Home / Pernikahan / Suami Preman Ternyata Sultan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Suami Preman Ternyata Sultan: Chapter 51 - Chapter 60

230 Chapters

51. Penjelasan Kosong

Tubuh Ameena seketika menjadi lemas sekali. Tuduhan ibunya tentang cupang itu ternyata benar. Tapi mustahil Ameena mempertanyakan hal itu di hadapan kedua orang tuanya. Baru saja ia membicarakan mengenai pernikahan, malu sekali jika sampai kedua orang tuanya tahu bahwa Qasam dicupang oleh wanita lain. Ameena langsung melengos melewati Qasam begitu saja. Biarkan saja ibunya salah paham, tanpa perlu beliau tahu bahwa cupang itu bukan dari Ameena."Permisi, Om, Tante!" Qasam berpamitan lagi sembari menganggukkan kepala. Ia mengikuti Ameena keluar dari restoran tanpa tahu kalau gadisnya itu sedang memendam amarah. Langkah Ameena lebar sekali, bahkan berjalan lebih dulu meninggalkan Qasam. Tumben Ameena berjalan dengan cepat sekali, seperti kebelet pipis saja. Bahkan wanita itu sudah lebih dulu duduk di bagian kemudi mobilnya saat Qasam baru saja menginjak lantai parkiran. "Terburu- buru sekali?" tanya Qasam saat sudah duduk di sisi Ameena.Tak ada jawaban. Ameena menyetir mobil keluar
Read more

52. Terjebak

Qizha keluar dari minimarket membawa setenteng makanan beriringan dengan dua sahabatnya, Ica dan Hana.Mereka janjian untuk mengadakan pertemuan dan ngemil bareng. Tidak perlu istimewa untuk bisa kumpul bareng. Cukup ngemil makanan ringan yang bisa membuat mereka jadi lebih nyaman dengan ditemani minuman dingin kemasan botol.Mereka duduk di bawah pohon rindang, agak jauh dari lalu lintas jalan. Mereka ngemil bersama, duduk melingkar di atas tikar pandan, sejuk sekali ditemani sepoi- sepoi angin. “Kamu kenapa ngilang dari kontrakan, Zha? Kamu balik lagi ke rumah kontrakan si Qasam ya?” tanya Hana dengan lembut.“Iya. Aku balik lagi.”“Katanya mau cerai, kenapa balik lagi sih?”Qizha tersenyum. “Aku masih kuat, aku masih berusaha. Dan jika usahaku udah mentok, barulah aku akan pergi dari dia.”“Kuat kamu, Zha. Aku kalau udah disakiti lelaki, mendingan hidup sendiri. perempuan itu nggak harus bergantung sama lelaki kok untuk bisa meneruskan hidupnya jika memang si lelaki nggak ada bagus
Read more

53. Nama Qansha Muncul

“Diam kau di sini! Jangan macam- macam!” Salah seorang preman mengancam Qizha sambil menarik lengan wanita itu, membuat motor Qizha langsung ambruk begitu tangannya melepas stang sebelum sempat pasang standart.Sudah terlanjur memergoki, mana mungkin para perampok itu membiarkan Qiha lepas. Minimal menahan Qizha sampai aksi mereka berhasil. Jangan sampai Qizha melaporkan kejadian itu ke warga atau ke siapa pun.Salah seorang perampok berhasil mendapatkan berlian dari dalam laci mobil milik wanita keibuan yang terlihat masih muda itu. “Aku temukan ini!” Perampok itu tertawa senang.“Ayo cabut dari sini.” Empat pria sangar naik motor KLX berboncengan.Namun sebelum sempat motor melaju, salah seorang pria yang mengendarai motor terkejut melihat seekor ular yang tiba- tiba jatuh dari atas dan menimpa lengannya."Wuaaa...." Pria itu sontak melepas stang motor, melompat dan membiarkan motornya ambruk. Pria yang membonceng otomatis terjatuh karena tak sempat melompat. Senjata api yang ters
Read more

