Troy tertegun cukup lama mendapati Louisa duduk di sana dengan bola mata membeliak ke arahnya. Dua manusia yang pernah terikat oleh cinta tersebut hanya bisa saling memerhatikan tanpa ada yang memulai menyapa. Membeku di tempat masing-masing seakan-akan waktu ikutan membeku di sekitar atau ... dunia sengaja berhenti berputar untuk memberikan satu ruang kepada mantan pasangan tersebut.
Sementara Louisa serasa mendapatkan serangan jantung, dadanya berdebar begitu keras mengentak-entak menimbulkan rasa sakit sampai ke tulang. Rasa canggung terlanjur membentang dan tidak akan musnah begitu saja sekali pun Troy menegur dengan senyuman ramah. Bahkan ... atmosfer yang ada di kafe Moonbuck mendadak sedingin antartika merasakan aura mereka membekap kuat.
Bagi Troy, masa lalu yang buruk bersama Louisa tidak aka
Telunjuk kanan jari bercat merah menyala itu mengusap bibir gelas, sesekali menghidu aroma kopi yang menenangkan pikiran kalut selagi berhadapan dengan pria bermata hijau emerald di kafe. Tidak ada percakapan, melainkan helaan napas yang berulang kali terdengar seolah-olah beban yang dipikul pundak Louisa berton-ton beratnya. Dia melirik sebentar ekspresi datar Troy dari balik bulu mata lentiknya. Pria itu tak jauh beda, sibuk tenggelam dalam isi kepala dan bingung harus memulai perbincangan setelah lama tak berjumpa.Louisa menarik napas lagi, mengembuskannya melalui mulut lantas berpaling ke sisi kiri menyorot lalu lalang kendaraan. Mungkin sebuah langkah gila saat Louisa justru mengajak Troy minum berdua tuk menghindari Dean yang mengejarnya dari ruang pertemuan. Dan kini, mereka berdua dibelenggu atmosfer kaku.Troy
Shit!"What are you fucking doing here?" pekik Louisa mendapati Dean mendadak muncul tanpa diundang. Sialnya, mengapa pula lelaki itu memergoki dirinya mengamati potret mereka berdua berciuman, seolah-olah menangkap basah kalau Louisa merindukan sentuhan Dean."Aku meneleponmu berulang kali," tandas Dean mendudukkan diri di sisi Louisa dan refleks dia menjauh seperti tak ingin terkena pengaruh sang CEO lagi. Sebelah alis Dean naik lalu mendengus kesal seraya menumpukan sebelah kaki kirinya ke kaki kanan, bersandar ke sofa menerawang adegan film roman yang mungkin sedang ditonton Louisa. "Kau menjaga jarak dariku padahal tadi memandangi foto kita berdua. Dasar picik!""It's not your bussiness!" semb
Pengambilan video pertama untuk film Last Dancing berada di distrik teater Houston, Texas, ketika Louisa mengenakan gaun balet berwarna ungu berbahan tile. Di bagian pinggang dibuat berlapis-lapis mengingatkan pakaian yang dikenakan Tinkerbell, sementara korset ungu berwarna lebih gelap dihias kilau mutiara di bagian dada bergayaoff shoulder.Rambut cokelat sebahu Louisa dibuat bergelombang dipermanis dengan poni dan jepit rambut bermotif bunga keperakan. Dia makin menawan di balik riasan natural yang menonjolkan pulasaneyeshadowgelap tuk mempertegas mata.Di atas sepatupointe, dia menari-nari begitu luwes bersama penari latar yang mengenakankalasiris--kostum Mesir kuno--yang dimodifikasi menggunakan kain gliter hitam dibelah samping agar memaksimalkan pergerakan. Musik mengalun begitu dramatis berbarengan penc
Bersama Theo, Louisa tengah berdialog di mana Abby dan James tengah duduk dan bermain piano bersama. Menyanyikan sebuah lagu dari Bobby Caldwell yang pernah populer di tahun 70-an sambil sesekali melempar kerlingan mata sebagai interaksi kecil di antara dua tokoh utama. Tidak disangka bahwa suara Theo benar-benar merdu untuk didengar sampai-sampai Louisa merasa dirinya tidak sedang menghadapi James, melainkan diri pria manis tersebut.Selagi sutradara tidak menghentikan adegan mereka di sebuah restoran bertema vintage, Theo menarik tangan Louisa agar menari bersama seraya menjentikkan jari ke arah pelayan untuk memutar lagu dari penyanyi jazz Amerika itu. Pelayan berkulit hitam yang menjadicameomengangguk kemudian memutar musik dari piringan hitam. Aktor dan aktris yang dipasangkan oleh penulis naskah itu berdansa di bawah temaram lampu restoran.Ba
