Cukup lama dia mengamati garis wajah perempuan di depannya, menumpahkan rasa rindu yang dirasa terlalu lama dipendam seorang diri. Kelegaan menjalari seluruh tulang Dean bisa bertemu setelah sekian lama. Hatinya meletup-letup tak karuan seperti memenangkan undian besar walau perjumpaan ini harus dilakukan secara privat di sebuah restoran bergaya Jepang.
Andaikan bisa, ingin rasanya Dean menghentikan waktu agar pertemuan yang susah payah direncanakan tak berlalu begitu saja. Dia akan selalu merasa betah walau di tempat terdingin sekalipun, asalkan bersama gadisnya. Belahan jiwanya yang telah lama hilang. Cinta lama yang tidak pernah bisa dia lupakan.
Tidak dapat dipungkiri kalau masih ada perasaan terpendam yang dipancarkan Dean kepada Anastasia. Bagaimana pria itu menilik wajah cantik Anastasia tanpa kedip sambi m
"Troy..." lirih Louisa mendadak suasana hatinya buruk seketika mendengar pernyataan itu lagi.Dia berpaling, menghindari tatapan Troy yang terkesan menaruh harapan tinggi atas hubungan mereka sekarang. Tiba-tiba pemandangan di sekelilingnya tak lagi menarik perhatian Louisa, berganti sekelebat bayangan betapa menyakitkan akhir kisah cintanya kala itu dan perasaannya pada Dean yang menggebu-gebu. Di sisi lain, dia memang membuka jalan untuk Troy tapi bukan sebagai kekasih hati, melainkan sebagai teman karena paham bagaimana rasanya dicampakkan oleh orang lain. Dan sekarang, dia seperti menggali lubang kuburannya sendiri.Troy menarik tangan Louisa, menggenggam erat lalu menciumnya lembut. Pandangan pria itu seteduh langit yang mendinginkan emosi, semanis madu di tengah rasa lapar akan masa-masa indah penuh ha
Dean menggeram, melonggarkan ikatan dasi yang terasa mencekik saat mengetahui rekaman pembicaraanya bersama Anastasia tersebar tanpa bisa dicegah lagi. Beranjak dari kursi yang terasa panas jikalau dia hanya berdiam diri di sana tanpa memikirkan jalan keluar. Apalagi sedari tadi banyak panggilan masuk dari orang-orang yang menuntut Dean memberi klarifikasi atas ucapannya itu. Andai bisa, mungkin kepala Dean sudah meledak tak sanggup menerima banyak tekanan secara bersamaan apalagi menyeret nama-nama kekasihnya yang lain.Yang tidak dia ingat kecuali Louisa.Seraya berkacak pinggang, Dean berjalan mondar-mandir dan mendengarkan penjelasan Mr. Reese terkait pertemuan rahasia berujung bencana. Bentang gedung-gedung pencakar langit yang ada di Downtown seperti barisan manusia-manusia yang menunggunya di depan pintu agens
Pertemuan tertutup terpaksa dilakukan tim produser termasuk Christine di gedung AnB untuk membahas pemeran utama mereka yang terlibat skandal. Beberapa orang tengah berbisik-bisik sesekali melirik Louisa yang duduk di ujung meja di dampingi Cory. Kebanyakan di antara mereka tidak menyangka bahwa artis itu mau saja dibodohi Dean untuk menjadi teman kencan. Siapa yang tidak tahu rekam jejak Dean bersama perempuan? Harusnya Louisa bisa memilah mana yang benar-benar mengajaknya kencan atau sekadar bermain-main, pikir mereka.Di sisi lain, suasana tampak tegang walau cangkir-cangkir berisi kopi tersedia di depan mereka sebagai penenang keadaan. Ditambah mesin pendingin turut membantu melenyapkan kepulan asap yang keluar dari kepala-kepala produser. Sayang, sepertinya semua itu tidak banyak membantu selama jagat internet ramai membicarakan Louisa dan Dean.
