Semua Bab Suami Preman Ternyata Sultan: Bab 71 - Bab 80

230 Bab

71. Kamar Sebelahan

Qizha menelan saliva. “Itu artinya ajal saya sudah tiba.”“Kau mau cari muka di depanku, hm?”“Muka saya udah di sini, kenapa mesti dicari? He heee…” Qizha kemudian menabok ulutnya pelan saat melihat muka Qasam yang tak enak dipandang. “Hidup saya bukan untuk sesuatu yang semu. Saya Cuma mau keridhaan Allah saja. Jika sekiranya Allah menjadikan pengorbanan saya menyelamatkan bapak sebagai amalan tertinggi, tentulah ini merupakan keberuntungan terbesar di hidup saya.”Qasam terdiam sebentar. Manik matanya bergerak. Kemudian pria itu berkata, “Kau tidurlah di kamar atas, tepat bersebelahan dengan kamarku, supaya aku dapat dengan mudah memanggilmu sewaktu membutuhkanmu.”“Baik.”“Nanti akan datang dokter memeriksa lukamu.”“Nggak perlu dipanggilkan dokter, Pak. Saya nggak apa- apa kok. Ini hanya luka luar.”“Kalau ada tulang punggung yang retak, bagaimana?”Qizha tertegun. Qasam mulai perhatian terhadapnya? Apakah ini langkah awal yang baik?“Saya yakin nggak ada cedera parah
Baca selengkapnya

72. Kemesraan Suami Dengan Ameena

"Intinya, kamu mesti dekap Qasam, jangan sampai lepas. Pepetin terus. Udah berhubungan badan belum?" tanya Hana antusias.Wajah Qizha memanas mendengar pertanyaan itu. "Mm... Udah." Qizha kemudian menceritakan kapan Qasam merenggut kesuciannya, yaitu saat pria itu berperan menjadi seorang CEO."Ya sudah, kamu harus lakukan lagi, lagi dan lagi ke Qasam.""Gila kamu! Nanti tanggapan Qasam malah beda, dia menganggap aku cewek rendahan yang menyerahkan diri dengan suka rela sama pria kaya." Qizha menggeleng."Bikin supaya Qasam lah yang seolah menuntut ke kamu, dan kamu sebisa mungkin bikin dia ketagihan sama kamu. Seorang lelaki bakalan merasa ketagihan pada wanita yang dia anggap memberikan sensasi, nggak peduli itu istrinya atau bahkan pelacur sekalipun."Qizha menelan saliva. Duh, kok suasana malah mendadak jadi horor begitu mendengar perkataan Hana. "Dih, kamu kayak udah nikah aja ngomong begitu, nikah aja belum," sahut Qizha dengan muka memerah."Ini teori yang nyata menjadi bahan
Baca selengkapnya

73. Demi Membuat Jatuh Cinta

“Non Qizha!”Qizha terkejut mendapat senggolan dari Fara. “Eh, ya Bi?” Qizha mengalihkan pandangan ke wajah keriput yang dihias senyum itu.“Diajak ngobrol kok malah bengong?”“Maaf. ngeliatin keluarga besar mereka kok jadi ikutan seneng.” Qizha ngeles. Padahal situasi batinnya justru sebaliknya. Ia gundah dengan nasibnya yang tak tahu bagaimana ujungnya. Akankah hidupnya berujung mendekam di balik jeruji besi? Ataukah misinya akan berhasil dan membuahkan pencapaian yang sesuai dengan harapan?Qizha harus bertindak lebih cepat lagi. Setidaknya perjuangannya berkorban sampai badan jadi remuk telah membawa sedikit hasil baik.“Ya sudah, nikmati saja pemandangan di sana kalau memang Non Qizha merasa terhibur!” Fara tersenyum.Pandangan Qizha kembali mengawasi suasana di ruang makan. Entah kenapa ia merasa ada yang berbeda dengan batinnya saat menyaksikan semua itu. “Bi Fara, aku mau jus terong belanda! Buatkan sekarang!” titah Hasan.“Siap, Tuan!” Fara bergegas dengan ce
Baca selengkapnya