54. Kaget 100 Persen

Qansha… Plis, nama itu tidak asing di benak Qizha, lalu kenapa bisa lupa? Qizha mengingat- ingat.“Ayo, kita keluar. Tante akan ajak kamu makan dulu.” Habiba mengubah ekspresinya yang sedih menjadi manis oleh senyuman. “Nggak usah, Tan. Aku makan di rumah aja,” tolak Qizha sungkan.“Jangan sungkan, tante akan senang sekali kalau kamu mau makan di sini, loh.”“Tapi… Nggak enak sama keluarga Tante. Apa kata mereka nanti? Dikira saya numpang makan gratis lagi. He heee…” Otak Qizha sambil terus mengingat- ingat siapa nama Qansha, namun belum mendapatkan jawaban.“Qizha, kamu ini sudah menyelamatkan nyawa tante. Kamu bahkan sudah menyelamatkan berlian yang harganya mahal sekali. Kalau Cuma jamuan makan, itu belum seberapa untuk membalas kebaikan kamu. Jangan berlebihan menyikapi ajakan tante. Ayo makan dulu ya!” Habiba meraih lengan Qizha dan menuntun wanita itu keluar kamar.Wanita tua bernama Fara mengikuti di belakang.“Mbak, siapin makannya ya!” titah Habiba.“Siap! Saya
Read more

55. Pengaruh Besar

Mama? CEO itu memanggil Habiba dengan panggilan mama? Qizha merasa tubuhnya jadi lemas. Sendok di tangannya pun sampai terjatuh hingga menimbulkan dentingan cukup keras. Matanya menatap bengong pada wajah Qasam. Kenapa dunia ini seperti sempit sekali? Jauh- jauh melalang buana, ketemunya juga sama manusia ini. Baru saja Qizha merasa bahagia karena mendapatkan sosok yang dia kira akan menjadi teman dekat, tapi ternyata semuanya tidak seperti yang dia inginkan. Qasam tentu akan enjadi penghalang hubungan mereka.Rupanya CEO ini adalah keturunan orang kaya raya, pantas saja dia songong dan seenaknya. Dan… tunggu dulu, apakah ini artinya Qasam adalah kakaknya Qansha?Oh Tuhan… Berarti Qizha telah menjadi penyebab kematian adik dari CEO ini. Qizha benar- benar merasa sangat lemas hingga kini hanya bisa terdiam dan mematung. “Hei, anak sulung mama yang tampan sudah pulang rupanya.” Habiba merengkuh caruk leher Qasam yang menunduk saat putranya itu mencium pucuk kerudungnya. “T
Read more

56. Menyelidiki Qasam

Qizha pulang malam hari. Tak ada siapa pun di rumah. Suaminya belum pulang. Entah kemana dia. Sejak saat Qizha pertama kali menginjakkan kaki ke rumah, tidak ada tanda- tanda suaminya itu ada di rumah.Qizha membaringkan tubuh ke kasur. Ia mengingat kondisi rumah Habiba yang megah dan elit, yang saat keluar dadi rumah itu pun mesti melewati banyaj ruangan, sempat tersesat dan ditunjukkan pintu keluar oleh Fara. Qizha juga harus melewati security yang berjaga ketat di gerbang tinggi saat keluar. Dan ternyata rumah Habiba juga merupakan rumahnya CEO itu.Berbanding terbalik dengan rumah yang ditempati Qizha sekarang. Manik mata Qizha menatap setiap sisi rumah yang bersih dan rapi. Beginilah kondisi rumah saat selalu tersentuh oleh tangan Qizha, semuanya rapi. Rumah itu merupakan rumah asing baginya, namun ia mencoba untuk merasa intim pada setiap sudut ruangan meski sebenarnya merasa tak nyaman karena rumah itu adalah rumah yang memberikan kesan buruk di hidupnya. Terutama karena per
Read more

57. Rahasia yang Terbongkar

Qasam mengernyit saat menyadari kunci tidak berfungsi karena posisi pintu sudah dalam keadaan tidak terkunci.Bukankah setiap hari Qasam selalu mengunci pintu kamar sebelum bepergian?Meski Qasam ragu kenapa kuncinya mentok saat diputar, namun Qasam tak mau berpikir panjang mengingat tubuhnya yang sangat lelah dan ia ingin segera beristirahat. Manik matanya menatap ke sekitar, kondisi kamar seperti biasa. Kosong. Qasam menutup pintu, ia melepas celana ala preman yang ia kenakan dan menggantinya dengan celana pendek selutut. Ia kemudian menghempaskan tubuh ke kasur. Qizha yang bersembunyi di dalam keranjang baju kotor, meringkuk dengan kepala di tutupi pakaian kotor. Oh Tuhan... Semoga saja ia tidak ketahuan bersembunyi di sana. Kalau sampai ketahuan, maka tamatlah riwayatnya. Tapi sampai kapan ia berada di sana? Jika saja Qasam tidak beranjak dari sana, tentu saja Qizha akan terjebak di keranjang sialan itu dalam waktu lama. Untungnya aroma pakaian kotor Qasam cukup harum, sehing
Read more

