Home / Rumah Tangga / Istri Simpanan Sang Idola / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Simpanan Sang Idola: Chapter 31 - Chapter 40

65 Chapters

31. Masih Tentang Kita

Kae mau tak mau membalik tubuhnya karena penasaran. Ia hampir tertawa melihat sang suami hendak melepas celana panjang pria itu. Namun ia mulai merasa heran, kenapa Erick tiba-tiba datang ke ruangan HRD padahal tidak ada yang mengundangnya. "Oh, kamu tak punya baju ganti ya? Bagaimana ini?" Aktor itu baru sadar dengan apa yang diperbuatnya. Ia memukul dahinya sendiri karena bingung. Ahmad tampak pusing. Ia tentu saja saja tak membawa baju ganti tapi Kae bisa merasakan sesuatu. Suaminya tengah berakting. Apa yang ia inginkan sebenarnya? Erick menjentikkan jemarinya. "Bagaimana kalau aku belikan gantinya?" Ia menoleh pada sang istri. "Kae, ayo kita belanja.""Apa?"Belum sempat menjawab dan mendapat izin, Erick menarik istrinya keluar dari ruangan itu. Ia mendatangi Dani sambil teriak, "Dani, aku pinjam mobilmu!"Pria berambut cepak itu melempar kunci mobilnya. Erick menangkap dan langsung pergi. Ia tidak membiarkan siapa pun tahu ke mana keduanya pergi. "Bang, Abang bohong ya?" tan
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more

32. Kencan Akting

Kae baru saja masuk halaman kost-kostan ketika dilihatnya ibu kost tengah berdiri di depan pintu kamarnya. "Ibu cari Saya?""Iya. Ibu mau tanyakan sisa pembayaran uang sewa. lima bulan sisanya mau dibayar kapan?""Maaf, Bu. Sekarang Saya belum ada uang. Bagaimana kalau nanti pas tanggal gajian?""Kamu lunasi semua?""Eh, mungkin satu bulan dulu, Bu.""Oh, itu sih namanya bayar bulanan. Sisanya kapan?""Aduh ... mmh ...." Kae menggigit bibir bawahnya dan hanya bisa terdiam. "Soalnya begini ya. Ibu mau naikkan harga sewa terus kebetulan ada yang sanggup bayar dan ingin pindah secepatnya.""Ibu, tolong." Kae meraih tangan wanita itu dan memohon. "Saya akan cari uang itu segera, Bu, tapi tolong jangan keluarkan Saya dari sini.""Bukankah orang tuamu ada di Jakarta? Kenapa tidak tinggal saja lagi dengan mereka?""Oh, itu Om Saya, Bu. Orang tua Saya ada di Lampung," sahut Kae berbohong. 'Bisa marah Ayah bila aku tinggal sama Ibu.'"Paling tidak kamu ada keluarga di Jakarta. Masa mereka tid
last updateLast Updated : 2024-04-23
Read more

33. Wanita Sholehah

"Oh, iya.""Dia baru berangkat," sahut Lana yang sudah berpakaian rapi, mengunci pintu kamarnya. Ia mengerut dahi mengamati Erick. 'Sejak kapan Kae punya teman bule?'"Oh, begitu." 'Ke mana lagi dia pergi?' "Terima kasih.""Iya, sama-sama."Erick kembali ke mobil. Sempat menghela napas, ia mencoba menelepon istrinya. Namun teleponnya kembali dimatikan. 'Kae, apa kamu marah padaku?' Pria itu mendesah pelan. ****"Mas, nanti syutingnya hari Senin ya? Pagi-pagi nanti aku jemput.""Mmh." Erick tengah bersantai di rumah saat menerima telepon dari Dani.Dani mengerut kening. Dari suaranya, Erick terdengar tak bersemangat. "Kenapa lagi, Mas? Masih bertengkar dengan istrinya?""Kami tidak bertengkar, hanya ...." Erick ragu-ragu untuk bicara. "Hanya kenapa?" Tidak terdengar lagi suara bule itu sehingga Dani meneruskan. "Sebenarnya ada masalah apa, mungkin aku bisa bantu?"Erick tertawa miris. "Kau belum menikah, kau takkan mengerti. Wanita itu rumit.""Sebelum menikah pun wanita rumit.""Tap
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

