Home / CEO / Bukan Istri Pilihan Ibumu / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bukan Istri Pilihan Ibumu: Chapter 41 - Chapter 50

170 Chapters

Candu pada Alana

Andra hanya menoleh pada ibunya itu, lalu mengedikkan bahu. “Tentu saja aku sudah menidurinya, Ma. Alana ‘kan pernah menjadi istriku dulu. Kalau aku belum pernah menidurinya, mungkin dia masih tetap perawan hingga saat ini.” Seketika Nita langsung menarik napas lega setelah mendengar kalimat Andra barusan. ‘Hah, syukurlah. Berarti Andra memang tidak melakukan apapun dengan wanita murahan itu selama mereka berada di bali. Karena kalau sampai Andra menyentuh Alana. Aku takut Alana akan hamil. Cuih. Mana sudi aku memiliki cucu dari rahim wanita miskin seperti Alana.’ batin Nita berdecih.“Sudahlah, Ma. Aku sangat pusing. Apa Mama bisa pergi meninggalkanku untuk istirahat sebentar?” pinta Andra mengusir Nita secara halus.Nita menghembuskan napas kasar. Tapi ia tak urung bangkit dari duduknya.“Ya sudah. Kamu istirahat saja. Tapi ingat satu hal, Andra. Mama tidak mau kejadian Tuan Arwen yang k
Read more

Mengingat Alana

Ya. Andra yang sekarang adalah seorang lelaki yang lebih menyukai warna-warna netral dalam segala hal. Baik itu berpakaian sekalipun. Bagi Andra, warna netral lebih menggambarkan dirinya yang tak lagi memiliki warna dalam hidup. Andra sudah kehilangan warna cerah dalam hidupnya delapan tahun silam. Dan semenjak itu, Andra mulai membenci sosok dirinya yang dulu.  “Kira-kira sedang apa wanita itu malam ini?” gumam Andra bertanya-tanya setelah tubuhnya berbaring telentang di atas ranjang. Sedang matanya lurus menatap pada langit-langit kamar. Tentu saja wanita yang dimaksud Andra adalah Alana.“Apa Alana masih mengingat malam-malam kami selama di bali kemarin? Apa dia juga masih mengingat sentuhanku?” tanya Andra lagi. Kedua tangannya terlipat di bawah kepala. Andra menjadikannya sebagai bantal.Sebaris senyum tipis terukir di bibir Andra kala membayangkan bagaimana ia menikmati tubuh Alana dan menyusuri setiap inchi
Read more

Seperti Keluarga Bahagia

“Inilah hadiahnya.” Danu sengaja membuka kotak beludru itu di depan Alana. Rehan dan Winarti kembali saling melempar senyum.Alana terdiam dan menatap Danu dengan tatapan keberatan untuk menerimanya.  “Maaf, Alana. Ini hanya cincin yang ku hadiahkan khusus di hari ulang tahunmu. Aku memberikannya murni hanya untuk itu. Bukan karena apapun. Jadi aku mohon.. jangan tolak pemberianku ya,” pinta Danu yang akhirnya membuat Alana menghela napas lega.‘Hah, aku pikir Danu mau melamarku di hadapan ibu dan Rehan. Tapi rupanya Danu memberikan cincin ini hanya sebagai kado ulang tahun saja. Syukurlah. Karena jika Danu benar-benar melamarku di hadapan ibu ataupun Rehan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang harus ku lakukan nantinya.’ Alana bergumam dalam hati. “Baiklah. Aku akan menerima hadiah darimu ini. Terimakasih banyak untuk semua yang telah kamu lakukan dalam hidupku. Baik dulu maupun sekarang. Aku tid
Read more

