Semua Bab Suami Preman Ternyata Sultan: Bab 61 - Bab 70

230 Bab

61. Sembunyikan

“Ayah memintaku melepaskan Qasam?” tanya Qizha dengan perasaan berkecamuk. Sejak saat Bily takluk pada Agata, Qizha kehilangan respek pada ayahnya ini. kalaupun ia datang ke rumah, itu hanya sebatas rasa kemanusiaan.“Kebahagiaan itu kau sendiri yang memilih. Lepaskan dia jika memang dia bukan yang terbaik.” Bily menatap Qizha dengan tatapan sedih.Qizha terdiam. Rasanya banyak sekali yang ingin ia jelaskan kepada ayahnya, bahwa suaminya itu adalah kakak dari orang yang telah dibunuh olehnya. Bahwa Qasam itu adalah seorang CEO di perusahaan besar. Dan banyak hal lain tentang Qasam. Tapi tak mungkin Qizha mengatakan itu, Bily belum tentu bisa dipercaya untuk memegang rahasia. lebih baik Qizha menutupi rahasia itu dulu.“Sama seperti ayah, bara itu panas, Yah. Maka lepaskan bara itu, jangan digenggam, Yah. Tangan ayah yang akan melepuh jika terus menggenggamnya hanya demi menerangi sekeliling. Lepaskan ibu!” ucap Qizha dengan suara rendah.“Ayah ini sudah tua. Siapa yang a
Baca selengkapnya

62. Perjuangan

"Mbak Vina! udah lima bulan statusku di sini menjadi OB. Bisakah Mbak Vina konsultasikan ke Pak Gafar tentang posisiku ini? Pak CEO menjanjikan akan mengubah statusku ini stelah masa training selesai," pinta Qizha pada Vina pagi itu. "Tapi masa itu udah lewat lama dan sampai sekarang belum ada perubahan apa- apa."Perjalanan Qizha menjadi seorang OB cukup melelahkan dengan segudang drama. Berbulan- bulan sudah berlalu sejak saat ia dinyatakan berstatus sebagai OB. Dua bulan awal memang ia menghilang dari kantor karena kabur, tapi tiga bulan belakangan ia sudah kembali bekerja normal. "Aku berharap Mbak Vina bisa konsultasikan tentang posisiku ini," pinta Qizha dengan wajah penuh harap."Ya, nanti akan aku bicarakan ke pak Gafar soal ini," jawab Vina."Sebenarnya calon istrinya Pak CEO juga udah bicarakan hal ini, bahwa aku diminta jangan dipekerjakan di bagian ini. Dan pak CEO juga menyetujui. Tapi setelah berjalan sekian lama, semua belum terealisasi.""Kalau begitu, pasti nanti ak
Baca selengkapnya

63. Selamat Atau Keramat

Gafar kemudian menceritakan kepada Fahri seluruh permasalahan yang menimpa Qizha. Tentang status Qizha yang seharusnya menjadi sekretaris dan mendadak jadi OB. Ya itu karena ulah CEO sableng.Fahri menganggukkan kepala sambil menatap wajah Qizha. Cantik.“Baiklah. Aku akan bicarakan hal ini pada Pak Qasam.” Fahri menyahuti dengan tenang.Dan Qizha merasa bulu kuduknya meremang setiap kali mendengar nama Qasam disebut. Itu adalah nama suaminya. Yang tak satu pun orang lain mengetahui hal itu. Ada rasa tak nyaman menyeruak dalam benaknya. Pokoknya aneh gitu. Tatapan Fahri menelisik ke penampilan Qizha yang dibalut seragam OB. Jilbab warna cokelat membungkus kepala hingga membuat wajahnya yang cantik seperti dihias sesuatu yang mengagumkan.“Coba berdiri!” titah Fahri.Lah, kok perintah itu sama seperti yang diminta Qasam? Bos dan asistennya sepertinya sama saja.Qizha mematuhi perintah Fahri. Ia berdiri menghadap lelaki berbadan tegap bak tentara itu.Kemudian Fahri mengan
Baca selengkapnya