74. Babuku Istriku

"Kau masuk ke kamarku sebelum kecelakaan itu terjadi. Apa tujuanmu memasuki kamarku, hm? Aku lihat cctv." Qasam pun bangkit berdiri. Sayangnya kamarnya tidak dipasang cctv sehingga ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh Hasan di dalam kamarnya."Kau menuduhku sembarangan! Tidak ada bukti apa pun yang menunjukkan aku melakukan kejahatan di kamarmu." Hasan memutari meja hendak mendekat pada Qasam dengan raut merah padam. Namun, seorang wanita menahannya. Dia adalah Inez, mamanya Hasan. Tak lain adiknya Husein. “Sudah, jangan diteruskan! Ayo, kita pulang.”Inez menarik lengan putranya, menatap singkat ke arah Husein sebagai isyarat berpamitan pulang. Ia tak mau ada keributan yang lebih parah lagi. Hasan pasrah dibawa keluar ruangan. “Maaf, hanya kesalah pahaman saja,” ucap Qasam sambil merapikan jas yang dia kenakan. Meski napasnya masih kedengaran memburu oleh kekesalan, namun ia terlihat berusaha untuk tenang.Keluarga besar Ameena sempat menegang dan bingung melihat situasi
Baca selengkapnya

75. Di Balik Celana

Qizha mematuhi. Dia masuk ke kamar mandi dan mempersiapkan segalanya, termasuk mengoles sikat gigi dengan pasta gigi."Siapkan pakaian kerjaku, lengkap!" "Baik!""Kolornya jangan lupa, disiapkan juga.""Iya.""Siapkan tas kerjaku!""Ya.""Dokumen yang ada di map kuning itu masukkan ke tas kerja. Aku akan membawanya ke kantor.""Baik."Tak mengapa melayani Qasam begini. Toh Qasam adalah suaminya sendiri. Anggap saja ini adalah sebuah ibadah dalam rumah tangga. Segala yang dilakukan dalam rumah tangga adalah ibadah yang baik. Pria yang tiduran tanpa mengenakan baju alias bertelanjang dada itu kemudian bangkit duduk di pinggir kasur dengan kedua kaki diturunkan. Pria itu menggelengkan kepala sebentar, membuang kantuk. Qizha yang menaruh stelan jas ke kursi, sedikit melirik ke arah Qasam yang bertelanjang dada. Pria itu sebenarnya tampan, bahkan seksi sekali saat tanpa baju, badannya bagus. Kelihatan sekali rajin berolah raga hingga terbentuk tubuh six pack. Ah, kenapa Qizha berpikir
Baca selengkapnya

76. Hubungan Badan

Oh ya ampun, jantung Qizha makin tak karuan. Ia melihat benda yang jelas tak pernah dilihat olehnya sebelum menikah.“Kenapa? Kau takut melihatnya? Atau kau menganggap bukan mahram jadi tidak boleh melihat dan menyentuh?” Qasam menatap wajah Qizha yang memerah. “Kau bahkan sudah pernah merasakan benda milikku itu. Jadi jangan sok tidak tahu. Anggap saja kau seorang dokter yang menangani pasien.”Tangan Qizha gemetar menyentuh dan meraba seperti yang diperintahkan Qasam. Qizha tahu bahwa Qasam sedang berusaha membuat Qizha merasa dilecehkan sehingga rendah diri. Tapi tidak, Qizha tidak merasakan hal itu. jelas- jelas sekarang yang ada di hadapannya ini adalah suaminya.Qizha hanya merasa canggung, malu, dan tak nyaman melihat benda yang semakin dipegang olehnya semakin mengembang. Eh, kenapa ini?Jemari Qizha menemukan benda tajam seperti jarum mencuat pada kulit yang agak mengeras itu. cepat- cepat Qizha mengambilnya tanpa bantuan jarum. Sebab durinya menonjol, jadi ditar
Baca selengkapnya

77. Kepergok Hasan

Qizha mengenakan pakaiannya dan menuju ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Qasam. Baru saja Qizha memegang handle pintu kamarnya, terdengar suara mengejutkannya."Qizha, kau dari kamar Qasam?" Qizha sontak menoleh dengan jantung berdegup kencang. Ia melihat Hasan berjalan mendekat ke arahnya. Pria berpenampilan rapi itu menatap dengan sorot mata penuh selidik. Bahkan, saat ia mendapati baju Qizha yang sedikit berantakan, jilbab juga terpasang dengan asal- asalan, baju bawahan tersingkap ke atas sedikit, ia menaikkan satu alis. "Apa yang barusan kau lakukan dengan saudara sepupuku?" tanya Hasan.Qizha menggeleng. "Enggak. Saya nggak ngelakuin apa- apa. Selain menjadi sekretaris, saya di sini kan menyerap kerja sebagai asisten rumah tangga. Tentu saya membersihkan kamar Pak Qasam. Ternyata itu cukup melelahkan. Saya sampai terlihat kacau begini setelah membersihkan kamarnya." Qizha ngeles meski tak tahu apakah penjelasannya itu akan kedengaran masuk akal atau tidak.Hasan mak
Baca selengkapnya