Ulang Tahun Mantan Istri

Setelah berfoto dan menghabiskan kue ulang tahun, kini Alana dan Danu tengah mengobrol di ruang tamu. Obrolan mereka kali ini tampak hangat. Bahkan sesekali Alana akan tertawa atau tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya saat Danu mulai mengajaknya berseloroh.Winarti sedang tidur siang. Sementara Rehan sendiri sibuk dengan kamera milik Danu. Menatap satu per satu foto hasil jepretannya sambil tersenyum.“Ibuku menitip salam untukmu dan Rehan. Katanya dia juga merindukan Rehan. Bahkan ibuku sering bertanya, kapan Alana akan datang lagi ke jogja dan membawa Rehan untuk berkunjung ke rumah kita?” Danu bercerita sembari menirukan ucapan ibunya yang mana sudah menganggap Rehan seperti cucunya sendiri.Alana tersenyum. Hatinya terenyuh mendengar cerita Danu.“Tidak menutup kemungkinan jika suatu saat nanti mungkin aku akan datang kembali ke jogja. Tapi bukan untuk pulang. Karena tempatku yang sebenarnya adalah di Jakarta. Jogja hanyalah sebu
Read more

Masih Ingat Ulang Tahun Alana

Ya. Andra sengaja sekali mencari tahu alamat rumah Alana pada seorang HRD di perusahaannya. Lantas Andra memesan buket bunga yang mewah, dan cokelat yang paling enak dan tentu saja mahal untuk Alana.“Bahkan aku masih mengingat kesukaanmu sampai detik ini. Cokelat memang manis, Alana. Tapi apa kamu masih bisa menelannya jika tahu cokelat itu dariku? Aku jadi membayangkan akan bagaimana reaksimu? Apakah kamu akan membuang semua hadiah pemberianku, atau justru tetap menerimanya.” Andra masih menyunggingkan senyum miring di wajahnya. Matanya menyipit menatap pada langit yang tempak terang di atas sana. Andra jadi tidak sabar ingin segera menelpon Alana, dan memberitahukan kalau ialah yang memberikan kejutan itu. Tapi tentu saja Andra akan sambil mengucapkan selamat ulang tahun dengan bahasa yang paling manis untuk Alana. Mantan istri yang sudah membuat hidupnya hancur berantakan.***“Hallo, Vir? Aku mau tanya. Apa yang n
Read more

Makian dari Mantan Mertua

“Kamu sedang apa? Kenapa kamu terlihat gelisah seperti sedang memikirkan sesuatu? Apa kamu sedang ada masalah, Alana? Kamu bisa cerita sama aku kalau kamu mau.” Danu tetap berdiri di tempatnya. Tak berani masuk ke dalam kamar Alana di saat Rehan tak sedang ada di sana. Alana menggelengkan kepala sambil memaksakan senyumnya. Lantas ia berdiri menghampiri Danu. “Sungguh, Alana. Aku tak akan keberatan jika menjadi tempatmu menceritakan segala keluh kesah. Aku akan setia mendengarnya agar beban di hatimu berkurang.” Danu kembali menawarkan dirinya.Danu tahu sekali jika ada sesuatu yang tidak beres dengan Alana. Wanita itu sedang menyembunyikan sesuatu namun enggan mengatakannya. Danu hanya ingin membuat Alana merasa lega, itu sebabnya ia menawarkan diri.‘Danu sangat peka. Dia selalu tahu saat aku sedang ada masalah. Tapi aku tidak mungkin mengatakannya pada Danu. Cukup aku yang menelan sendiri perlakuan Andra padaku
Read more

Mengembalikan Uang pada Andra

Hari semakin sore. Nita pun sudah pulang satu jam yang lalu. Kini Alana harus menyerahkan dokumen-dokumen penting ke ruangan Andra.Sambil ada sesuatu yang ingin Alana katakan pada lelaki itu. Dan Alana pikir sekarang adalah waktu yang tepat.TOK! TOK! TOK!“Masuk!” suara baritone milik Andra menyahut. Dan Alana segera mendorong pintu dengan tangannya.“Selamat sore, Pak Andra! Aku membawa dokumen penting yang harus Anda tandatangani.”  “Letakan saja di atas meja!”Alana mengangguk, lalu menaruh dokumen itu di atas meja seperti yang Andra perintahkan. Andra yang sedang memijit dagunya sambil fokus menatap pada layar monitor, kini mengangkat kepala saat menyadari jika Alana masih berdiri mematung di hadapannya.“Ada apa lagi?” tanya Andra menaikan sebelah alisnya.Alana memilin jemari. Ia balas menatap Andra dengan bola matanya yang bulat. Kemudian berkata.&ldquo
Read more