58. Pelukan

Dengan wajah polos dan muka sok tidak berdosa, Qizha menjawab, “Aku kan udah bilang, aku sama sekali nggak memasuki kamarmu. Tadi pas aku pulang juga pintu depan nggak dikunci kok. Kupikir malah kamu udah di dalam. Jadi aku langsung masuk aja. Dan aku memanggilmu tapi nggak ada jawaban.”“Pintu depan tidak dikunci?” tanya Qasam.“He’em. Nggak dikunci. Lagian apa sih yang dikhawatirkan dengan rumah ini? Nggak ada barang berharga yang bakalan digondol sama pencuri kan? Rumah ini juga nggak punya sesuatu yang istimewa. Sehari semalam pintu dalam keadaan terbuka juga nggak apa- apa.” Qizha berkilah. Qasam mulai ragu, apakah mungkin ia lupa mengunci pintu? Ah, wanita ini memang luar biasa pintar dalam urusan meyakinkan, mirip marketing handal. Sampai- sampai Qasam pun terpengaruh atas perkataan wanita itu.“Buatkan aku tah panas. Sekarang!” titah Qasam.“Baik! Tapi menyingkirlah dariku dulu, supaya aku bisa bergerak.” Qizha menatap posisi tubuh Qasam yang berdiri di depanny
Read more

59. Ketahuan

“Kau bisa gunakan uang itu untuk keperluanmu. Mau beli baju, ta sandal, skincare, bedak, terutama makanmu. Aku sudah memberikan nafkahku untukmu, sekarang aku juga butuh nafkah batin,” bisik Qasam sambil mencium bibir Qizha lembut.Deg! Jantung Qizha berlarian. Tak tahu mengapa, Qizha mendapat gelagat buruk dari niat Qasam yang hendak menyentuhnya itu. Entah pikiran apa yang ada di otak Qasam hingga pria itu ingin menyentuh Qizha. Pasti niat buruklah yang ada di otak Qasam saat ini.“Qasam, hentikan!” Qizha menahan dada Qasam, membuat kepala pria itu menjauh dari wajah Qizha. “Kenapa? Ini hakku sebagai suami.” Qasam menyentuh pinggang Qizha, membuat wanita itu tersentak kaget.Entah kenapa Qizha kaget saat area itu disentuh Qasam. Ia ingat saat CEO itu menggagahinya, pinggangnya menjadi area paling banyak dipegang.“Kenapa tiba- tiba kamu punya uang sebanyak ini?” tanya Qizha berusaha mengalihkan fokus situasi.“Aku sudah bekerja.”“Tapi kerja apa? Nggak mungkin kamu bisa dapat uang s
Read more

60. Minta Sekamar

"Hutang apa?" Qasam masuk. "Coba lihat!"Qizha menampik tangan Qasam yang menjulur ke arah bawah kasur. "Kamu kan udah kasih aku uang. Jadi hutangku mau kubayar semua. Nggak ada masalah kok sama hutang piutang. Yang jelas itu bukan catatan "Qasam menatap Qizha intens. "Oh, bagus. Sekarang kita bisa bercinta kan?"Waduh, permintaan Qasam mulai ekstrim begini. Qizha yakin ini adalah ujung tonggak dari dendam Qasam. Lelaki ini memiliki tujuan tersembunyi dibalik permintaan mesumnya ini."Mm.. aku sedang datang bulan. Maaf ya!" ucap Qizha dengan wajah menyesal. Lagi- lagi dia berbohong."Aku mau bukti. Lihat dulu!" Qasam menjulurkan tangan ke arah bawah. "Hei, jangan gila!" Qizha menampik tangan Qasam. "Ini tuh kotoran, gimana kamu mau lihat?""Aku butuh bukti.""Nggak harus dilihat juga.""Kalau tidak boleh dilihat, minimal dipegang. Pasti kau pakai pembalut kan? Itu akan terasa tebal saat dipegang." Qasam menarik pundak Qizha ke pelukannya dan menempelkan telapak tangan ke bokong wa
Read more
PREV
1
...
45678
...
23
DMCA.com Protection Status