Share

52. Terjebak

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Qizha keluar dari minimarket membawa setenteng makanan beriringan dengan dua sahabatnya, Ica dan Hana.

Mereka janjian untuk mengadakan pertemuan dan ngemil bareng. Tidak perlu istimewa untuk bisa kumpul bareng. Cukup ngemil makanan ringan yang bisa membuat mereka jadi lebih nyaman dengan ditemani minuman dingin kemasan botol.

Mereka duduk di bawah pohon rindang, agak jauh dari lalu lintas jalan. Mereka ngemil bersama, duduk melingkar di atas tikar pandan, sejuk sekali ditemani sepoi- sepoi angin.

“Kamu kenapa ngilang dari kontrakan, Zha? Kamu balik lagi ke rumah kontrakan si Qasam ya?” tanya Hana dengan lembut.

“Iya. Aku balik lagi.”

“Katanya mau cerai, kenapa balik lagi sih?”

Qizha tersenyum. “Aku masih kuat, aku masih berusaha. Dan jika usahaku udah mentok, barulah aku akan pergi dari dia.”

“Kuat kamu, Zha. Aku kalau udah disakiti lelaki, mendingan hidup sendiri. perempuan itu nggak harus bergantung sama lelaki kok untuk bisa meneruskan hidupnya jika memang si lelaki nggak ada bagus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
ya ampun, qizha.gimana ini? apakah kamu membiarkan saja para preman itu merampok wanita tersebut? kasian wanita tersebut,qizha
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
aduh qizha kok kejebak situasi yg menakutkan sih.. takutnya qizha yg kenapa napa
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Sabar,ta Zha...ada saatnya Qasam bertekuk lutut pdamu..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   53. Nama Qansha Muncul

    “Diam kau di sini! Jangan macam- macam!” Salah seorang preman mengancam Qizha sambil menarik lengan wanita itu, membuat motor Qizha langsung ambruk begitu tangannya melepas stang sebelum sempat pasang standart.Sudah terlanjur memergoki, mana mungkin para perampok itu membiarkan Qiha lepas. Minimal menahan Qizha sampai aksi mereka berhasil. Jangan sampai Qizha melaporkan kejadian itu ke warga atau ke siapa pun.Salah seorang perampok berhasil mendapatkan berlian dari dalam laci mobil milik wanita keibuan yang terlihat masih muda itu. “Aku temukan ini!” Perampok itu tertawa senang.“Ayo cabut dari sini.” Empat pria sangar naik motor KLX berboncengan.Namun sebelum sempat motor melaju, salah seorang pria yang mengendarai motor terkejut melihat seekor ular yang tiba- tiba jatuh dari atas dan menimpa lengannya."Wuaaa...." Pria itu sontak melepas stang motor, melompat dan membiarkan motornya ambruk. Pria yang membonceng otomatis terjatuh karena tak sempat melompat. Senjata api yang ters

  • Suami Preman Ternyata Sultan   54. Kaget 100 Persen

    Qansha… Plis, nama itu tidak asing di benak Qizha, lalu kenapa bisa lupa? Qizha mengingat- ingat.“Ayo, kita keluar. Tante akan ajak kamu makan dulu.” Habiba mengubah ekspresinya yang sedih menjadi manis oleh senyuman. “Nggak usah, Tan. Aku makan di rumah aja,” tolak Qizha sungkan.“Jangan sungkan, tante akan senang sekali kalau kamu mau makan di sini, loh.”“Tapi… Nggak enak sama keluarga Tante. Apa kata mereka nanti? Dikira saya numpang makan gratis lagi. He heee…” Otak Qizha sambil terus mengingat- ingat siapa nama Qansha, namun belum mendapatkan jawaban.“Qizha, kamu ini sudah menyelamatkan nyawa tante. Kamu bahkan sudah menyelamatkan berlian yang harganya mahal sekali. Kalau Cuma jamuan makan, itu belum seberapa untuk membalas kebaikan kamu. Jangan berlebihan menyikapi ajakan tante. Ayo makan dulu ya!” Habiba meraih lengan Qizha dan menuntun wanita itu keluar kamar.Wanita tua bernama Fara mengikuti di belakang.“Mbak, siapin makannya ya!” titah Habiba.“Siap! Saya

