang entah ke mana. Memandangi hamparan kebun teh dan sinar mentari yang masuk sedikit ke dalam saung yang sedikit remang-remang itu. 'Kae, ap
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

24. Menemukanmu

"Sekarang aku tidak ingin main film. Kalau iklan aku mau. Oya, kamu tahu cara menghubungi penulis Dara siapa itu namanya ...." Erick mencoba mengingat-ingat nama pena istrinya. "Dara Jamilah? Entahlah. Sebentar aku cari dulu." Pria muda itu kemudian mencari nomor telepon wanita itu di ponselnya. "Ah, ada. Mas Erick mau apa?" Ia menoleh pada artis bule yang kini tampak lebih kurus dari sebelumnya. "Bisa kau suruh datang. Mmh ... mungkin bertemu di luar. Di restoran mungkin.""Kenapa? Mas, mau bertemu lagi dengannya?""Jangan beri tahu, aku yang ingin bertemu, ok?""Ok." Pria berambut cepak itu mencoba menghubungi, tapi tak seperti yang diharapkan. Nomor itu tak bisa dihubungi. "Kayaknya udah ganti nomor, Mas."Erick menghela napas. Ia menyentuh bibirnya. "Bagaimana dulu kamu mendapatkan nomornya?""Oh, aku memberikan nomorku di kolom komentar novelnya. Coba aku tanya lagi." Dani kembali menyalakan ponselnya. Ia membuka aplikasi novel tempat Kae menulis, tapi kembali ia kecewa. "Oh, s
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

25. Rindu Dan Benci

"Eh, Saya Rika. Saya Manager Marketing di sini." Rika menyodorkan tangan pada Erick ketika para senior telah keluar ruangan. Matanya berbinar gembira saat bisa dekat dengan pria bule itu. Bukan apa-apa. Pria itu adalah aktor favoritnya. Erick menyambut tangan wanita cantik itu. "Halo, Rika.""Saya juga penggemar film-film Anda.""Oya? Terima kasih.""Sama-sama. Oya, aku akan ditemani stafku Kae untuk membantu Anda mengenal produk-produk kami.""Kak Kae, ayo cepat! Namamu disebut itu sama Manager," sahut Nana mendorong bahu Kae agar bangun dari kursinya. Wanita berjilbab itu mau tak mau bangkit berdiri dan menemui mereka. Kae melangkah dengan enggan dengan wajah sedikit menunduk. Kedua pria itu menunggu sedang Rita terlihat tak sabaran. "Ayo, Kae. Cepat. Jangan buat tamu kita menunggu," ucap Rika dengan gemas. Matanya melotot pada Kae karena jalannya sangat lamban. "Eh, iya." Walau terlihat berusaha cepat tapi juga terlihat dipaksakan. "Oh, ini yang namanya Kae. Namanya unik juga,
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

26. Paham

Erick kemudian mengambil sapu dan mengganjal pegangan pintu kamar mandi itu dengan pegangan sapu yang diletakkan melintang. Ia menoleh pada managernya. "Dani, tolong usahakan jaga jangan sampai terlepas.""Eh, iya." Walau tak mengerti, pria berambut cepak itu mengiyakan. Ia meletakkan plastik belanja di tangan ke atas meja terdekat. Erick kemudian meraih brosur yang ada di tangan Kae, dan meletakkannya di atas meja. "Ayo ikut aku!""Apa?" Kae yang kebingungan terpaksa ikut karena sang suami menariknya ke arah jendela balkon. Di sana Erick membuka pintu. Menutup jendela dengan gorden dan membawa istrinya keluar. Ia kemudian menutup pintu kaca itu. "Sekarang, katakan apa yang kamu ingin katakan.""Apa?" Kae masih belum mengerti apa maksud perkataan suaminya. "Kenapa kamu kabur dari rumah? Kenapa kamu tidak bilang padaku amnesiamu sudah sembuh? Apa aku sebagai suamimu tak berhak tahu?"Tahulah wanita itu, kenapa suaminya membawanya ke sana. Mereka tidak bertemu ruang privat di mana me
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

