Share

79. Ancaman

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pria dengan penampilan khas stelan jas dan dasi di dada itu membulatkan mata. Ya, mata elang Qasam menyorot tajam pada Hasan. Sepatunya mengetuk keras ke lantai seiring dengan langkahnya yang mendekati ranjang.

Belum sempat Hasan menjauh dari Qizha, tangan besar Qasam sudah meraih baju belakang Hasan dan menariknya kuat. Tubuh Hasan terhuyung mundur seiring dengan tarikan tangan Qasam.

"Biadab! Beraninya kau lakukan ini pada pegawaiku!" Qasam mendaratkan pukulan bertubi- tubi pada Hasan sebelum sempat Hasan mengambil posisi untuk menangkis pukulan Qasam.

Tubuh Hasan terhuyung mundur beberapa kali akibat hantaman keras tangan Qasam. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Pipinya lebam.

Senyum miring tercetak di wajahnya, tangannya mengusap darah yang mengalir di sudut bibir.

Qizha bergegas meraih pakaian dan beringsut ke kamar mandi.

"Kau akan mendapatkan sanksi berat atas perbuatanmu ini!" tegas Qasam dengan dada naik turun seiring napasnya yang menggemuruh oleh amarah.

"Sanksi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
Hasan ternyata licik juga.mempunyai niat bermaksud ingin memeras qasam dengan rahasia yang dipegangnya tentang hubungan qasam dan qizha
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
wah..wah.. ternyata qasam tidak mudah untuk diancam.bahkan qasam dengan beraninya mengancam balik hasan
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
sma2 sling ancam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   80. Disuruh Pulang

    Hasan melangkah pergi. Ia berpapasan dengan Qizha di pintu. Netra hitamnya mengawasi kecantikan Qizha dengan seksama. Ia berpikir bahwa wanita yanh dianggapnya sebagai selingkuhan Qasam itu memang sangat cantik. "Maaf, permisi!" Qizha hendak lewat namun pintu terhalang, ia memberi isyarat dengan melirik pintu yang terhalang oleh tubuh besar Hasan. Pria itu melangkah pergi sambil terus menatap ke arah Qizha, sorot matanya sungguh membuat hati tak nyaman.Qizha memasuki ruangan dan meletakkan memo ke meja Qasam. "Ini jadwal hari ini."Qasam diam saja. Tatapannya justru tertuju ke jendela kaca seolah tak mendengar perkataan Qizha. Ia sedang berpikir, bagaimana caranya supaya masalahnya dengan Qizha segera tuntas. Sepertinya ia memang harus menyelesaikan urusannya dengan Qizha sekarang juga. Ia tak bisa membiarkan masalah ini berlarut- larut. Akan berbahaya jika hubungannya dengan Qizha tercium oleh Ameena. "Pak!" panggil Qizha.Qasam menoleh dan tersadar dari lamunan. Ia menatap cata

  • Suami Preman Ternyata Sultan   81. Dituduh Tak Perawan

    "Katakan pada putra pertama Tuan Husein bahwa ibu adalah pembunuh Qansha, bukan aku pembunuhnya. Aku sama sekali nggak tau apa- apa soal itu. Aku hanya diperalat, dijadikan alat untuk meracuni Qansha tanpa aku tahu kejadian yang sebenarnya,” ucap Qizha.Agatha membelalak. "Ibu nggak mau?" tanya Qizha.Agatha menelan saliva sembari menatap Qizha dengan tajam."Aku nggak memaksa ibu untuk melakukan kebohongan, kejahatan, atau mencelakai orang lain. Tapi aku minta supaya ibu bertanggung jawab atas perbuatan ibu. Ibu mengakuinya, jangan kambing hitamkan aku. Selama ibu nggak bisa melakukan hal itu, maka aku nggak bisa terima ibu," sambung Qizha."Huh, kau pikir aku akan mengemis kepadamu? Kau pikir aku nggak bisa hidup tanpamu? Ayam saja masih bisa berkais mencari makan sendiri, apa lagi aku. Jangan pikir aku akan mati hanya karena hidup terlantar. Aku masih bisa hidup walau pun kau tak mau membantuku! Anak terkutuk! Nggak tau balas budi! Nggak tau berterima kasih." Agatha melotot, leher