Entah harus menjadi kejutan besar atau bukan ketika sosok Dean muncul secara tiba-tiba di depan pintu kamar hotel Louisa seraya melempar kerlingan mata nan menggoda.Dan tanpa rasa bersalah.Mengulurkan sebuah buket mawar merah kepada Louisa seperti memperlakukan gadis itu sebagai kekasih hati, kemudian menarik tubuh Louisa dalam gaun tidur berwarna merah bata yang kontras dengan kulit. Mendekap erat penuh kerinduan lantas meraup bibir sensual Louisa bak orang dimabuk asmara. Pagutan dalam nan liar, membelai dan mencecap mulut gadis itu bagai menyalurkan hasrat panas yang mampu meningkatkan gairah Louisa bagai bermandikan puluhan liter feromon dalam hitungan detik.Tak sempat mengelak saat Dean menahan tengkuk lehernya, Louisa justru menjatuhkan buket bunga tanpa sadar dan refleks meremas kemeja putih yang dikenakan pria tak tahu diri itu. Mera
Louisa membuka matanya malas ketika dering ponsel membangunkan seluruh mimpi indah yang sedang berputar di bawah alam sadar. Mengumpat pelan manakala tangannya tak kunjung menemukan benda sialan itu. Dia mendecak kesal tidak melihat ponsel di atas laci, melainkan tergeletak tak berdaya di lantai tepat di atas tumpukan pakaiannya. Dia mengernyit, menajamkan penglihatan membaca nama sang ibu menelepon.Louisa menguap lebar, mengumpulkan nyawa lalu berpaling ke arah sosok Dean yang seharusnya masih terlelap di sampingnya. Sialan! rutuk Louisa dalam hati. Sepertinya, menghilang menjadi kebiasaan baru Dean selepas percintaan hebat mereka semalam. Namun, Louisa mendapati secarik kertas di atas bantal Dean. Apakah itu semacam surat cinta? batinnya."Ja, Mama, was ist los?"tanya Louisa menekanloud
Puluhan pasang mata tertuju pada mobil Lamborghini hitam yang berhenti di area parkir Buffalo Bayou. Deru mesin terdengar maskulin di telinga membuat siapa saja bakal menebak bahwa sang pemilik adalah lelaki dominan nan berkharisma juga pemikat wanita. Dan mereka tahu siapa yang memiliki mobil tersebut hingga mengundang bisik-bisik orang-orang yang menaruh rasa iri pada perempuan yang duduk di sampingnya. Tidak mudah menjadikan diri mereka pantas di sisi pria di sana, walau harus mengeluarkan banyak air mata sekali pun. Seleranya tidak pernah main-main, bahkan untuk saat ini.Begitu pintu terbuka dan mengarah ke atas bagai burung tengah mengepakkan sayap, Dean keluar seraya melepas kacamata berbingkai keemasan dan menggantungkannya di bagian kerah kemeja biru gelap. Sabuk kulit yang dia kenakan di pinggul sebagai aksesoris celana denim gelapnya, bergoyang seksi seirama pergerakann
Degup jantung Louisa berdetak cepat manakala iris matanya membaca untuk ke sekian kali tagline berita yang ada di internet beserta tangkapan foto bersama Dean di lobi hotel. Entah siapa yang begitu berani menyulut masalah, apalagi mereka menuliskan ada rahasia yang sengaja disembunyikan Louisa dari publik dan menyinggung hubungannya dengan Troy. Dia menggigit kuku jari, mengais-ngais ingatan apakah ada seseorang yang sengaja menguping pembicaraan atau memang seseorang tahu dan membocorkan hal tersebut kepada media. Cory?Louisa menyipitkan mata lalu menggeleng pelan. Sebanyak apa pun pertengkaran yang sudah dilaluinya bersama Cory, Louisa mengenal betul siapa manajernya. Di sisi lain, Cory tak kunjung menghubungi Louisa walau berita tersebut ramai menjadi bahan perbincangan di beberapa situs. Alhasil, dia gelisah bukan main, tak dapat membayangkan kalau manajer yang sudah dianggap sebagai teman sekaligus kakaknya sendiri begitu tega berkhianat. "Hei," panggil Dean menghampiri Louisa
