“Keluhan yang sekarang, apa?” tanya dokter yang sejak awal menangani sakitnya Adis.“Di bagian inti saya masih terasa nyeri, tapi saya sudah tidak mual sejak dua hari lalu. Uumm, kalau pipis udah nggak begitu nyeri. Masih nyeri, tapi sudah mendingan sih. Dan… mata saya masih perih kalau untuk melihat.”Dokter Sarah mendekat, mulai menyalakan senternya. “Maaf ya, mbak,” ucapnya sebelum menyentuh kelopak mata Adis, lalu menajamkan penglihatan untuk pemeriksaan mata. Nggak sampai satu menit, dokter Sarah mematikan senter dan menarik diri. “Alhamdulilah, mbak. Mata udah nggak merah lagi. Pelan-pelan asal obatnya diminum rutin, pasti sembuh.”Penuturan dokter membuat Adis menghela nafas lega. Di umurnya yang belum ada 30 tahun, tentu merasa hancur ketika ia harus menderita penyakit kelamin yang sampai menyebar ke arah mata. Bukan Cuma hancur, tapi sangat malu jika sampai penyakitnya ini diketahui oleh mereka-mereka. Terutama teman-teman sebayanya, teman-teman kuliahnya dan teman-teman hang
Baca selengkapnya