64. Kena Batunya

“Kenapa malah bingung saat diberi ucapan selamat?” tanya Fahri.Menghilangkan ketegangan, Qizha pun mengulum senyum yang membuat Fahri terpaku menatap senyuman di wajah cantiknya.“Kenapa tertawa?” tanya Fahri.“Sebatas Pak CEO memanggil saya aja, bapak sampai kasih ucapan selamat.” Qizha geleng kepala.“Ha haa…. Siapa tahu beliau akan memberikan ijin kepadamu untuk menduduki jabatan yang sebenarnya, yaitu sekretaris.”“Siapa tahu? Belum pasti kan? Bagaimana kalau beliau memanggil saya hanya karena mau memecat saya?”“Loh, kenapa? Kok pesimis? Kamu itu pintar, cerdas dan bertalenta. Bagaimana mungkin pesimis begini? Kau perlu tahu satu hal, dengan kau berhasil menyingkirkan pesaing lain hingga kau menduduki jabatan sekretaris adalah hal yang luar biasa. Artinya kau memiliki potensi, jangan lupakan itu!”“Oh. Baik, saya mengerti. Terima kasih, Pak.”Sepertinya Fahri belum mengetahui perihal tinta yang membanjir di meja Qasam. Sebab semuanya sudah dibereskan oleh Qizha detik
Baca selengkapnya

65. Dua Pilihan

"Hanya aku yang mengerti kasus ini. Cukup aku saja yang menangani. Kau punya tugas dan tanggung jawab lain!" tegas Qasam dengan sorot mata yang tajam.Dari interaksi keduanya, jelas terlihat bahwa mereka tidak akur. Pembicaraan pun terlihat panas dan tak bersahabat."Ya ampun, orang yang terlihat mulia di mata orang tuanya, ternyata bisa zalim juga pada karyawannya. Hmm... Tujuanku menemuimu ke ruangan ini sebenarnya untuk membahas hal tidak penting, tapi aku malah mendapati hal penting. " Hasan kemudian mendekati Qizha, merangkul pundak wanita itu dengan entangnya, membuat tubuh Qizha menegang seketika waktu. Jujur saja Qizha ingin melepaskan pegangan lengan Hasan, namun sikapnya yang menolak pasti akan diartikan sesuatu yang berbeda oleh lelaki selengekan ini. "Hei, gadis manis! Kalau ada apa- apa, bicaralah padaku. Kau boleh mengadu apa saja jika pimpinan tertinggi di sini berani macam- macam padamu. Di atas langit masih ada langit. Meski Qasam di sini adalah pimpinan tertinggi,
Baca selengkapnya

66. Pertanyaan Mengerikan

Haruskah Qizha kembali menjadi OB? Rasanya sia- sia sekolah tinggi jika pada akhirnya harus menjadi OB. Ya Allah... Taklukkanlah hati keras Qasam. Dengan Kuasa dan Kebesaranmu, atas Kunfayakun yang Kau kehendaki, jadikanlah aku sebagai sekretaris untuk mempermudah jalanku mendekati hati Qasam. Tuhan... Ini memang sulit bagiku, tapi aku yakin ini mudah bagimu. Tidak ada yang tidak mungkin bagimu.Qizha membuka mulut untuk menjawab, "Aku..."Belum selesai Qizha bicara, suara deringan telepon memutus perkataannya. Sumber suara berasal dari ponsel Qasam di balik jasnya.Qasam segera menjawab telepon. "Halo, Pa?" Dahi Qasam mengernyit mendengar suara di seberang. "Aku dengar kau bertingkah semena- mena pada stafmu di kantor. Lulusan sarjana kau jadikan OB. Jika memang ini benar, maka aku tidak menbenarkannya. Katakan, apakah berita itu benar?" tanya Husein, papanya Qasam di seberang telepon. "Hasan bicara apa ke papa?" Qasam memutar mata. "Papa mempercayainya?""Sejak dulu aku tidak
Baca selengkapnya

67. Menjadi Babu

Hari ini adalah hari pertama Qizha menjabat sebagai sekretaris. Percayalah, menjadi sekretaris Qasam tidaklah mudah. Selain pria itu galak dan menyusahkan hidup Qizha, pria itu juga tak pernah berhenti menyuruh- nyuruh Qizha bolak balik seperti setrikaan sampai betis Qizha terasa gempor. Sikap kasar dan perkataan menyakitkan Qasam hanya berlaku untuk Qizha, sedangkan sikap pria itu sangat bijak terhadap orang lain. Meski selalu tegas dan garang saat berhadapan dengan semua staf, namun Qasam tetaplah sosok yang bijaksana, dermawan, memberikan perlindungan pada karyawan. Terutama ia juga seorang yang kharismatik di mata semua orang dengan ketampanan dan kegagahannya. Qasam juga tak ragu memberikan bonus kepada staf saat budget tercapai sesuai keinginan. "Ikut denganku sekarang. Cepat!" tegas Qasam yang diangguki oleh Qizha saat pria itu melintas di depan meja Qizha. Segera Qizha menyambar tas dan mengikuti pria itu. Padahal, Qizha baru saja berniat hendak pulang mengingat jam kerja
Baca selengkapnya

