Home / CEO / Terjerat Cinta Palsu CEO / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terjerat Cinta Palsu CEO: Chapter 21 - Chapter 30

61 Chapters

Bab 21

Fuck!Umpat Louisa dalam hati menyadari bahwa pria di sana bukanlah sebuah fatamorgana dalam batas kenangan yang sudah dihapus dalam benak. Penampilan Troy masihlah sama seperti dua tahun lalu ketika terakhir kali mereka berjumpa pada acara fashion week di Paris. Ketika Louisa berusaha meluangkan waktu untuk terbang jauh-jauh demi menemui orang yang kala itu ternyata sudah menjalin asmara bersama wanita lain. Rambut cokelat gelap Troy jadi lebih panjang dari yang diingat Louisa, nyaris menutup dahi namun tidak menghilangkan aura model papan atas. Walau hanya mengenakan celana jeans gelap dikombinasi kaus putih dan jaket kulit senada, Troy tetap menawan di mata wanita.Apakah karena itu dia mudah dirayu perempuan lain?Iris mata amber
Read more

Bab 22

Dean terbangun di tengah malam ketika Louisa masih terlelap di sisinya dengan selimut menutupi tubuh telanjang gadis itu, menyisakan bahu yang naik-turun secara teratur seperti dibuai mimpi setelah percintaan hebat mereka. Dia bangkit, mengambil celana panjang longgar yang teronggok di lantai lalu berjalan menuju lemari di mana buku sketsa miliknya tersimpan di sana. Di mana pun Dean pergi, dia selalu membawa benda kesayangannya itu tiap kali tidurnya terganggu oleh mimpi buruk.Bukan obat atau rokok yang bisa menenangkan Dean, melainkan garis demi garis yang diukir di atas kertas bagai menguliti satu-persatu ingatan yang tak diinginkan. Ketika tangannya sibuk menggambar, dia bisa melupakan hal-hal di masa lampau yang selalu menghantui tiap malam. Sejak lima tahun lebih tepatnya, semenjak mimpi buruk itu datang. Seakan-akan mereka tidak menginginkan Dean dimanja mimpi indah barang
Read more

Bab 23

Paviliun Visconti di Ansaldo Workshops tempat yang biasanya digunakan untuk pameran seni di teater La Scala menjadi atensi ketika pekan mode kembali digelar. Mengusung tema musim semi, dekorasi di bagian pintu masuk dibuat cerah untuk memberikan kesan ceria dan hangat. Bunga dan pohon imitasi menjadi spot foto terbaik berlatar tulisan Milan Fashion Week, sementara bagian dalam ada ruang memanjang bercat putih tampak kontras dengan orang-orang yang mengenakan pakaian berbagai macam warna dari designer terkenal. Di sana, ada kursi tanpa sandaran bermotif catur mulai diduduki para tamu. Bagian ujung panggung berbentuk huruf U terbalik memiliki dua sisi pintu yang sepertinya menjadi tempat keluar-masuk para peragawan dan perawagati memamerkan fashion trend terbaru. Di sana juga menampilkan potongan demi potongan video pagelaran mode mus
Read more

Bab 24

Selagi di Milan dan mendapatkan keuntungan dari menjadi kekasih Dean, setidaknya itu yang bisa dia katakan setelah kemarin menyelesaikan masalah mereka. Tentu awalnya perdebatan hingga nyaris memutus urat nadi, berdebat tentang batas-batas yang tidak boleh dilewati mereka. Louisa merasa dirinya benar, kalau setiap hubungan sekecil apa pun haruslah ada kepercayaan meski kisah mereka sebatas saling memuaskan di atas ranjang. Awalnya Dean mengelak tegas, mengancam akan mencoreng nama baik Louisa. Tentu saja gadis itu tak mengenal rasa takut, malah menantang balik apakah Dean bisa menjatuhkan nama karena dia bisa membalikkan keadaan dan mengatakan kepada media bahwa agensi tidak memberikan jaminan perlindungan seperti di kontrak kerja. Merasa kalah telak, Dean hanya bisa mengucapkan kalimat, "Aku butuh waktu, Lou. Kau
Read more

Bab 25

Puas memanjakan lidah dengan hidangan laut yang terasa mewah dan kaya akan cita rasa olahan chef da Vic. Dean mengajak Louisa untuk bersepeda mengelilingi monumen kota, Arco della Pace di tepi taman Sempione yang membentang begitu menawan. Cuaca di malam hari sangat cerah manakala di atas langit bertabur gemintang yang berkelap-kelip sedangkan bulan tak malu-malu untuk menunjukkan pesonanya. Sungguh momen romantis yang wajib direkam bahwa hal seperti ini mungkin tidak akan terjadi untuk kedua kali. Kaki Dean mengayuh perlahan dan merentangkan sebelah tangan seakan ingin meraih gadis itu agar tidak jauh darinya. Sementara Louisa malah mempercepat laju sepeda sambil menjulurkan lidah ke arah Dean tanpa rasa takut terjatuh. Semburat merah di pipi terlihat jelas di wajah Louisa, seolah-olah gadis itu melepas sejenak sematan seorang bintang film di pundak. Dia hanyalah manusia ya
Read more