27. Niat Yang Salah

Saat lift terbuka, mereka masuk. Tiba-tiba Erick berkata, "Oh, ada yang ketinggalan." Ia menggerakkan kartunya pada alat pengenal kartu dan menekan nomor basemen paling bawah lalu menarik Kae keluar bersamanya. "Dani, tolong antarkan Mbak Rika, ya?"Kejadiannya begitu cepat sehingga siapa pun tak bisa menolaknya. Bahkan Kae. "Biar Kae aku yang antar," ujar pria bule itu sesaat sebelum pintu lift tertutup. Erick menggandeng sang istri kembali ke apartemennya. "Bang!" Kae menarik tangannya dengan kasar. "Apa sih?" Pria itu menoleh. "Aku mau pulang!"Erick tersenyum lebar. "Aku rindu panggilan itu. Aku rindu suaramu. Aku rindu melihat wajahmu."Wanita itu cemberut dengan pipi merah merona. "Jangan coba merayuku ya!"Kini pria itu berhadapan dengan Kae yang sebenarnya. Galak. "Lho, kenapa? Aku 'kan merayu istri halalku. Lagipula, aku gak bohong. Aku benar-benar merindukanmu.""Sudah, jangan banyak tipuan. Aku mau pulang!""Ini aku mau ambil kunci mobil, masa aku bohong sih?"Kae masih
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

28. Ibu

"Ayo kalau gitu, Bang." Baru saja Kae berbalik arah, pria itu langsung merengkuhnya dari belakang. "Bang ....""Tidak bisakah kita diam sejenak dan mengabaikan perbedaan? Aku rindu padamu." Erick meletakkan dagunya di bahu sang istri dan mendekap bahu Kae dengan erat. "Bang.""Sebenarnya perbedaan itu tidak ada bila kita tutup mata," bujuk pria itu. "Bang ....""Aku mencintaimu juga berharap kau bisa menuntunku. Apa itu saja tidak cukup?"Kae menunduk. Pelukan itu sangat hangat dan teduh. Apalagi deru napas Erick saat berbicara di samping wajahnya begitu memabukkan, tapi ia harus bertahan. Melanjutkan pernikahan ini hanya akan membuat keduanya kecewa. "Bang, untuk apa memaksakan yang tidak mungkin? Abang 'kan tidak mungkin berjalan bila dengan sepatu yang kebesaran atau kesempitan.""Aku akan melepas sepatu itu, dan aku bawa bersamaku.""Sepatu 'kan gunanya untuk diinjak?""Aku takkan tega menginjakmu.""Bang, sepatu itu harus digunakan sesuai fungsinya!"Erick melepas pelukan ketik
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

29. Jemput

"Manusia, 'kan tempatnya salah dan dosa, Mila. Tuhan saja mengampuni, masa kamu tidak bisa?""Walaupun itu fatal dalam agama kita?""Mila, kamu apa tidak ingat cerita tentang anjing yang masuk surga? Atau tentang pela cur yang masuk surga? Atau bahkan cerita tentang keduanya. Tidak ada dosa yang tidak terampuni asal ia benar-benar bertobat. Bertobat dan tidak melakukannya lagi.""Tapi kami punya banyak perbedaan, Bu. Rumit pula kalau ketemu Ayah."Ibu mengambil mangkuk besar dan mulai memindahkan isi panci ke dalam mangkuk porselen dengan sendok besar. "Tidak ada yang tidak mungkin, Mila, kalau Tuhan merestui. Jadi mintalah padaNya."Kae terdiam. Sebentar kemudian ia membantu sang ibu menghangatkan makanan yang lain. Setelah menghidangkannya di atas meja, ia kemudian makan malam bersama keluarga kecil ibunya. ****"Dani, aku minta nomor telepon Kae," pinta Erick dari ponselnya. "Mas, aku mau tanya. Kae itu istrimu, bukan?""Iya.""Apa?""'Kan sudah kujawab iya," sahut pria bule itu
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

30. Balas Dendam

"Eh?" Kae terkejut. "Lho?" Rika melongo, Erick menggandeng stafnya ke arah pintu. Kenapa bukan ia yang mendapat rezeki ini, padahal ia adalah penggemar yang berusaha membela pria bule ini dari mulut pedas Kae. "Ayo!" Dani berdiri di samping Rika, menunggu. Mau tak mau wanita cantik berambut panjang itu mengibaskan rambutnya ke belakang dan berdiri. Ia kemudian mengikuti pria berambut cepak itu mengikuti Erick. Sesampainya di kantor agensi periklanan, mereka bertemu produser yang akan memproduksi iklan itu dan mereka mendapat skrip, juga keterangan tentang syuting iklan itu. Anehnya, Erick selalu memisahkan diri dari Rika dan hanya bersama Kae, dengan alasan menghindari masalah yang akan timbul kemudian. Pria bule itu dan istrinya kadang berbisik-bisik berdua dan mengabaikan keberadaan Dani dan Rika. "Eh, aku sedang mengajarinya. Untuk bicara lebih lembut lagi," kata Erick pada Rika. Ia beralih pada Kae dengan suara sedikit tegas. "Eh, kamu sama atasan jangan sering membantah. Kapa
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status