78. Pelecehan

Qasam terlihat bersemangat, bahkan makin menggelora melihat keganasan dan kehangatan Qizha."Oh ya ampun!" Qizha memukul pelipisnya sendiri mengingat hal itu. Kletek.Suara di luar membuat Qizha tersentak dan waspada. Ia cepat mematikan shower, menyambar handuk dan melilitkan ke tubuh. Apakah mungkin di luar ada orang? Qizha seperti mendengar suara yang bersumber dari arah kamarnya. Qizha mencoba untuk menempelkan daun telinga ke pintu. Namun tak mendengar suara apa pun. Ah, mana mungkin ada orang di kamarnya. Jelas- jela sia sudah mengunci kamar. Sepertinya ia salah dengar.Segera Qizha membuka pintu kamar mandi dan beranjak menuju kasur. Tapi ada yang aneh, kemana pakaian yang sudah ia sediakan di kasur? Padahal tadi ia sudah menyediakan pakaian ganti di atas kasur. Lalu kenapa menghilang?"Kau cari ini?" Qizha terkejut mendengar suara itu. Ia menoleh. "Hah?" Pria itu tersenyum mengangkat pakaian milik Qizha di tangannya. "Keluar!" Qizha menunjuk pintu dengan gusar. Kemudian
Baca selengkapnya

79. Ancaman

Pria dengan penampilan khas stelan jas dan dasi di dada itu membulatkan mata. Ya, mata elang Qasam menyorot tajam pada Hasan. Sepatunya mengetuk keras ke lantai seiring dengan langkahnya yang mendekati ranjang. Belum sempat Hasan menjauh dari Qizha, tangan besar Qasam sudah meraih baju belakang Hasan dan menariknya kuat. Tubuh Hasan terhuyung mundur seiring dengan tarikan tangan Qasam."Biadab! Beraninya kau lakukan ini pada pegawaiku!" Qasam mendaratkan pukulan bertubi- tubi pada Hasan sebelum sempat Hasan mengambil posisi untuk menangkis pukulan Qasam. Tubuh Hasan terhuyung mundur beberapa kali akibat hantaman keras tangan Qasam. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Pipinya lebam. Senyum miring tercetak di wajahnya, tangannya mengusap darah yang mengalir di sudut bibir. Qizha bergegas meraih pakaian dan beringsut ke kamar mandi. "Kau akan mendapatkan sanksi berat atas perbuatanmu ini!" tegas Qasam dengan dada naik turun seiring napasnya yang menggemuruh oleh amarah."Sanksi
Baca selengkapnya

80. Disuruh Pulang

Hasan melangkah pergi. Ia berpapasan dengan Qizha di pintu. Netra hitamnya mengawasi kecantikan Qizha dengan seksama. Ia berpikir bahwa wanita yanh dianggapnya sebagai selingkuhan Qasam itu memang sangat cantik. "Maaf, permisi!" Qizha hendak lewat namun pintu terhalang, ia memberi isyarat dengan melirik pintu yang terhalang oleh tubuh besar Hasan. Pria itu melangkah pergi sambil terus menatap ke arah Qizha, sorot matanya sungguh membuat hati tak nyaman.Qizha memasuki ruangan dan meletakkan memo ke meja Qasam. "Ini jadwal hari ini."Qasam diam saja. Tatapannya justru tertuju ke jendela kaca seolah tak mendengar perkataan Qizha. Ia sedang berpikir, bagaimana caranya supaya masalahnya dengan Qizha segera tuntas. Sepertinya ia memang harus menyelesaikan urusannya dengan Qizha sekarang juga. Ia tak bisa membiarkan masalah ini berlarut- larut. Akan berbahaya jika hubungannya dengan Qizha tercium oleh Ameena. "Pak!" panggil Qizha.Qasam menoleh dan tersadar dari lamunan. Ia menatap cata
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
23
DMCA.com Protection Status