Bab 26

Kembali ke Los Angeles dengan segudang kegiatan rasanya membuat Louisa ingin melarikan diri sebentar di Milan. Setidaknya di sana dia bisa menciptakan ruang sendiri bersama Dean untuk mengulik lebih jauh kepribadian lelaki itu. Namun, pesan teks yang dikirim oleh Christine tentang jadwal casting mengurungkan niat Louisa, sehingga dia terpaksa mengekori Dean kembali ke Amerika di penerbangan paling awal. Di satu sisi, Louisa lebih banyak diam, merenungkan tiap kata yang dilontarkan Dean di katedral. Menyambungkan satu-persatu benang yang mengaitkan antara ketidakpercayaannya terhadap cinta, masa lalunya yang masih misterius, serta sebuah komitmen. Dean memang tidak secara langsung mengajukan poin terakhir kepada Louisa, hanya saja setiap kali gadis itu ingin pergi , Dean selalu menahan dan berpendapat kalau komitmen hanya diberikan jika dia sudah menaruh sebuah kepercayaan.&n
Read more

Bab 27

Tiba giliran Louisa menunjukkan skill sandiwara di depan tim casting yang dihadiri langsung oleh Christine dan disambut senyum sehangat mentari. Kaka Dean yang katanya seperti nenek sihir itu nyatanya berlaku baik kepada Louisa dan memberi dukungan penuh kalau dia bakal bisa memerankan karakter Abby. Louisa senang bukan main, hatinya langsung berbunga-bunga menerima sentuhan positif dari produser sekelas Christine walau ada tatapan tak menyenangkan yang dilontarkan rivalnya, Rachel dan Jean. Louisa tidak peduli dan memilih menunjukkan bakat agar bisa membungkam mulut mereka yang meragukan kemampuannya. Bersama seorang lelaki berperawakan tinggi besar dengan rahang tegas yang membingkai wajah juga sorot mata dalam di balik iris amber, Louisa mengucapkan dialog-dialog Abby penuh penghayatan. Terutama ketika juri memintanya menampilkan adegan di mana Abby mer
Read more

Bab 28

Denting gelas bir memenuhi bar Angel City Brewery berbarengan asap-asap rokok membumbung mendesak tiap-tiap sudut ruangan. Meja-meja dipenuhi gelas maupun kaleng bir olahan mereka sendiri. Manalagi interiornya juga didesain sedemikian rupa; graffiti di tembok bergambar sayap, tengkorak, hingga wajah perempuan bergincu merah nan sensual. Rak kayu berpelitur gelap tempat penyimpanan botol-botol bir beraneka rasa dan sensasi yang sengaja dibuat sesuai musim. Meski bangunan ini adalah bangunan tua, tidak menjadikan bar yang ada di distrik seni dekat Little Tokyo LA terasa usang. Diiringi musik Goo Goo Dolls, Louisa dan Theo duduk di salah satu sudut bar dengan dua botol bir dan dua piring camilan sebagai teman bicara. Sesekali mereka menyanyikan bait demi bait lagu Slide dan tidak menyangka bahwa mereka menemukan kesamaan. Mereka tertawa terbahak-bahak hingga
Read more

Bab 29

Berdiri di belakang dinding kaca yang menampilkan lanskap Downtown tak lantas membuat pikiran Dean langsung tenang. Gedung-gedung tinggi yang berdiri kokoh di sekitar agensi Cross seakan-akan ingin menghalangi keberadaan Louisa sekarang. Manalagi gerombolan awan yang menggantung di birunya langit tak sama dengan iris mata Dean yang menggelap dan menyorot tajam, mengamati mobil-mobil lalu lalang memenuhi tiap ruas jalan tidak dapat mengalihkan pikirannya dari Louisa. Rahangnya sesekali mengetat, menggeram dan menahan gejolak amarah jikalau bidikan paparazzi yang tersebar di media masih berputar dalam kepala. Andai orang lain bisa melihat, kini kepala Dean dipenuhi asap hitam yang mengepul akibat sikap kekanakan Louisa yang memancing emosi. Lagi dan lagi.Dia melonggarkan ikatan dasi yang terasa begitu mencekik leher, berharap oksigen di sekitar lelaki itu bisa leluasa masuk ke dala
Read more

Bab 30

Hari pertama tanpa Dean dipenuhi air mata yang sama seperti ketika Troy mendadak meminta berpisah dari Louisa. Hatinya seperti dilubangi kemudian ditaburi garam dilanjut ditusuk ribuan duri sampai-sampai rasa nyeri itu menjadi teman yang membayangi Louisa. Walau sudah menelan pil tidur dan pereda pusing, nyatanya tidak ada obat yang benar-benar menghilangkan kesedihan dalam satu kali jentikan. Sejak kemarin, meringkuk dalam kamar dan berlindung di bawah selimut seakan menolak kehidupan yang berjalan di sekeliling Louisa, termasuk mengabaikan banyak panggilan bahkan dari Karoline.  Alhasil, Corylah yang kelabakan menjawab satu persatu telepon mengapa bintang yang sedang bersinar itu mendadak menghilang. Sengaja tidak mendatangi Covame seperti perjanjian sebelumnya membuat tim pemasaran terpaksa membatalkan kerja sama serta mengolok Louisa sebagai perempuan tak profesiona
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status