Puluhan pasang mata tertuju pada mobil Lamborghini hitam yang berhenti di area parkir Buffalo Bayou. Deru mesin terdengar maskulin di telinga membuat siapa saja bakal menebak bahwa sang pemilik adalah lelaki dominan nan berkharisma juga pemikat wanita. Dan mereka tahu siapa yang memiliki mobil tersebut hingga mengundang bisik-bisik orang-orang yang menaruh rasa iri pada perempuan yang duduk di sampingnya. Tidak mudah menjadikan diri mereka pantas di sisi pria di sana, walau harus mengeluarkan banyak air mata sekali pun. Seleranya tidak pernah main-main, bahkan untuk saat ini.
Begitu pintu terbuka dan mengarah ke atas bagai burung tengah mengepakkan sayap, Dean keluar seraya melepas kacamata berbingkai keemasan dan menggantungkannya di bagian kerah kemeja biru gelap. Sabuk kulit yang dia kenakan di pinggul sebagai aksesoris celana denim gelapnya, bergoyang seksi seirama pergerakann
Degup jantung Louisa berdetak cepat manakala iris matanya membaca untuk ke sekian kali tagline berita yang ada di internet beserta tangkapan foto bersama Dean di lobi hotel. Entah siapa yang begitu berani menyulut masalah, apalagi mereka menuliskan ada rahasia yang sengaja disembunyikan Louisa dari publik dan menyinggung hubungannya dengan Troy. Dia menggigit kuku jari, mengais-ngais ingatan apakah ada seseorang yang sengaja menguping pembicaraan atau memang seseorang tahu dan membocorkan hal tersebut kepada media. Cory?Louisa menyipitkan mata lalu menggeleng pelan. Sebanyak apa pun pertengkaran yang sudah dilaluinya bersama Cory, Louisa mengenal betul siapa manajernya. Di sisi lain, Cory tak kunjung menghubungi Louisa walau berita tersebut ramai menjadi bahan perbincangan di beberapa situs. Alhasil, dia gelisah bukan main, tak dapat membayangkan kalau manajer yang sudah dianggap sebagai teman sekaligus kakaknya sendiri begitu tega berkhianat. "Hei," panggil Dean menghampiri Louisa
Cukup lama dia mengamati garis wajah perempuan di depannya, menumpahkan rasa rindu yang dirasa terlalu lama dipendam seorang diri. Kelegaan menjalari seluruh tulang Dean bisa bertemu setelah sekian lama. Hatinya meletup-letup tak karuan seperti memenangkan undian besar walau perjumpaan ini harus dilakukan secara privat di sebuah restoran bergaya Jepang.Andaikan bisa, ingin rasanya Dean menghentikan waktu agar pertemuan yang susah payah direncanakan tak berlalu begitu saja. Dia akan selalu merasa betah walau di tempat terdingin sekalipun, asalkan bersama gadisnya. Belahan jiwanya yang telah lama hilang. Cinta lama yang tidak pernah bisa dia lupakan.Tidak dapat dipungkiri kalau masih ada perasaan terpendam yang dipancarkan Dean kepada Anastasia. Bagaimana pria itu menilik wajah cantik Anastasia tanpa kedip sambi m
"Troy..." lirih Louisa mendadak suasana hatinya buruk seketika mendengar pernyataan itu lagi.Dia berpaling, menghindari tatapan Troy yang terkesan menaruh harapan tinggi atas hubungan mereka sekarang. Tiba-tiba pemandangan di sekelilingnya tak lagi menarik perhatian Louisa, berganti sekelebat bayangan betapa menyakitkan akhir kisah cintanya kala itu dan perasaannya pada Dean yang menggebu-gebu. Di sisi lain, dia memang membuka jalan untuk Troy tapi bukan sebagai kekasih hati, melainkan sebagai teman karena paham bagaimana rasanya dicampakkan oleh orang lain. Dan sekarang, dia seperti menggali lubang kuburannya sendiri.Troy menarik tangan Louisa, menggenggam erat lalu menciumnya lembut. Pandangan pria itu seteduh langit yang mendinginkan emosi, semanis madu di tengah rasa lapar akan masa-masa indah penuh ha