  • Suami Preman Ternyata Sultan   55. Pengaruh Besar

    Mama? CEO itu memanggil Habiba dengan panggilan mama? Qizha merasa tubuhnya jadi lemas. Sendok di tangannya pun sampai terjatuh hingga menimbulkan dentingan cukup keras. Matanya menatap bengong pada wajah Qasam. Kenapa dunia ini seperti sempit sekali? Jauh- jauh melalang buana, ketemunya juga sama manusia ini. Baru saja Qizha merasa bahagia karena mendapatkan sosok yang dia kira akan menjadi teman dekat, tapi ternyata semuanya tidak seperti yang dia inginkan. Qasam tentu akan enjadi penghalang hubungan mereka.Rupanya CEO ini adalah keturunan orang kaya raya, pantas saja dia songong dan seenaknya. Dan… tunggu dulu, apakah ini artinya Qasam adalah kakaknya Qansha?Oh Tuhan… Berarti Qizha telah menjadi penyebab kematian adik dari CEO ini. Qizha benar- benar merasa sangat lemas hingga kini hanya bisa terdiam dan mematung. “Hei, anak sulung mama yang tampan sudah pulang rupanya.” Habiba merengkuh caruk leher Qasam yang menunduk saat putranya itu mencium pucuk kerudungnya. “T

  • Suami Preman Ternyata Sultan   56. Menyelidiki Qasam

    Qizha pulang malam hari. Tak ada siapa pun di rumah. Suaminya belum pulang. Entah kemana dia. Sejak saat Qizha pertama kali menginjakkan kaki ke rumah, tidak ada tanda- tanda suaminya itu ada di rumah.Qizha membaringkan tubuh ke kasur. Ia mengingat kondisi rumah Habiba yang megah dan elit, yang saat keluar dadi rumah itu pun mesti melewati banyaj ruangan, sempat tersesat dan ditunjukkan pintu keluar oleh Fara. Qizha juga harus melewati security yang berjaga ketat di gerbang tinggi saat keluar. Dan ternyata rumah Habiba juga merupakan rumahnya CEO itu.Berbanding terbalik dengan rumah yang ditempati Qizha sekarang. Manik mata Qizha menatap setiap sisi rumah yang bersih dan rapi. Beginilah kondisi rumah saat selalu tersentuh oleh tangan Qizha, semuanya rapi. Rumah itu merupakan rumah asing baginya, namun ia mencoba untuk merasa intim pada setiap sudut ruangan meski sebenarnya merasa tak nyaman karena rumah itu adalah rumah yang memberikan kesan buruk di hidupnya. Terutama karena per

  • Suami Preman Ternyata Sultan   57. Rahasia yang Terbongkar

    Qasam mengernyit saat menyadari kunci tidak berfungsi karena posisi pintu sudah dalam keadaan tidak terkunci.Bukankah setiap hari Qasam selalu mengunci pintu kamar sebelum bepergian?Meski Qasam ragu kenapa kuncinya mentok saat diputar, namun Qasam tak mau berpikir panjang mengingat tubuhnya yang sangat lelah dan ia ingin segera beristirahat. Manik matanya menatap ke sekitar, kondisi kamar seperti biasa. Kosong. Qasam menutup pintu, ia melepas celana ala preman yang ia kenakan dan menggantinya dengan celana pendek selutut. Ia kemudian menghempaskan tubuh ke kasur. Qizha yang bersembunyi di dalam keranjang baju kotor, meringkuk dengan kepala di tutupi pakaian kotor. Oh Tuhan... Semoga saja ia tidak ketahuan bersembunyi di sana. Kalau sampai ketahuan, maka tamatlah riwayatnya. Tapi sampai kapan ia berada di sana? Jika saja Qasam tidak beranjak dari sana, tentu saja Qizha akan terjebak di keranjang sialan itu dalam waktu lama. Untungnya aroma pakaian kotor Qasam cukup harum, sehing