  • Suami Preman Ternyata Sultan   82. Tragedi Pahit

    Qizha menatap tenang wajah di atasnya yang dipenuhi dengan kilat amarah. Ia menyentuh pipi Qasam dan mengelusnya. Kemudian, ia raih caruk leher Qasam dan ditariknya hingga kepala Qasam mendekat ke arahnya. Bibirnya mengecup bibir Qasam lembut. Meninggalkan sesuatu yang basah di sana. "Aku hanya melakukannya dengan suamiku sendiri," bisik Qizha sambil mengusap- usap dada Qasam yang sedikit berbulu.Ya ampun, adegan begini benar- benar sangat sulit dilakukan olehnya. Ia merasa seperti seorang pelacur di depan suaminya sendiri."Aku tidak bodoh!" Qasam menatap kesal."Aku juga nggak bilang begitu." Qizha tersenyum."Aku akan menghukum kesalahanmu ini." Qasam menyentak tangan Qizha."Dimana letak dosaku saat aku melakukan itu hanya kepada suamiku sendiri. Cuma kamu yang menyentuhku. Nggak ada lelaki lain.""Nyatanya aku nggak lihat darah. Selaput daramu sudah lepas. Kau pasti melepasnya kepada pria beruang. Kau pasti dengan bangga bisa tidur bersama lelaki kaya,” hardik Qasam."Tanyakan

  • Suami Preman Ternyata Sultan   83. Harus Pergi

    Cerai?Qizha tersentak mendengar perkataan Qasam. Sebenarnya ia merasa senang karena terlepas dari pria ini. Tapi setengah hatinya juga merasa takut karena sama saja ia kehilangan wadah untuk dapat mendekati Qasam, ia kehilangan waktu untuk bisa mengubah cara pandang pria itu terhadapnya.Qasam tak dapat mengambil kesimpulan dari ekspresi wajah Qizha yang tegang itu."Baik, aku bukan istrimu lagi. Dan jika kamu merasa ingin memberikan hukuman mati pada orang yang telah menyebabkan kematian adikmu, lakukanlah!" ucap Qizha pasrah. Qasam mengeluarkan senjata api dari balik jas yang dia kenakan. Menodongkannya ke arah Qizha. "Selamat tinggal. Pergilah ke neraka!" Telunjuk Qasam menyentuh pelatuk. Qizha memejamkan mata. Setelah ini apakah ia akan bertemu dengan malaikat pencabut nyawa? Seperti apa seramnya mereka? Alam kubur, semoga di sana tidak segelap yang ia bayangkan.Dor!Tembakan melesat.Qizha terkejut. Ia.memegang kepalanya. Masih utuh. Bahkan tidak ada rasa sakit sama sekali d

  • Suami Preman Ternyata Sultan   84. Pernikahan Qasam

    "Loh, Mbak Qizha mau kemana?" tanya tetangga yang sedang menyapu halaman rumah. Ia berhenti menyapu dan menghampiri Qizha yang berjalan menenteng tas besar."Mau pindah kontrakan, Bude," jawab Qizha canggung. Senyumnya kaku."Lah, kok pindah? Kenapa? Terus suamimu dimana?" Wanita paruh baya yang ramah itu melongok ke kanan kiri mencari keberadaan Qasam yang selama ini tampilannya kelihatan amburadul dan jarang pulang."Mm.. dia kerja.""Nggak ikut sama kamu?"Qizha menggeleng dengan senyum.Melihat sikap Qizha, wanita tua itu mengerti bahwa terjadi sesuatu yang tidak baik dalam rumah tangga Qizha."Jadi kamu mau pindah kemana, Mbak Qizha?"“Belum tau, Bude. Semoga secepatnya dapat rumah yang tepat.”“Apa nggak mau nginep di rumah Bude dulu?” Wanita itu menatap iba. “Nggak apa- apa kok. Bude kan tinggal sendirian.”Qizha menggeleng. Bahkan orang lain yang tidak ada hubungan darah pun merasa ingin membantu. Namun Qizha tak bisa berharap lebih pada orang yang tidak memiliki ikatan

