“Kau tunggu di sini!” titah Qasam saat sudah berada di ruang keluarga.Qizha diam mematung, mematuhi perintah sang suami.Qasam berlalu memasuki ruangan lain. Ia menuju ke kamar Habiba.Tok tok… Kepalan tangannya mengetuk pintu. Tak ada sahutan.“Ma, aku masuk ya?” seru Qasam.Tetap tak ada sahutan.Qasam membuka pintu, ia mendapati Habiba tengah menikmati secangkir teh panas di sofa kamarnya. Ia yakin mamanya mendengar suaranya, namun wanita yang kelihatan lebih muda dari usianya itu sengaja tak mau menyahuti. “Ma, tolong jangan begini. Apakah menurut mama hidupku akan tenang saat mama mendiamkanku?” Qasam duduk disisi mamanya, menatap lekat. Hatinya kacau saat diperlakukan begini oleh mamanya. Habiba diam saja, masih meneguk teh seolah tak ada Qasam di sisinya.“Cabut kata- kata mama yang bilang kalau aku tidak diakui sebagai anak, please!” pinta Qasam.“Apa sudah selesai bicara? Kalau sudah selesai, silakan keluar. Aku mau ke ruang tengah, nenekmu sedang berkunjung kemar
Read more