Agensi Cross makin dibanjiri wartawan seolah-olah berita miring dan skandal hubungan antara Dean dan Louisa, juga nama Anastasia sebagai kekasih tak terungkap belum cukup. Mereka dikejutkan dengan surat terbuka yang diunggah Louisa di laman Instagram dan Twitter setelah berhari-hari menonaktifkan akun. Tentu saja hal tersebut mengundang banyak spekulasi kalau Louisa memang menjalin asmara bersama Dean hanya untuk mendongkrak popularitas semata.Alhasil, orang-orang ikut mempertanyakan kejelasan peran yang akan dibintangi Louisa di film mendatang. Menerka-nerka apakah pihak produser mengeluarkannya dari proyek atau tidak. Di sisi lain, ada saja yang mencoba meredamkan ketegangan dengan mengingat-ingat kembali bagaimana sepak terjang Louisa sampai di titik teratas, ketika namanya selalu dipuja-puja sebagai aktor terbaik tahun ini.
Gambaran perempuan di atas kanvas yang sedang menekan tuts piano seraya mengukir senyum menawan, kini terlihat seakan-akan tengah mengolok-olok Dean. Semua ekspektasi yang tadinya menari-nari di kepala Dean bagai pintu bercahaya di tengah ruang gelap kini lenyap tanpa jejak. Apa yang diharapkan pria itu nyatanya sekadar angan bagi Anastasia.Seraya menyandarkan pantat di pinggir mejadisplaybarang-barang milik Anastasia di galeri rahasia, dia meneguk wiski dari botol kristal sampai-sampai cairan kecokelatan itu merembes dan mengenai kemeja putihnya yang terbuka. Jika orang lain menangkap penampilan berantakan Dean, mereka berpikir bahwa pria itu baru saja mengalami patah hati terhebat.Lihat saja, ikatan dasinya melonggar nyaris lepas dari kerah, rambut yang biasanya tertata rapi kini ikut berantakan seiring ekspresi wajah penuh kekecewaan itu terpan
Sudah berapa lama?Itu yang terlintas di benak Louisa setiap kali terbangun mengamati langit-langit kamarnya dari hari ke hari saat menjalani hidup baru di Munchen. Dia mengerutkan kening beberapa saat, berpaling ke arah kalender yang ada di laci tempat tidur di sisi kiri. Menghilang dari dunia hiburan membuat semuanya terasa lebih cepat, mungkin dua atau tiga musim telah berlalu dan jarak antara kehidupan lama makin membentang.Dia bangkir dari posisinya, mengikat secara asal rambut cokelat yang telah memanjang sampai punggung. Berjalan mendekati jendela dan membukanya untuk membiarkan udara bercumbu dengan atmosfer kamar. Louisa menghirup dalam-dalam, memejamkan mata merasakan belaian hangat sang mentari walau dari siaran berita kemarin nanti siang akan turun hujan.
Bidikan kamera mengabadikan sosok Dean dalam setelan formal dalam sebuah konferensi pers setelah berbulan-bulan tidak ada pernyataan resmi dari bibir pria itu. Di aula gedung Cross Agency yang dipenuhi wartawan, dia duduk didampingi sang asisten juga petinggi agensi sambil sesekali mengatur napas tuk menutupi kegugupan usai sekian lama bungkam bagai pengecut. Skandal yang menyandung namanya terkait kematian mendiang Oliver, masa lalu bersama Anastasia, hingga Louisa Bahr beruntun ke beberapa aktris dan aktor yang memutuskan hengkang dari sana, akan diluruskan Dean.Selama berhari-hari selepas Mr. Reese memberinya wejangan, Dean lebih banyak merenungi setiap kata yang diucapkan lelaki itu. Menilik betapa bajingan dirinya, termasuk sifat egois yang menghancurkan mimpi seseorang. Cinta telah membuat Dean buta setengah mati, mengubah dirinya menjadi manusia manipulatif juga obsesif. D
"Serius dia yang membuatnya?" ucap seorang pengunjung SDMA--San Diego Museum of Art--ketika berada di spot lukisan-lukisan milik Dean. Dia berdiri di depan mahakarya berjudulPazza di teyang diambil dari bahasa Italia yang berarti gila untukmu. Berusaha tidak percaya, tapi nama pelukis yang tertera di bawahnya bukan sebuah halusinasi semata. Dia menganga lebar, berdecak kagum atas buah tangan pria yang selama ini selalu dikira orang-orang sebagai lelaki pemikat wanita, namun pecundang."Wah,This is crazy man!Kenapa dia tidak pernah menunjukkan bakatnya? Kupikir dia hanya bisa memuaskan perempuan saja, haha..." timpal yang lain. "Aku suka suasananya solah-olah sedang melihat gadis itu menari di atas panggung. Apa dia pelukis impresionisme seperti Marry Cassatt?""Vladimir Volegov?