"Ke mana kita?" tanya Louisa penasaran mengapa matanya harus diberi penutup mata."Rahasia," kata Dean melajukan mobil Ranger Over hitam mengilap melintasi jalan Brudermühlstraße sebelum belok kiri menuju Schäftlarnstraße dengan bantuan Google Map.Butuh waktu setidaknya hampir dua jam lebih untuk bisa sampai di sebuah pulau kecil yang ada di lepas pantai Bavaria. Di sana ada sebuah danau cantik yang menghubungkan tiga negara sekaligus, Swiss, Austria, dan Jerman. Jujur saja, semenjak menginjakkan kaki di sini, Dean dibuat jatuh cinta akan pesona-pesona bangunan bersejarah yang disajikan tanah kelahiran kekasihnya. Bagaimana tidak, Dean serasa ditarik melewati lorong waktu di mana kerajaan Eropa tengah berjaya sebelum beberapa tempat rusak akibat perang dunia juga perang saudara antara Jerman Barat dan Timur.Dia tersenyum tipis akhirnya bisa memberi kejutan selepas Louisa kembali ke Jerman. Dia tidak ingin terburu-buru, apalagi setelah delapan tahun banyak hal yang ingin Dean ketahui
Bukan Dean Cross bila tidak menyiapkan segalanya begitu rapi. Sangat rapi sampai-sampai Louisa berpikir bahwa lelaki itu masih suka mendominasi segalanya seperti dulu. Tak disangka kalau ternyata asisten Dean telah bertemu keluarga Louisa juga Cory lantas meminta mereka menaiki sebuah mobil Mercedes Benz Sprinter hitam yang bisa memuat cukup banyak penumpang. Padahal sejujurnya Louisa bisa membawa mobilnya sendiri, namun Dean meminta--lebih tepatnya memerintah--agar memarkirkan kendaraan tersebut sementara waktu. Dean tidak dapat mengalihkan pandangan barang sedetik dan tidak sungkan-sungkan menggenggam tangan Louisa begitu erat. Dia memuji kecantikan gadis itu dan berpendapat bahwa fitur wajah pujaan hatinya diturunkan dari sang ibu. Karoline dan suaminya terbahak-bahak, sementara Louisa tersipu malu. Kini, tidak ada lagi ketegangan di antara mereka layaknya delapan tahun yang pernah menerjang gadis itu. Dean secara pribadi menemui orang tua dan kakak Louisa setiap tahun secara se
Kilat kamera langsung berkelip-kelip manakala Louisa memasuki areared carpetdalam balutan gaun tulle Valentino Couture berwarna hijau zamrud yang dipadu sepatu bertumit tinggi danclutchJimmy Choo. Banyak yang memuji kecantikan Louisa karena detail silan di bagian belakang menampilkan punggung sementara bagian depan potongan V rendah serta pita berpinggang tinggi menonjolkan lekuk tubuh rampingnya. Tidak perlu riasan dan perhiasan mencolok, cukup pulasan warnafuschiadi bibir dan pipinya diberiblushkemerahan agar tampak segar dan bercahaya.Dia tersenyum ke segala arah membiarkan fotografer mengabadikan dirinya sebelum masuk ke aula utamaSchlosstheater Schönbrunn,Austria. Di sana keluarga dan manajernya ikut hadir sebagai tamu undangan peluncuran filmhistorical rom
8 tahun kemudianIngar-bingar tepuk tangan dan suitan terdengar memenuhi aula utamaAltonaer KaispeicherHamburg di mana ajang tahunan perfilman Jerman digelar. Bukan hanya film dan serial TV nasional saja yang akan memenangkan penghargaan dalam beberapa kategori, tapi juga film internasional serta aktor-aktris terbaik melalui pemungutan suara online. Sehingga setiap tahun, orang-orang selalu antusias menanti siapa yang menjadi pemenang.Seorang gadis mengenakanhalter dresskuning mencolok nan kontras dari kulitnya yang putih bak porselen memperlihatkan punggung serta belahan paha yang cukup menggoda. Balutan sepatu bertumit tinggi keemasan berhias mutiara berkilau, tatanan rambutsimpledenganbelah tengah serta riasan&nbs
Dunia seperti berhenti berotasi manakala mereka masih terpaku oleh jarak. Hanya saling mengunci pandang dalam iris mata yang memancarkan jutaan rasa rindu yang kini meledak tanpa bisa dikendalikan. Kornea Dean memerah, tidak menyangka jika gadis itu mau menemuinya setelah bersusah payah mencari cara tuk menarik perhatian Louisa. Dia pikir hanya dengan lukisan-lukisan di SDMA tersebut Louisa mau membuka kembali komunikasi bersamanya lagi. Namun, semua itu di luar ekspektasi Dean sampai harus terbang jauh-jauh menjemput sang pujaan.Ayo, Dean, kau harus menemuinya!Batin Dean memerintah otaknya agar memaksa kaki berbalut pantofel hitam mengilap tuk menepis jarak yang masih membentang. Tak mampu berkedip hanya karena takut jika di depan Dean itu adalah sebuah fatamorgana di antara kegersangan yang menerpa dirinya.