Dean menggeram, melonggarkan ikatan dasi yang terasa mencekik saat mengetahui rekaman pembicaraanya bersama Anastasia tersebar tanpa bisa dicegah lagi. Beranjak dari kursi yang terasa panas jikalau dia hanya berdiam diri di sana tanpa memikirkan jalan keluar. Apalagi sedari tadi banyak panggilan masuk dari orang-orang yang menuntut Dean memberi klarifikasi atas ucapannya itu. Andai bisa, mungkin kepala Dean sudah meledak tak sanggup menerima banyak tekanan secara bersamaan apalagi menyeret nama-nama kekasihnya yang lain.Yang tidak dia ingat kecuali Louisa.Seraya berkacak pinggang, Dean berjalan mondar-mandir dan mendengarkan penjelasan Mr. Reese terkait pertemuan rahasia berujung bencana. Bentang gedung-gedung pencakar langit yang ada di Downtown seperti barisan manusia-manusia yang menunggunya di depan pintu agens
Pertemuan tertutup terpaksa dilakukan tim produser termasuk Christine di gedung AnB untuk membahas pemeran utama mereka yang terlibat skandal. Beberapa orang tengah berbisik-bisik sesekali melirik Louisa yang duduk di ujung meja di dampingi Cory. Kebanyakan di antara mereka tidak menyangka bahwa artis itu mau saja dibodohi Dean untuk menjadi teman kencan. Siapa yang tidak tahu rekam jejak Dean bersama perempuan? Harusnya Louisa bisa memilah mana yang benar-benar mengajaknya kencan atau sekadar bermain-main, pikir mereka.Di sisi lain, suasana tampak tegang walau cangkir-cangkir berisi kopi tersedia di depan mereka sebagai penenang keadaan. Ditambah mesin pendingin turut membantu melenyapkan kepulan asap yang keluar dari kepala-kepala produser. Sayang, sepertinya semua itu tidak banyak membantu selama jagat internet ramai membicarakan Louisa dan Dean.
Agensi Cross makin dibanjiri wartawan seolah-olah berita miring dan skandal hubungan antara Dean dan Louisa, juga nama Anastasia sebagai kekasih tak terungkap belum cukup. Mereka dikejutkan dengan surat terbuka yang diunggah Louisa di laman Instagram dan Twitter setelah berhari-hari menonaktifkan akun. Tentu saja hal tersebut mengundang banyak spekulasi kalau Louisa memang menjalin asmara bersama Dean hanya untuk mendongkrak popularitas semata.Alhasil, orang-orang ikut mempertanyakan kejelasan peran yang akan dibintangi Louisa di film mendatang. Menerka-nerka apakah pihak produser mengeluarkannya dari proyek atau tidak. Di sisi lain, ada saja yang mencoba meredamkan ketegangan dengan mengingat-ingat kembali bagaimana sepak terjang Louisa sampai di titik teratas, ketika namanya selalu dipuja-puja sebagai aktor terbaik tahun ini.
Gambaran perempuan di atas kanvas yang sedang menekan tuts piano seraya mengukir senyum menawan, kini terlihat seakan-akan tengah mengolok-olok Dean. Semua ekspektasi yang tadinya menari-nari di kepala Dean bagai pintu bercahaya di tengah ruang gelap kini lenyap tanpa jejak. Apa yang diharapkan pria itu nyatanya sekadar angan bagi Anastasia.Seraya menyandarkan pantat di pinggir mejadisplaybarang-barang milik Anastasia di galeri rahasia, dia meneguk wiski dari botol kristal sampai-sampai cairan kecokelatan itu merembes dan mengenai kemeja putihnya yang terbuka. Jika orang lain menangkap penampilan berantakan Dean, mereka berpikir bahwa pria itu baru saja mengalami patah hati terhebat.Lihat saja, ikatan dasinya melonggar nyaris lepas dari kerah, rambut yang biasanya tertata rapi kini ikut berantakan seiring ekspresi wajah penuh kekecewaan itu terpan
Sudah berapa lama?Itu yang terlintas di benak Louisa setiap kali terbangun mengamati langit-langit kamarnya dari hari ke hari saat menjalani hidup baru di Munchen. Dia mengerutkan kening beberapa saat, berpaling ke arah kalender yang ada di laci tempat tidur di sisi kiri. Menghilang dari dunia hiburan membuat semuanya terasa lebih cepat, mungkin dua atau tiga musim telah berlalu dan jarak antara kehidupan lama makin membentang.Dia bangkir dari posisinya, mengikat secara asal rambut cokelat yang telah memanjang sampai punggung. Berjalan mendekati jendela dan membukanya untuk membiarkan udara bercumbu dengan atmosfer kamar. Louisa menghirup dalam-dalam, memejamkan mata merasakan belaian hangat sang mentari walau dari siaran berita kemarin nanti siang akan turun hujan.