Semua Bab Istri Simpanan Sang Idola: Bab 41 - Bab 50

65 Bab

41. Bersama

"Ayahku pernah bilang padaku bahwa salah bila seorang wanita atau pria meninggalkan pasangan hanya karena tak punya keturunan karena sejatinya saat mereka tua nanti, pasangan merekalah yang diharapkan akan menemaninya sampai akhir hayat, bukan anak-anaknya. Anak-anak ketika dewasa mereka akan menikah dan walaupun mereka hidup bersama tetapi tetap saja ia akan merindukan pasangan mereka yang telah pergi lebih dulu. Aku bisa lihat bagaimana Ayah kesepian bila mengingat ibu.""Bang, Kae merasa Abang tak punya masa depan bila bersama Kae." Wanita itu tertunduk. "Justru aku yang ingin bertanya padamu. Masihkah kau mau menerima diriku yang telah merusak seluruh hidupmu? Yang telah membohongimu hingga akhirnya kau terpaksa menikahiku? Yang masa lalunya pernah tersesat dari jalan Tuhan? Tapi aku berjanji, cintaku ini tulus takkan tergoyahkan sampai matti.""Sampai jannah." Kae meralat. "Sampai jannah."Wanita itu terharu. Ia memeluk pinggang suaminya sambil bersandar pada dadda bidang pria
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya

42. Tanggung Jawab

Kae menoleh pada Bik Inah, yang ternyata tahu akan hal ini. Ia pun tahu pacar suaminya yang terakhir karena pernah melihatnya di internet, tapi untuk apa ia ke sini, dan kenapa mengaku sebagai pacar suaminya? Apa mereka belum putus? Dadda Kae terasa panas. Tangannya mengepal geram. Kebohongan apa lagi yang berusaha suaminya tutupi hingga pacarnya datang ke rumah ini? "Bik Inah ...."Wanita paruh baya itu terlihat gugup. Ia mengangkat kedua tangannya. "Eh, Bibik tidak tahu soal ini, Nyonya," terangnya. "Sebaiknya Nyonya tanyakan langsung pada Tuan."Kae yang sedikit kecewa beralih pada penjaga itu. "Di mana dia?""Sudah di depan pintu, Nyonya." Penjaga itu memberi jalan ketika Nyonya Erick berjalan ke luar. Sebuah mobil mewah berwarna biru tua terparkir di depan rumah. Seorang wanita cantik berambut panjang terurai nampak keluar dari mobil membawa sesuatu. Ya, ia menggendong seorang bayi! Wanita itu bertubuh sedikit gemuk walaupun tinggi tegap. Ia menurunkan kacamata hitamnya sediki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-03
Baca selengkapnya

43. Lily

Wanita itu pergi dengan gaya anggun dan menawan bak seorang model terkenal. Ia bahkan tak memedulikan Erick yang memanggil namanya. Pria itu terpaksa mendekati kereta bayi karena tak tega mendengar tangisan Lily. Ia menggendongnya tapi bayi itu terlihat seperti ketakutan melihat wajah Erick. Kembali bayi itu menangis keras. "Kae, tolong aku Kae." Saat menoleh, Kae malah kembali ke kamar dan membanting pintu. Tinggal Erick sendirian harus mengurus bayi itu. "Oh, Kae ... aku harus bagaimana ini?" Ia menatap bayi itu kebingungan. "Oh, Sayang, jangan menangis ya."Pria bule itu mencoba mendiamkan bayi itu dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya, tapi tangisnya tak kunjung berhenti. Erick semakin stres. Ia mencari mainan dari dalam kereta bayi tapi tak kunjung ditemukan. Tepat saat itu Bik Inah datang. Pembantu itu memang telah memperhatikan apa yang terjadi dari kejauhan. "Sini, Tuan, Saya coba gendong." Ia mencoba mendiamkan bayi itu tapi sia-sia. Sang bayi masih saja terus menangis. "Cob
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-04
Baca selengkapnya