Takkan Melepasmu

Berontakan Alana tak berarti apapun. Andra tetap mendekap tubuh rampingnya dengan begitu erat. Tak peduli pada kedua pipi Alana yang sudah banjir air mata.  “Melepaskanmu? Tidak akan semudah itu! Aku masih belum puas merendahkanmu!” kata Andra.Dan Alana yang mendapat sedikit tenaga, kini menendang barang berharga milik Andra lantas menampar pipi lelaki itu dengan kuat.  “Aargghh!” “Kamu memang tidak akan pernah puas, Ndra. Kamu tidak akan pernah puas selama dendam itu masih menguasai hati dan pikiran kamu!” tegas Alana dengan meninggikan suaranya. Matanya berkilat tajam menatap pada Andra yang meringis memegangi barangnya yang tadi ia tendang sekuat tenaga.“Alana.. kamu!” Andra hendak meraih tangan Alana lagi. Tapi cepat Alana pergi keluar dari ruangan Andra. Meninggalkan lelaki itu yang berjalan menunduk untuk duduk di kursi kerjanya.“Arrgghh.. sialnya Alan
Read more

Apa Kamu Bahagia Melihat Kehancuranku?

Danu memang sudah terbiasa bercanda seperti ini. Membahas tentang cintanya yang sudah beberapa kali ditolak oleh Alana. Meski Alana tahu betul di dalam hatinya Danu pasti merasa sakit. Tapi Alana bisa apa. Alana tidak mau menikah dengan Danu tanpa dilandasi dengan cinta.“Oh iya. Bagaimana dengan pekerjaanmu di kantor tadi? Apa sangat melelahkan?” tanya Danu setelah mereka terdiam beberapa saat. Kini Danu berusaha memecahkan keheningan.Alana menggeleng. “Tidak terlalu. Apalagi hari ini kami tidak lembur. Jadi tidak terasa melelahkan.”Danu manggut-manggut. Kini ia mengubah posisi duduknya agar miring menghadap Alana, Danu menopang sebelah sikunya di kepala kursi. Maka wajah Alana yang begitu cantik terpampang jelas di depan matanya.“Dan soal boss mu. Sepertinya kamu belum pernah cerita tentang boss mu di kantor itu ‘kan Alana? Bagaimana rupa boss mu itu? Apa dia sangat tampan, tinggi, arogan dan dingin seperti yang ad
Read more

Andra akan Bertunangan

Karena Alana memang tak berada di sana. “Ini bukan aku, Alana! Sosok ini bukan diriku! Andra yang sebenarnya tidak seperti ini. Dulu aku masih menyukai warna dalam hidupku. Dulu aku masih memiliki senyum yang tulus dan lembut dalam diriku. Tapi sekarang, semua itu sudah kamu renggut. Kamu sudah merenggutnya tanpa perasaan,” ucap Andra. Tapi kali ini sambil terkekeh pelan.Andra tertawa. Namun tawa itu tak menyiratkan kebahagiaan sama sekali. Yang ada hanya nada getir yang mana akan membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa kasihan.“Kemana kamu membawa pergi diriku yang dulu, Alana? Hingga sekarang aku sudah berubah menjadi sosok Andra yang tak punya hati. Aku tak lagi bisa mengenal warna dalam hidupku. Hidupku sudah gelap. Sangat gelap. Dan kamu yang sudah mengubahnya,” lirih Andra pelan-pelan memejamkan kelopak matanya. Membayangkan kembali saat-saat Alana meninggalkan selembar surat di atas ranjang kontrakan mereka.Bayangan Andra
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status