68. Tidak Disambut Baik

"Qasam, kau membawa wanita ini lagi kemari?" Habiba tersenyum namun juga tampak bingung. Baru kemarin Qasam memperingatkan Habiba supaya berhati- hati pada wanita itu, tapi ini malah Qasam sendiri yang membawa masuk wanita itu ke rumah ini.Qasam melirik ke arah Qizha seolah memberikan akses waktu untuk Qizha menjelaskan.Memahami sikap Qasam, akhirnya Qizha pun berkata, "Saya sekretaris sekaligus merangkap sebagai asisten pribadi Pak Qasam." "Oh?" Habiba mengedikkan pundak menunjukkan raut bingung. "Loh loh.... Jadi kalian sebenarnya sudah saling kenal?""Ya. Dia sekretarisku," jawab Qasam dengan suara yang hangat dan menenangkan. "Dia butuh uang sehingga harus cari kerjaan serap supaya kebutuhannya terpenuhi.""Kenapa kemarin kamu nggak bilang kalau Qizha ini skeretarismu? Kemarin kamu tidak bahas apa pun mengenai hal ini loh." "Aku belum seberapa mengenali sekretaris baru ini. Jadi kupikir tidak ada yang bisa kusampaikan tentangnya. Dia orang baru.""Dunia rasanya sempit sekali
Baca selengkapnya

69. Naas

Qizha bingung, apakah ia harus melihat kegaduhan itu, ataukah pura- pura tak mendengarnya saja? Ia adalah orang baru di rumah itu. Tak mungkin bertindak seolah sok akrab dengan keluyuran ke sembarangan ruangan.Tapi mendengar suara yang mengerikan seperti pecahan kaca itu membuatnya tak mau tinggal diam. Ia lalu menghambur menuju ke sumber suara, tak lain ruangan lain yang masih berada di dalam kamar.Di belakang Qizha, menyusul derap langkah beberapa pasang sepatu. Ada Husein, Habiba, dan Hasan. Serta Amira yang langkahnya ketinggalan jauh.Qizha berada di depan seperti seorang komandan diikuti oleh banyak ajudan. Ia menuju balkon, yang membutuhkan askes berbelok untuk sampai ke tempat itu. Kamar itu menyediakan ruangan santai yang menghubungkan langsung dengan balkon. Di sanalah sumber suara gaduh tadi. Alangkah ia terkejut melihat kaca pembatas antara ruang santai dan balkon pecah, pagar di balkon pun runtuh. Di bawah sana, tampak tubuh Qasam menggelantung di sebuah kabe
Baca selengkapnya

70. Obat Untuk Qizha

Qasam mengingat kejadian sebelumnya. “Aku terpeleset yang membuat tubuhku menghantam kaca balkon dengan kuat. Selanjutnya tubuhku menghantam pagar balkon yang ternyata malah langsung roboh begitu tubuhku bersentuhan dengan benda itu. Ada yang salah dengan semua ini.”“Maksudmu?” tanya Habiba.“Lantai yang licin kemudian pagar balkon yang roboh, itu pasti ada yang sudah sengaja merencanakan. Ada yang ingin aku mati.” Sorot mata Qasam menatap Hasan yang berdiri paling belakang.Sejurus pandangan kemudian mengikuti arah pandang Qasam.Hasan salah tingkah ditatap seperti itu. Ia merasa seperti sedang dihakimi.“Kau menuduhku?” Hasan memutar mata.“Lalu siapa lagi selain kau? Memangnya lantai rumahku ini bisa licin sendiri jika tanpa pelaku?” Qasam tetap terlihat tenang meski posisinya sedang menuduh lawan bicaranya.“Tidak masuk akal.” Hasan melangkah keluar dengan kesal.“Jangan asal tuduh!” pinta Habiba.“Siapa lagi orang yang ingin menyingkirkanku jika bukan dia? Tidak ada nama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status