44. Mama

"Memangnya kita tidak boleh melakukannya lagi? Lily 'kan tidur sama kita. Sudah beberapa hari aku tidak bisa tidur nyenyak tiap malam. Kenapa memangnya kalau dia tidak bisa tidur juga di siang hari?" Erick merengut kesal. "Memangnya kamu tega?" Kae memutar tubuhnya melirik sang suami di belakang sambil memegangi tangannya yang melingkar di pinggang rampingnya."Ya, enggak ... tapi kapan?" Pria itu menunduk. "Bagaimana kalau Abang buat kamar bayi? Mungkin Abang harus merelakan ruang kamar yang di sebelah untuk dipasang interkom.""Mmh, benar juga ya? Jadi kita bisa punya privasi lagi. Kamu juga butuh babysitter, Sayang. Aku gak mau kamu kecapean ngurusin Lily dan tetap bisa terus penulis."Kae mengangguk. Sang pria mengeratkan pelukan. "Kae, terima kasih. Kau mau mengurus Lily." Pria itu menempelkan wajahnya di samping wajah sang istri sambil memeluk bahunya mesra. Kae bersandar dengan nyaman di da da bidang sang suami. Begitu hangat. Ia kini tak mau terlalu meributkan bagaimana hid
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-05
Baca selengkapnya

45. Ke Rumah Ibu

Wanita itu belum juga bicara. Erick pun tak bisa berkonsentrasi karena Lily menarik-narik bajunya. "Aduh anak papa. Coba dengerin dulu, Mama mau bicara."Entah kenapa, bayi Lily berhenti menarik baju sang ayah. Ia kini menatap ke arah ibu angkatnya. Erick dibuat heran. "Tuh, lihat! Anakmu sedang mendengarkan.""Eh ...." Dari wajah sang istri, terlihat ia berat untuk menceritakan. "Katakan saja, Sayang. Kalau pun ini sulit, kita hadapi ini sama-sama."Kae akhirnya mulai bercerita. "Dua tahun lalu, seharusnya aku menikah. Ayah sudah menjodohkan aku dengan anak teman bisnisnya. Saat itu aku bilang aku ingin menikah dengan pilihanku, tapi waktu itu aku tidak punya calon sama sekali. Ayah meledek, kalau aku takkan sanggup mencari sendiri bahkan sampai dua tahun ke depan karena ia tahu, aku introvert. Aku sangat jarang ke luar rumah atau bahkan bergaul dengan teman-temanku. Bukan berarti aku tidak bisa bergaul tapi aku lebih nyaman di rumah. Mendengar tantangan itu, aku menyambutnya. Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-06
Baca selengkapnya

46. Ayah Kae

"Amin."Sebentar kemudian mereka ramai melihat bayi Lily minum sussu botol. Erick pun juga mulai mengobrol dengan ayah tiri Kae. Mereka bahkan melanjutkannya hingga makan siang. "Kenapa ibu memanggil Kae 'Mila'? Kenapa Imam tidak?" tanya Erick pada istrinya. "Karena itu hanya panggilan dari orang tuaku saja." Terang Kae sambil mengunyah. "Oh, Imam tetangga kita di Lampung?" Ibu ikut bicara."Iya. Aku ketemu Imam di rumah sakit. Dia ikut dosennya dan ketemu Abang juga di sana.""Oh, dia belum lulus kuliah?""Belum, Bu. 'Kan ambil kedokteran.""Oh, begitu." Ibu melihat Kae lekat. "Kapan kamu akan bilang pada ayahmu?"Kae terlihat bingung. Ia memutar kepalanya menatap sang suami yang duduk di sampingnya. Ia tak bisa memutuskan. "Secepatnya," sahut Erick mantap. Setelah beberapa saat, Kae pamit. Ibu dan keluarga kecilnya mengantarkan tamunya keluar. Erick sempat bersalaman dengan Yudhi yang masih malu-malu padanya. Pria itu mengusap kepala adik istrinya itu dengan lembut. "Cepat besa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

47. Pembuktian

Erick menoleh ke dalam rumah. Ia melihat Kae berada di lantai atas bersama dua pria yang menculiknya tadi. "Kae ...." Pria itu memutar kepalanya kembali ke arah ayah Kae. "Pak, sebenarnya kami mau ke sini setelah berkunjung ke rumah ibu Mila tapi Bapak langsung membawa lari Kae ... eh, Mila ke sini, jadi terpaksa kami menyusul.""Kenapa kalian menikah tanpa restuku? Apa yang kalian sembunyikan?" Pandangan ayah Kae terlihat sinis. "Itulah kenapa kami mendatangi kalian berdua. Ibu dan Bapak.""Maksudmu?" Mukid mengerutkan keningnya. "Mantan istriku juga tidak tahu?""Bisakah kita masuk ke dalam dan bicara baik-baik?"Pria paruh baya itu kini mengerut alias, tanda tidak senang. 'Berani-beraninya dia menyuruhku masuk ke dalam rumah. Apa dia tidak takut pada wajahku yang galak ini? Mmh, hebat juga Mila memilih laki-laki. Dia punya jiwa kepemimpinan, tapi sayang ... dia hanya setan! Iblis yang menggoda keimanan keluargaku!'Walau begitu Mukid masuk ke dalam bersama dengan Erick dan babysit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-08
Baca selengkapnya

