Share

74. Babuku Istriku

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kau masuk ke kamarku sebelum kecelakaan itu terjadi. Apa tujuanmu memasuki kamarku, hm? Aku lihat cctv." Qasam pun bangkit berdiri.

Sayangnya kamarnya tidak dipasang cctv sehingga ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh Hasan di dalam kamarnya.

"Kau menuduhku sembarangan! Tidak ada bukti apa pun yang menunjukkan aku melakukan kejahatan di kamarmu." Hasan memutari meja hendak mendekat pada Qasam dengan raut merah padam.

Namun, seorang wanita menahannya. Dia adalah Inez, mamanya Hasan. Tak lain adiknya Husein. “Sudah, jangan diteruskan! Ayo, kita pulang.”

Inez menarik lengan putranya, menatap singkat ke arah Husein sebagai isyarat berpamitan pulang. Ia tak mau ada keributan yang lebih parah lagi.

Hasan pasrah dibawa keluar ruangan.

“Maaf, hanya kesalah pahaman saja,” ucap Qasam sambil merapikan jas yang dia kenakan. Meski napasnya masih kedengaran memburu oleh kekesalan, namun ia terlihat berusaha untuk tenang.

Keluarga besar Ameena sempat menegang dan bingung melihat situasi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
ayo,biba.sepertinya ini adalah kesempatan dirimu untuk menjalankan rencana yang dirimu susun
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
kisah qizha hampir mirip seperti kisah biba dengan husein.menjadi seorang istri rahasia.semoga qizha juga bisa merasakan kebahagiaan seperti yang biba rasakan sekarang
goodnovel comment avatar
fitria shinta
di saat qasam udah lepasin qizah nanti ,itu saat nya qazam tau kalou dia udah ada prasaan sm istri nya ,&akan tumbuh penyesalan dlm hati nya,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   75. Di Balik Celana

    Qizha mematuhi. Dia masuk ke kamar mandi dan mempersiapkan segalanya, termasuk mengoles sikat gigi dengan pasta gigi."Siapkan pakaian kerjaku, lengkap!" "Baik!""Kolornya jangan lupa, disiapkan juga.""Iya.""Siapkan tas kerjaku!""Ya.""Dokumen yang ada di map kuning itu masukkan ke tas kerja. Aku akan membawanya ke kantor.""Baik."Tak mengapa melayani Qasam begini. Toh Qasam adalah suaminya sendiri. Anggap saja ini adalah sebuah ibadah dalam rumah tangga. Segala yang dilakukan dalam rumah tangga adalah ibadah yang baik. Pria yang tiduran tanpa mengenakan baju alias bertelanjang dada itu kemudian bangkit duduk di pinggir kasur dengan kedua kaki diturunkan. Pria itu menggelengkan kepala sebentar, membuang kantuk. Qizha yang menaruh stelan jas ke kursi, sedikit melirik ke arah Qasam yang bertelanjang dada. Pria itu sebenarnya tampan, bahkan seksi sekali saat tanpa baju, badannya bagus. Kelihatan sekali rajin berolah raga hingga terbentuk tubuh six pack. Ah, kenapa Qizha berpikir

  • Suami Preman Ternyata Sultan   76. Hubungan Badan

    Oh ya ampun, jantung Qizha makin tak karuan. Ia melihat benda yang jelas tak pernah dilihat olehnya sebelum menikah.“Kenapa? Kau takut melihatnya? Atau kau menganggap bukan mahram jadi tidak boleh melihat dan menyentuh?” Qasam menatap wajah Qizha yang memerah. “Kau bahkan sudah pernah merasakan benda milikku itu. Jadi jangan sok tidak tahu. Anggap saja kau seorang dokter yang menangani pasien.”Tangan Qizha gemetar menyentuh dan meraba seperti yang diperintahkan Qasam. Qizha tahu bahwa Qasam sedang berusaha membuat Qizha merasa dilecehkan sehingga rendah diri. Tapi tidak, Qizha tidak merasakan hal itu. jelas- jelas sekarang yang ada di hadapannya ini adalah suaminya.Qizha hanya merasa canggung, malu, dan tak nyaman melihat benda yang semakin dipegang olehnya semakin mengembang. Eh, kenapa ini?Jemari Qizha menemukan benda tajam seperti jarum mencuat pada kulit yang agak mengeras itu. cepat- cepat Qizha mengambilnya tanpa bantuan jarum. Sebab durinya menonjol, jadi ditar