34. Kembali

Namun yang terjadi, mata Kae tergenang. Dengan cepat bulir-bulir air mata itu jatuh diiringi pukkulan demi pukkulan dari tangannya yang satu lagi. Pria itu langsung memeluknya agar bisa meredam kemarahan, tapi tetap saja sang istri memukkulinya lagi. Karena itu, akhirnya Erick melepaskan pelukan. Namun tiba-tiba Kae meraih baju kaos yang dikenakan sang suami, seakan tak ingin berpisah. Ia menunduk dan mulai menangis. Erick tentu saja bingung melihat tingkah istrinya itu. Dipeluk dia menolak, tapi dilepas, bajunya digenggam. Walau begitu, ia mencoba sekali lagi mendekap Kae untuk kedua kalinya. Kali ini sang istri menerimanya dengan ikhlas. Wanita itu bahkan menangis dalam pelukan suaminya. Ia memeluk sang suami erat. "Oh, Kae. Percayalah padaku, semua akan baik-baik saja." Erik membiarkan sang istri menangis di pelukan. Menangis meluapkan semua perasaan, hingga akhirnya tangis itu reda. Namun setelah itu, sang istri masih memeluknya dan tak mau lepas. Pria itu membiarkan saja sela
last updateLast Updated : 2024-04-25
Read more

35. Pulang Ke Rumah

Kae terdiam. Erick menutup buku yang dipegangnya. "Kamu pilih mana? Mau jadi author apa kerja kantoran?""Author saja, Bang.""Bagus." Pria itu mencondongkan tubuhnya ke arah sang istri dan mengecup pipinya. "Kau mau makan malam apa, Sayang? Mau masak atau beli delivery?""Delivery saja. Aku gak bisa bantu kamu masak, aku ngejar deadline.""Ok." Erick kembali ke posisi semula. Ia kembali membuka bukunya. "Oh, ya. Aku besok akan syuting iklan di studio. Kamu mau di rumah atau mau keluar?""Maksudnya?""Kamu 'kan belum bayar kost-kostan dan mengundurkan diri dari kantor. Aku bisa mengantarmu.""Oh, aku bisa sendiri saja.""Kamu tidak bisa sendiri sekarang, Sayang. Berbahaya.""Berbahaya kenapa?" "Dokter bilang kamu tidak bisa sendirian ke mana-mana, karena ada kemungkinan akan pingsan lagi." Erick berterus terang. Ia memang belum menceritakan pada istrinya tentang penyakitnya."Memang aku kenapa, Bang?" Kae merubah duduknya dan menghadap ke arah sang suami. Ia memang belum mendengar in
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

36. Kenyataan Yang Pedih

Kae terenyuh mendengarnya. Ia meraih lengan sang pembantu dan menggenggamnya. "Aku janji."Setengah jam kemudian Kae telah berada di rumah sakit. Ia telah melewati serangkaian tes dan kini tengah berhadapan dengan seorang dokter wanita. Jantungnya berdetak cepat melihat dokter itu dengan mimik serius memeriksa kertas hasil tes yang didapatnya. "Begini ya, Bu. Memang sesuai perkiraan dokter Handi, rahim Ibu memang tidak sempurna. Juga sel telurnya. Kemungkinan bisa hamil itu cuma 10%. Kita bisa coba dengan pengobatan, tapi hasilnya tidak menjamin. Terserah ibu aja, kalau ibu ingin mencoba."Kedua netra Kae memanas, hampir saja air matanya jatuh kalau saja ia tak cepat menyekanya. Dokter itu pun tak sanggup melihat wajah pasiennya. "Ibu ingin ikhtiar?"Kae mengangguk. "Tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah meridhoi.""Amin."Tak lama nyonya Erick itu duduk di kursi panjang depan apotek. Ia melamun memikirkan nasibnya. 'Bagaimana kalau Allah tidak meridhoi?' Hampir saja ia menitikkan
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

37. Ngambek

"Benar, 'kan!" Erick semakin geram. Ia meraih lengan Kae dengan kasar sehingga wanita itu kembali menghadapnya. "Bang, sudah ya ...." Kae terlihat pucat. Tiba-tiba ia terjatuh, tapi dengan cepat Erick menangkap tubuhnya. "Kae?" Pria itu terkejut. Kae tak bergerak. Ia pingsan. Erick segera menggendongnya dengan kedua tangan.Bik Inah yang datang di belakang tak tahu apa yang terjadi. "Erick, jangan bertengkar. Kalian ...." Ia tertegun melihat Kae yang pingsan. "Nyonya?"Erick membaringkan Kae di atas ranjang. Ia tampak cemas. "Kae ... maafkan aku ...."Bik Inah mendatangi ranjang dengan wajah nanar. Ia melirik Erick dan memukkul bahunya dengan kencang. "Boddoh!" Kembali ia menatap Kae yang berbaring di ranjang. "Lalu, Nyonya tidak dibawa ke rumah sakit?" tanyanya khawatir. "Aku harus menunggu setengah jam. Bila ia bangun sebelum waktunya, ia tak perlu dibawa ke rumah sakit.""Lalu Tuan tetap percaya dia selingkuh?""Sebab Kae tidak pernah mau berterus terang jika sudah menyembunyika
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