48. Di Rumah Ayah

"Hasilnya nanti akan keluar 10 hari lagi ya, Pak," sahut suster yang tersipu-sipu melihat ketampanan aktor yang sudah lama tidak terdengar kabarnya ini. "Oh, iya. Terima kasih, Sus.""Sama-sama." Suster itu melirik Kae yang tengah diambil sampel darahnya. Ia juga melirik Lily. "Eh, itu istrinya ya, Pak?""Iya, itu istri Saya.""Oh, Bapak sudah nikah ya?"Tiba-tiba ayah Kae mendekat. Ia terganggu melihat Erick beramah tamah dengan suster itu. Ia berdehem sedikit keras membuat suster itu ketakutan. Apalagi melihat wajah sangar Mukid. Setelah itu Erick mengajak makan di kantin. Namun Mukid terlihat tidak senang karena melihat pria bule itu santai saja bersamanya, seakan-akan ia telah menerima bule itu sebagai menantunya. "Hei, kenapa kamu seakan tidak merasa ada masalah di antara kita!" ucapnya kesal. "Oh, jadi aku harus bagaimana?" tanya Erick bingung. "Aku lapar.""Huh, benar-benar tamu tak tahu malu! Lain kali, kau tanyakan dulu padaku karena aku adalah tuan rumahnya!" "Oh, begitu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-09
Baca selengkapnya

49. Sholat Subuh

"Ini 'kan kamar putriku!" Mukid tak kalah sewot. "Tapi putrimu sudah menikah, Pak. Tolong, lain kali ketuk pintu kalau mau masuk.""Ini rumahku sendiri, kenapa aku harus mengikuti peraturanmu, heh!" Pria paruh baya itu gemas sendiri. Ia bergerak ke pintu tapi kemudian kembali. "Aku sebenarnya ingin mengajak kalian sholat Subuh berjamaah di bawah tapi sudahlah ...." Ia kembali pergi. "Eh, Pak!" panggil Erick. "Kami akan turun. Kita akan sholat berjamaah bersama. Tunggu saja."Mukid yang mendengar itu kemudian keluar dan menutup pintu. Ia dongkol karena sempat melihat tubuh atletis pria muda itu. 'Tubuhnya membuatku merasa semakin tua saja. Huh!'Hampir setengah jam pria paruh baya itu menunggu dan akhirnya keduanya menyusul turun. "Ini sudah hampir terang, ya!" sindirnya. "Maafkan kami, Pak." Erick melirik istrinya yang menunduk. Ia sudah selesai mandi dari tadi tapi karena menunggu Kae mengeringkan rambut .... "Eh, biar aku yang jadi imam di depan.""Apa kau bisa?" Mukid menatap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-10
Baca selengkapnya

50. Pengganti

Mobil mendatangi kerumunan pegawai yang sedang mengumpulkan kelapa sawit yang sudah dipottong. Mereka memasukkannya ke dalam truk bak terbuka di bagian belakang. Truknya lumayan besar tapi isi di bak terbuka itu sudah penuh hingga membumbung tinggi ke atas. Mukid dan Erick turun sedang bodyguard pria paruh baya itu menepikan mobilnya di samping. Ayah Kae berdiri di belakang truk dan memeriksa muatan. "Hei, ini tutupnya gak bener ini! Coba betulin lagi. Nanti kalau lepas bisa membahayakan orang lain."Baru saja pria itu bicara, seorang pegawai yang berpakaian santai, mencoba membetulkan penutup bak belakang dari samping. Namun alih-alih terkunci, penutup itu malah terbuka karena terdorong isinya yang banyak, sehingga tumpukan kelapa sawit itu menimpa Mukid. "Ah!!"Erick yang berada dekat situ sempat menghindari tapi ia tak sempat menyelamatkan sang mertua. "Pak!"Para pekerja yang berada di sana terkejut. Mereka semua berusaha menolong pemilik kebun itu dengan menepikan kelapa sawit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status