Home / CEO / Terjerat Cinta Palsu CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Terjerat Cinta Palsu CEO: Chapter 31 - Chapter 40

61 Chapters

Bab 31

"Lihat, kekasih Mr. Cross datang," bisik seseorang menunjuk Louisa yang masuk ke lobi gedung. "Wah ... benar-benar penjilat handal," ledek yang lain seraya geleng-geleng kepala mengamati Louisa berjalan bersama Corry menuju lift. "Apa kau sudah dengar gosip?""Tidak. Kenapa?""Covame mau menuntut Louisa karena terlanjur menandatangani kontrak kerja sama, tapi mendadak dia membatalkan tanpa alasan. Dan kau tahu? Mr. Cross yang mengurus semuanya, bahkan bernegosiasi sampai tuntutan itu dicabut tanpa ada denda," terang perempuan berambut blonde itu sambil sesekali melirik Louisa yang kini menunggu pintu lift terbuka. "Bukannya belum ada perjanjian kontrak? Yang kudengar seperti itu," balas perempuan di depa
Read more

Bab 32

"Serius?" Cory melontarkan ekspresi terkejut manakala mendengar cerita Louisa. Kemudian tergelak seraya melingkarkan jemari kanan ke kaki gelas koktail, menyesap pelan merasakan kombinasi vodka dan jus cranberry yang manis. Dia memiringkan kepala lalu berkomentar, "Dasar bajingan seksi yang aneh. Kupikir dia benar-benar ingin berpisah denganmu."Louisa menjentikkan jari, menyandarkan punggung ke sofa bar ketika sorot matanya beralih ke sosok pria pirang yang berjalan mendekat dan melempar senyum lebar. Louisa mengangkat tangan membuat Cory berpaling. "Aku perlu menarik ulur hati Dean, seperti dia melakukannya padaku.""Hei, girl," sapa Theo. "Hei, Cory.""Hei, pirang," balas Louisa begitu Theo duduk di sisi kiri dan memberikan pelukan hangat seorang teman. "Kau belum memberiku kabar, Theo. Apa kau lolos?"Theo terdiam beberapa saat lalu berseru, "Yeah! I did it!""Fuck man ... kalian akan jadi pasangan serasi," puji Cory tidak menyangka bahwa juri akan memilih lelaki itu. Walau sejuju
Read more

Bab 33

"Ketiga ... adalah mimpi burukku, Lou."Louisa memutar kembali ingatan ketika Dean membuka diri padanya. Sebuah luka menganga yang tidak bisa dibayangkan Louisa jika menjadi lelaki itu. Bagaimana dia menanggung sebuah dosa besar itu sendirian di balik tanggung jawab seorang pemimpin agensi yang diturunkan dari keluarganya. Tanpa sadar air mata Louisa kembali mengalir mengamati Dean yang terlelap di sampingnya bagai anak-anak dibuai mimpi indah. Begitu menenangkan dan tampak damai. Tidak ada ekspresi dengan alis mengerut, bibir yang melontarkan pendapat yang memicu pertengkaran, atau gesture posesif yang dipancarkan jika melihat Louisa bersama pria lain. Semua tampak berbeda ketika Dean benar-benar terbaring seperti ini. Walau beberapa kali raut wajah Dean mengerut seperti menggumamkan sesuatu
Read more

Bab 34

Salah satu cara untuk bisa berpikir jernih sebelum mengambil keputusan sekaligus menghapus satu persatu rasa yang mengendap di hati Louisa adalah menjauh dari Dean. Sebisa mungkin dia melakukan metode slow respond bahkan membiarkan pesan-pesan maupun telepon lelaki itu menumpuk. Mungkin kesannya Louisa sedang memantik masalah lagi, tapi ... bagaimana pun juga, apa yang dikatakan Cory benar. Dean dan dirinya hanyalah dua manusia yang dibutakan oleh nafsu dan tidak akan pernah terikat oleh cinta. Menurut Cory, tidak ada ruang lagi bagi Louisa untuk bisa mendiami hati Dean jika lelaki itu masih mencintai Anastasia dan terikat oleh kesalahan yang pernah dibuat."Kau hanya memiliki raganya, bukan hatinya, Lou. Dan itu akan membuatmu sakit hidup bersama orang yang pura-pura bahagia untukmu," ujar Cory.L
Read more

Bab 35

I love you, DeanKalimat itu menggema di telinga Dean sampai menimbulkan efek dengung menyakitkan kepala. Dia bergerak mundur, rahangnya mengetat sementara jantungnya kini berdentum begitu cepat manakala lapisan-lapisan momen di masa lalu berputar cepat seperti kotak pandora. Sekujur tubuhnya menegang mengulang kalimat Louisa seakan-akan pernyataan tersebut bagai kutukan maut yang bakal menghancurkan diri Dean lagi. Kedua tangannya mengepal kuat menahan gelombang emosi akibat hantaman masa lalu yang benar-benar tidak ingin dia ingat kembali. Lidah Dean ikutan kelu tak mampu membalas pengakuan mendadak Louisa. Dean tidak menyangka kalau gadis itu jatuh hati padanya. Padahal jelas-jelas sedari awal dia sudah memberi pengertian bahwa semua yang mereka lakukan hanyalah untuk bersenang-senang."It's fucking hurt me, D
Read more