38. Menghindar

Erick yang mengintip dari belakang tak tahu apa yang terjadi. Ia hanya tersenyum melihat sang istri makan dengan lahapnya. 'Syukurlah, kau tidak apa-apa.'****Sebenarnya cukup membosankan bagi Erick membaca sendirian di kamar. Apalagi saat tahu Kae ada di rumah. Cukup melihat dia ada di dekatnya saja, ia sudah senang. Karena itu ia menyimpan bukunya ke atas meja dan mencari sang istri di kamar sebelah. Sudah cukup lama wanita itu berada di sana. 'Apa dia sudah sholat? Tadi aku sudah meletakkan kain sholatnya di sana sesuai permintaan.'Ya, Kae sempat berkomunikasi dengan Erick lewat pesan singkat dari ponsel. Dan hanya itu yang diminta, setelah itu tidak ada lagi percakapan. Erick bertanya tentang obat yang sudah diminum atau belum saja, Kae tak menjawab. Erick membuka pintu kamar itu dan melihat sang istri meletakkan kepalanya di atas lipatan kedua tangan. Ponselnya pun ada di samping. 'Apa dia tidur?' Ia mendatangi istrinya. "Kae ...."Tak ada jawaban. Kae tak bergerak. Erick memb
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

39. Penjagaan Ketat

Tentu saja Erick mengulum senyum. Ternyata Kae benar membeli es krim untuk memperbaiki mood-nya setelah bertengkar dengannya. 'Kau ini, ternyata.' Pria itu kemudian ikut duduk di lantai. Ia mencoba es krim dari sendok plastik milik istrinya. "Mmh, enak sekali ternyata." Ia menyendok lagi es krim stroberi dari dalam wadah. Kae terlihat khawatir. "Bang, udah ....""Aku baru coba satu sendok, Kae. Satu lagi ya?"Wanita itu merengut membuat Erick tersenyum melihatnya. Pria itu menyendok es krim dan menyuapnya segera. Setelah itu, ia coba menyendok lagi, membuat Kae mulai merengek. "Abang ...."Erick tersenyum lebar. Padahal ia cuma menggodanya. "Ok, kiss dulu."Sang istri mengerucut bibirnya ke depan dan Erick mengecupnya. Sang pria kemudian melihat saja Kae mulai menyendok es krimnya kembali. Wanita itu terlihat senang makan es krim dan kemudian meneruskan pekerjaannya di ponsel. Setiap melihat benda pipih itu, wajahnya langsung serius. Dari jauh Bik Inah memerhatikan keduanya. Ia se
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

40. Menghadapi Kenyataan

"Aku sedang berbicara dengan pembantu dan dia berlari ke arah pintu depan. Sepertinya sudah ada yang menunggunya di depan." Bik Inah tengah mengintip lewat jendela dan melihat sebuah motor dengan pengendara yang menggunakan jaket ojol tertentu. "Sepertinya Nyonya pesan ojol, Tuan."Erick menghela napas. "Baiklah. Aku akan lacak ponselnya." Ia menutup telepon. Pria jangkung itu membuka layar dan melihat pada sistem yang bisa melacak telepon istrinya. 'Dia bergerak ke mana?'Karena masih berjalan, Erick memutuskan untuk langsung mendatangi mobilnya. Di sanalah ia mulai mengecek lagi, di mana Kae berada. 'Ini 'kan ....' Pria itu mengerut kening. Kae sudah sampai di rumah sakit dan sedang duduk di depan sebuah poli menunggu namanya dipanggil. Ia kembali bersedih. Walau hari itu tak banyak pasien yang datang tapi melihat ibu-ibu yang bahagia datang bersama suaminya atau tengah hamil, pelan-pelan membuatnya merasa terkucilkan. Ia merasa hanya dirinyalah pasien gagal yang datang ke tempat i
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status