Musim panas di belahan mana pun menjadi musim penuh festival, baik pertunjukan musik, film, pameran budaya, hingga festival makanan. Binar mentari yang lebih lama menerangi Jerman membuat sebagian besar orang-orang menghabiskan waktu untuk bersantai dan menikmati acara secara gratis maupun berbayar. Salah satunya pertunjukan kompetisi balet anak-anak dan remaja yang turut diikuti gadis-gadis dari studio milik Karoline. Mereka berkompetisi, menampilkan tarian-tarian terbaik diiringi lagu-lagu klasik yang dramatis hingga penonton ikut terhanyut di dalamnya.Riuh tepuk tangan pecah ketika formasi tujuh orang anak perempuan mengenakan kostum balet ungu dihias sayap kupu-kupu nan berkilau muncul. Salah satu dari mereka melambaikan tangan tanpa berdosa ke arah Louisa yang berdiri di balik tirai panggung menanti gilirannya keluar, menerbitkan senyum lebar hingga rona merah muncul di pipi
Tanpa sepengetahuan Cory, diam-diam di balkon kamar Louisa, dia membuat akun palsu untuk mencari tahu lebih lanjut tentang lukisan-lukisan itu. Rasa penasaran masih membelenggu mengetahui pada akhirnya Dean memamerkan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan setelah skandal itu terjadi. Terutama, bagaimana Dean bisa memajang semua gambaran dirinya dengan judul-judul berbahasa Italia yang apabila dirangkai menjadi sebuah permohonan maaf. Namun, satu yang menarik perhatian adalah dari mana Dean mendapatkan dirinya tengah memakai gaun balet saat syuting di Houston? Dia ingat bahwa Dean tidak ada di sana. Apa mungkin potongan video itu masih disimpan pihak rumah produser AnB?Ada sesuatu yang terasa hangat membanjiri dirinya saat membaca satu demi satu komentar orang-orang. Entah itu penggemarnya, penikmat seni, atau orang-orang yang dulu menghujat Louisa akibat terpancing isu panas itu.
"Serius dia yang membuatnya?" ucap seorang pengunjung SDMA--San Diego Museum of Art--ketika berada di spot lukisan-lukisan milik Dean. Dia berdiri di depan mahakarya berjudulPazza di teyang diambil dari bahasa Italia yang berarti gila untukmu. Berusaha tidak percaya, tapi nama pelukis yang tertera di bawahnya bukan sebuah halusinasi semata. Dia menganga lebar, berdecak kagum atas buah tangan pria yang selama ini selalu dikira orang-orang sebagai lelaki pemikat wanita, namun pecundang."Wah,This is crazy man!Kenapa dia tidak pernah menunjukkan bakatnya? Kupikir dia hanya bisa memuaskan perempuan saja, haha..." timpal yang lain. "Aku suka suasananya solah-olah sedang melihat gadis itu menari di atas panggung. Apa dia pelukis impresionisme seperti Marry Cassatt?""Vladimir Volegov?
Bidikan kamera mengabadikan sosok Dean dalam setelan formal dalam sebuah konferensi pers setelah berbulan-bulan tidak ada pernyataan resmi dari bibir pria itu. Di aula gedung Cross Agency yang dipenuhi wartawan, dia duduk didampingi sang asisten juga petinggi agensi sambil sesekali mengatur napas tuk menutupi kegugupan usai sekian lama bungkam bagai pengecut. Skandal yang menyandung namanya terkait kematian mendiang Oliver, masa lalu bersama Anastasia, hingga Louisa Bahr beruntun ke beberapa aktris dan aktor yang memutuskan hengkang dari sana, akan diluruskan Dean.Selama berhari-hari selepas Mr. Reese memberinya wejangan, Dean lebih banyak merenungi setiap kata yang diucapkan lelaki itu. Menilik betapa bajingan dirinya, termasuk sifat egois yang menghancurkan mimpi seseorang. Cinta telah membuat Dean buta setengah mati, mengubah dirinya menjadi manusia manipulatif juga obsesif. D