Bab 36

Cukup lama Louisa mematut diri di depan cermin kamar mandi, memerhatikan betapa memilukan penampilannya sekarang. Lingkaran hitam tampak kentara akibat sering terjaga di malam hari, bibirnya mengerut masam seakan-akan telah kehilangan cara untuk tersenyum, sorot matanya ikutan suram bagai tidak ada pendar cahaya dari sana. Dia berusaha menarik sudut bibir, namun tetap saja orang bakal menangkap ada ratusan kesedihan terpancar dari sana.Menyalakan keran air lalu membasuh muka, kemudian mengamati sekali lagi. Louisa merasakan dirinya jauh lebih kurus dibanding terakhir kali dia bersama Dean. Merenung bahwa sudah seminggu lebih dia mengasingkan diri dari dunia untuk merenungkan betapa mengenaskan kisah cintanya. Bagaimana tidak, semenjak lelaki pecundang itu mematahkan semua ekspektasinya, Louisa enggan makan maupun minum sampai Cory menyuruhnya memasukkan sesuap pancake atau sediki
Read more

Bab 37

Troy tertegun cukup lama mendapati Louisa duduk di sana dengan bola mata membeliak ke arahnya. Dua manusia yang pernah terikat oleh cinta tersebut hanya bisa saling memerhatikan tanpa ada yang memulai menyapa. Membeku di tempat masing-masing seakan-akan waktu ikutan membeku di sekitar atau ... dunia sengaja berhenti berputar untuk memberikan satu ruang kepada mantan pasangan tersebut. Sementara Louisa serasa mendapatkan serangan jantung, dadanya berdebar begitu keras mengentak-entak menimbulkan rasa sakit sampai ke tulang. Rasa canggung terlanjur membentang dan tidak akan musnah begitu saja sekali pun Troy menegur dengan senyuman ramah. Bahkan ... atmosfer yang ada di kafe Moonbuck mendadak sedingin antartika merasakan aura mereka membekap kuat.Bagi Troy, masa lalu yang buruk bersama Louisa tidak aka
Read more

Bab 38

Telunjuk kanan jari bercat merah menyala itu mengusap bibir gelas, sesekali menghidu aroma kopi yang menenangkan pikiran kalut selagi berhadapan dengan pria bermata hijau emerald di kafe. Tidak ada percakapan, melainkan helaan napas yang berulang kali terdengar seolah-olah beban yang dipikul pundak Louisa berton-ton beratnya. Dia melirik sebentar ekspresi datar Troy dari balik bulu mata lentiknya. Pria itu tak jauh beda, sibuk tenggelam dalam isi kepala dan bingung harus memulai perbincangan setelah lama tak berjumpa.Louisa menarik napas lagi, mengembuskannya melalui mulut lantas berpaling ke sisi kiri menyorot lalu lalang kendaraan. Mungkin sebuah langkah gila saat Louisa justru mengajak Troy minum berdua tuk menghindari Dean yang mengejarnya dari ruang pertemuan. Dan kini, mereka berdua dibelenggu atmosfer kaku. Troy
Read more

Bab 39

 Shit! "What are you fucking doing here?" pekik Louisa mendapati Dean mendadak muncul tanpa diundang. Sialnya, mengapa pula lelaki itu memergoki dirinya mengamati potret mereka berdua berciuman, seolah-olah menangkap basah kalau Louisa merindukan sentuhan Dean.  "Aku meneleponmu berulang kali," tandas Dean mendudukkan diri di sisi Louisa dan refleks dia menjauh seperti tak ingin terkena pengaruh sang CEO lagi. Sebelah alis Dean naik lalu mendengus kesal seraya menumpukan sebelah kaki kirinya ke kaki kanan, bersandar ke sofa menerawang adegan film roman yang mungkin sedang ditonton Louisa. "Kau menjaga jarak dariku padahal tadi memandangi foto kita berdua. Dasar picik!" "It's not your bussiness!" semb
Read more

Bab 40

Pengambilan video pertama untuk film Last Dancing berada di distrik teater Houston, Texas, ketika Louisa mengenakan gaun balet berwarna ungu berbahan tile. Di bagian pinggang dibuat berlapis-lapis mengingatkan pakaian yang dikenakan Tinkerbell, sementara korset ungu berwarna lebih gelap dihias kilau mutiara di bagian dada bergaya off shoulder. Rambut cokelat sebahu Louisa dibuat bergelombang dipermanis dengan poni dan jepit rambut bermotif bunga keperakan. Dia makin menawan di balik riasan natural yang menonjolkan pulasan eyeshadow gelap tuk mempertegas mata.Di atas sepatu pointe, dia menari-nari begitu luwes bersama penari latar yang mengenakan kalasiris--kostum Mesir kuno--yang dimodifikasi menggunakan kain gliter hitam dibelah samping agar memaksimalkan pergerakan. Musik mengalun begitu dramatis berbarengan penc
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status