  • Suami Preman Ternyata Sultan   77. Kepergok Hasan

    Qizha mengenakan pakaiannya dan menuju ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Qasam. Baru saja Qizha memegang handle pintu kamarnya, terdengar suara mengejutkannya."Qizha, kau dari kamar Qasam?" Qizha sontak menoleh dengan jantung berdegup kencang. Ia melihat Hasan berjalan mendekat ke arahnya. Pria berpenampilan rapi itu menatap dengan sorot mata penuh selidik. Bahkan, saat ia mendapati baju Qizha yang sedikit berantakan, jilbab juga terpasang dengan asal- asalan, baju bawahan tersingkap ke atas sedikit, ia menaikkan satu alis. "Apa yang barusan kau lakukan dengan saudara sepupuku?" tanya Hasan.Qizha menggeleng. "Enggak. Saya nggak ngelakuin apa- apa. Selain menjadi sekretaris, saya di sini kan menyerap kerja sebagai asisten rumah tangga. Tentu saya membersihkan kamar Pak Qasam. Ternyata itu cukup melelahkan. Saya sampai terlihat kacau begini setelah membersihkan kamarnya." Qizha ngeles meski tak tahu apakah penjelasannya itu akan kedengaran masuk akal atau tidak.Hasan mak

  • Suami Preman Ternyata Sultan   78. Pelecehan

    Qasam terlihat bersemangat, bahkan makin menggelora melihat keganasan dan kehangatan Qizha."Oh ya ampun!" Qizha memukul pelipisnya sendiri mengingat hal itu. Kletek.Suara di luar membuat Qizha tersentak dan waspada. Ia cepat mematikan shower, menyambar handuk dan melilitkan ke tubuh. Apakah mungkin di luar ada orang? Qizha seperti mendengar suara yang bersumber dari arah kamarnya. Qizha mencoba untuk menempelkan daun telinga ke pintu. Namun tak mendengar suara apa pun. Ah, mana mungkin ada orang di kamarnya. Jelas- jela sia sudah mengunci kamar. Sepertinya ia salah dengar.Segera Qizha membuka pintu kamar mandi dan beranjak menuju kasur. Tapi ada yang aneh, kemana pakaian yang sudah ia sediakan di kasur? Padahal tadi ia sudah menyediakan pakaian ganti di atas kasur. Lalu kenapa menghilang?"Kau cari ini?" Qizha terkejut mendengar suara itu. Ia menoleh. "Hah?" Pria itu tersenyum mengangkat pakaian milik Qizha di tangannya. "Keluar!" Qizha menunjuk pintu dengan gusar. Kemudian

  • Suami Preman Ternyata Sultan   79. Ancaman

    Pria dengan penampilan khas stelan jas dan dasi di dada itu membulatkan mata. Ya, mata elang Qasam menyorot tajam pada Hasan. Sepatunya mengetuk keras ke lantai seiring dengan langkahnya yang mendekati ranjang. Belum sempat Hasan menjauh dari Qizha, tangan besar Qasam sudah meraih baju belakang Hasan dan menariknya kuat. Tubuh Hasan terhuyung mundur seiring dengan tarikan tangan Qasam."Biadab! Beraninya kau lakukan ini pada pegawaiku!" Qasam mendaratkan pukulan bertubi- tubi pada Hasan sebelum sempat Hasan mengambil posisi untuk menangkis pukulan Qasam. Tubuh Hasan terhuyung mundur beberapa kali akibat hantaman keras tangan Qasam. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Pipinya lebam. Senyum miring tercetak di wajahnya, tangannya mengusap darah yang mengalir di sudut bibir. Qizha bergegas meraih pakaian dan beringsut ke kamar mandi. "Kau akan mendapatkan sanksi berat atas perbuatanmu ini!" tegas Qasam dengan dada naik turun seiring napasnya yang menggemuruh oleh amarah."Sanksi