  • Suami Preman Ternyata Sultan   85. Akad Nikah

    Qasam dan Ameena saling bertatapan. Paduan antara tatapan Ameena yang penuh cinta dan tatapan kebahagiaan di mata Qasam membuat aura cinta makin menyala."Ayolah, nanti saja kemesraan itu dilanjutkan. Kalian bisa lakukan itu sepuasnya setelah ini. Orang- orang sedang menunggu!" ungkap Amira yang berdiri di barisan belakang dengan suara keras yang terdengar penuh kebahagiaan. Ia tak sabar melihat cucunya menikah.Qasam pun tersadar dan segera membelokkan langkah menuju ke pintu yang menghubungkannya ke sebuah bangunan buatan. Sepasang pengantin terlihat seolah menaiki pesawat yang mengudara di atas ruangan yang dipenuhi lautan manusia, ia nyaris seperti berada di awan buatan yang kemudian pesawat mini tersebut menurunkannya ke karpet merah panjang, disaksikan oleh semua mata.Seluruh yang hadir pun takjub menyaksikannya.Ameena merangkul satu lengan Qasam dengan pipi merona merah. Ia tampil anggun dalam balutan gaun mewah berwarna putih.Musik dengan nada romantis menyambut kedatangan

  • Suami Preman Ternyata Sultan   86. Hancur Segalanya

    "Baiklah, silakan diulang!" Penghulu mempersilakan wali nikah dan calon mempelai pria untu kembali berjabatan tangan.Mereka mengulang ijab qabul. Qasam kembali mengulang lafaz yang ia ucapkan setelah Irham lebih dulu mengucap ijab.Saya terima nikah dan kawinnya Ameena Lyn binti Irham Subrata dengan mahar...."Jreeeeng....Suara musik terdengar keras membahana. Proyektor yang sinarnya menembak langsung ke kain putih dengan ukuran lebar sekali, menunjukkan sebuah video dimana sosok pria berpenampilan preman tengah bercinta dengan seorang wanita, yang tak lain wanita itu adalah Qizha. Namun visual di video itu tidak begitu jelas karena sorotan kamera tidak menyorot langsung ke arah dua insan yang sedang bercinta itu. Sesekali wajah Qasam yang berada di atas itu tersorot meski hanya sebagian saja. Berikutnya, video dipotong, langsung ke adegan selanjutnya. Tampak sosok berwajah cokelat dengan rambut gondrong yang terlihat seperti preman itu masuk ke kamar mandi, lalu keluar dengan

  • Suami Preman Ternyata Sultan   87. Dihakimi

    Qasam kembali menghela napas untuk menenangkan dirinya sendiri. “Ada orang yang sengaja ingin menghancurkan pernikahanku dengan Ameena.”“Tidak peduli dengan siapa pun yang ingin menghancurkan pernikahanmu. Tapi fakta itu menjelaskan bahwa kau sudah berkhianat dan mempermalukan keluarga ini. Sebelum kau bertindak, seharusnya kau pikirkan dulu resikonya. Kita punya nama besar. Dan kau berani melakukan ini! benar- benar memalukan!” hardik Husein dengan keras, kemudian melangkah pergi bersama kemarahannya.“Kita pulang!” Amira melangkah pergi, mengajak suaminya.Alka mengikuti sang istri meninggalkan rumah.Wafa tak bisa berkata apa- apa. gadis itu berlari masuk kamar. Ia prihatin dengan keadaan kakaknya, yang jelas hancur dan tersudut di hari pernikahannya yang gagal. Sangat menyedihkan. Bahkan perbuatannya itu sampai harus diketahui oleh khalayak umum. Meski merasa prihatin, namun Wafa juga tidak bisa membenarkan perbuatan kakaknya.“Tidak seperti yang mama pikirkan, semua ini benar- be

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status