  • Suami Preman Ternyata Sultan   58. Pelukan

    Dengan wajah polos dan muka sok tidak berdosa, Qizha menjawab, “Aku kan udah bilang, aku sama sekali nggak memasuki kamarmu. Tadi pas aku pulang juga pintu depan nggak dikunci kok. Kupikir malah kamu udah di dalam. Jadi aku langsung masuk aja. Dan aku memanggilmu tapi nggak ada jawaban.”“Pintu depan tidak dikunci?” tanya Qasam.“He’em. Nggak dikunci. Lagian apa sih yang dikhawatirkan dengan rumah ini? Nggak ada barang berharga yang bakalan digondol sama pencuri kan? Rumah ini juga nggak punya sesuatu yang istimewa. Sehari semalam pintu dalam keadaan terbuka juga nggak apa- apa.” Qizha berkilah. Qasam mulai ragu, apakah mungkin ia lupa mengunci pintu? Ah, wanita ini memang luar biasa pintar dalam urusan meyakinkan, mirip marketing handal. Sampai- sampai Qasam pun terpengaruh atas perkataan wanita itu.“Buatkan aku tah panas. Sekarang!” titah Qasam.“Baik! Tapi menyingkirlah dariku dulu, supaya aku bisa bergerak.” Qizha menatap posisi tubuh Qasam yang berdiri di depanny

  • Suami Preman Ternyata Sultan   59. Ketahuan

    “Kau bisa gunakan uang itu untuk keperluanmu. Mau beli baju, ta sandal, skincare, bedak, terutama makanmu. Aku sudah memberikan nafkahku untukmu, sekarang aku juga butuh nafkah batin,” bisik Qasam sambil mencium bibir Qizha lembut.Deg! Jantung Qizha berlarian. Tak tahu mengapa, Qizha mendapat gelagat buruk dari niat Qasam yang hendak menyentuhnya itu. Entah pikiran apa yang ada di otak Qasam hingga pria itu ingin menyentuh Qizha. Pasti niat buruklah yang ada di otak Qasam saat ini.“Qasam, hentikan!” Qizha menahan dada Qasam, membuat kepala pria itu menjauh dari wajah Qizha. “Kenapa? Ini hakku sebagai suami.” Qasam menyentuh pinggang Qizha, membuat wanita itu tersentak kaget.Entah kenapa Qizha kaget saat area itu disentuh Qasam. Ia ingat saat CEO itu menggagahinya, pinggangnya menjadi area paling banyak dipegang.“Kenapa tiba- tiba kamu punya uang sebanyak ini?” tanya Qizha berusaha mengalihkan fokus situasi.“Aku sudah bekerja.”“Tapi kerja apa? Nggak mungkin kamu bisa dapat uang s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   60. Minta Sekamar

    "Hutang apa?" Qasam masuk. "Coba lihat!"Qizha menampik tangan Qasam yang menjulur ke arah bawah kasur. "Kamu kan udah kasih aku uang. Jadi hutangku mau kubayar semua. Nggak ada masalah kok sama hutang piutang. Yang jelas itu bukan catatan "Qasam menatap Qizha intens. "Oh, bagus. Sekarang kita bisa bercinta kan?"Waduh, permintaan Qasam mulai ekstrim begini. Qizha yakin ini adalah ujung tonggak dari dendam Qasam. Lelaki ini memiliki tujuan tersembunyi dibalik permintaan mesumnya ini."Mm.. aku sedang datang bulan. Maaf ya!" ucap Qizha dengan wajah menyesal. Lagi- lagi dia berbohong."Aku mau bukti. Lihat dulu!" Qasam menjulurkan tangan ke arah bawah. "Hei, jangan gila!" Qizha menampik tangan Qasam. "Ini tuh kotoran, gimana kamu mau lihat?""Aku butuh bukti.""Nggak harus dilihat juga.""Kalau tidak boleh dilihat, minimal dipegang. Pasti kau pakai pembalut kan? Itu akan terasa tebal saat dipegang." Qasam menarik pundak Qizha ke pelukannya dan menempelkan telapak tangan ke bokong wa

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status