  • Suami Preman Ternyata Sultan   80. Disuruh Pulang

    Hasan melangkah pergi. Ia berpapasan dengan Qizha di pintu. Netra hitamnya mengawasi kecantikan Qizha dengan seksama. Ia berpikir bahwa wanita yanh dianggapnya sebagai selingkuhan Qasam itu memang sangat cantik. "Maaf, permisi!" Qizha hendak lewat namun pintu terhalang, ia memberi isyarat dengan melirik pintu yang terhalang oleh tubuh besar Hasan. Pria itu melangkah pergi sambil terus menatap ke arah Qizha, sorot matanya sungguh membuat hati tak nyaman.Qizha memasuki ruangan dan meletakkan memo ke meja Qasam. "Ini jadwal hari ini."Qasam diam saja. Tatapannya justru tertuju ke jendela kaca seolah tak mendengar perkataan Qizha. Ia sedang berpikir, bagaimana caranya supaya masalahnya dengan Qizha segera tuntas. Sepertinya ia memang harus menyelesaikan urusannya dengan Qizha sekarang juga. Ia tak bisa membiarkan masalah ini berlarut- larut. Akan berbahaya jika hubungannya dengan Qizha tercium oleh Ameena. "Pak!" panggil Qizha.Qasam menoleh dan tersadar dari lamunan. Ia menatap cata

  • Suami Preman Ternyata Sultan   81. Dituduh Tak Perawan

    "Katakan pada putra pertama Tuan Husein bahwa ibu adalah pembunuh Qansha, bukan aku pembunuhnya. Aku sama sekali nggak tau apa- apa soal itu. Aku hanya diperalat, dijadikan alat untuk meracuni Qansha tanpa aku tahu kejadian yang sebenarnya,” ucap Qizha.Agatha membelalak. "Ibu nggak mau?" tanya Qizha.Agatha menelan saliva sembari menatap Qizha dengan tajam."Aku nggak memaksa ibu untuk melakukan kebohongan, kejahatan, atau mencelakai orang lain. Tapi aku minta supaya ibu bertanggung jawab atas perbuatan ibu. Ibu mengakuinya, jangan kambing hitamkan aku. Selama ibu nggak bisa melakukan hal itu, maka aku nggak bisa terima ibu," sambung Qizha."Huh, kau pikir aku akan mengemis kepadamu? Kau pikir aku nggak bisa hidup tanpamu? Ayam saja masih bisa berkais mencari makan sendiri, apa lagi aku. Jangan pikir aku akan mati hanya karena hidup terlantar. Aku masih bisa hidup walau pun kau tak mau membantuku! Anak terkutuk! Nggak tau balas budi! Nggak tau berterima kasih." Agatha melotot, leher

  • Suami Preman Ternyata Sultan   82. Tragedi Pahit

    Qizha menatap tenang wajah di atasnya yang dipenuhi dengan kilat amarah. Ia menyentuh pipi Qasam dan mengelusnya. Kemudian, ia raih caruk leher Qasam dan ditariknya hingga kepala Qasam mendekat ke arahnya. Bibirnya mengecup bibir Qasam lembut. Meninggalkan sesuatu yang basah di sana. "Aku hanya melakukannya dengan suamiku sendiri," bisik Qizha sambil mengusap- usap dada Qasam yang sedikit berbulu.Ya ampun, adegan begini benar- benar sangat sulit dilakukan olehnya. Ia merasa seperti seorang pelacur di depan suaminya sendiri."Aku tidak bodoh!" Qasam menatap kesal."Aku juga nggak bilang begitu." Qizha tersenyum."Aku akan menghukum kesalahanmu ini." Qasam menyentak tangan Qizha."Dimana letak dosaku saat aku melakukan itu hanya kepada suamiku sendiri. Cuma kamu yang menyentuhku. Nggak ada lelaki lain.""Nyatanya aku nggak lihat darah. Selaput daramu sudah lepas. Kau pasti melepasnya kepada pria beruang. Kau pasti dengan bangga bisa tidur bersama lelaki kaya,” hardik Qasam."Tanyakan

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status