All Chapters of Kebangkitan Istri Yang Diabaikan: Chapter 81 - Chapter 90

189 Chapters

Bab 81. Dupa Harum

Dupa harum di kamar itu tidak hanya membuat Ara terbius, tapi Wei yang datang setelahnya juga ikut terkena pengaruh dupa tersebut.Stefani telah memperhitungkan segalanya dengan cermat. Dia tahu jika di antara Ara dan Luke ada yang tetap dalam keadaan sadar, maka usahanya akan sia-sia.Luke diketahui Stefani adalah pria yang sopan. Dia juga sangat mencintai Ara. Tentunya luke tidak akan mau menodai Ara di saat cucu perempuannya itu sedang tidak sadar. Walau semua sudah di rencanakan masak-masak oleh Stefani, tetap saja perhitungannya meleset ketika yang memasuki kamar tersebut adalah Wei, bukan Luke sebagaimana yang telah di rencanakan olehnya."Mereka sudah masuk?" tanya Stefani kepada pelayan yang disuruhnya."Sudah, Nyonya.""Bagus, bawa aku ke sana!" kata Stefani sambil bangun dari duduknya.Stefani berdiri di luar kamar belakang hanya untuk mengawasi pergerakan di dalam kamar. Dia mengangguk dan tersenyum puas ketika mendengar suara-suara ambigu keluar dari dalam kamar yang terd
Read more

Bab 82. Seperti mucikari   

"Siapa yang kamu cari?" tanya Thomas kepada Juwita.Sejak tadi dia melihat adiknya sibuk berkeliling dan celingak-celinguk di seputar ruang pesta."Aku mencari pengusaha Indonesia itu," kata Juwita dengan mata yang masih jelalatan di seluruh ruangan."Coba tanyakan pada pelayan," kata Thomas memberi saran.Juwita mengikuti saran kakaknya dan menarik salah satu pelayan neneknya ke pojok ruangan."Apakah kamu melihat di mana pengusaha Indonesia yang sebelumnya datang bersama pamanku?" tanya Juwita kepada pelayan yang di tariknya itu."Pria itu mengikuti tuan Luke ke kamar belakang. Tapi ketika tuan Luke kembali, pria itu tidak kembali lagi," jawab pelayan itu jujur."Kamar belakang?""Iya, Nona.""Sial!" kata Juwita sambil bergegas ke kamar belakang.Tanpa ba-bi-bu dia langsung menggedor pintu kamar yang masih tertutup rapat dan terkunci.Ara yang sedang tertidur pulas, langsung terbangun mendengar gedoran tersebut.Dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi. Sepertinya suaminya s
Read more

Bab 83. Wei Ingin Memijat Ara  

Stefani terkejut mendengar kata-kata Wei yang mengatakan kalau Ara adalah istrinya.Sejak kapan? Mengapa dia tidak mengetahuinya?Sementara itu Juwita yang sebelumnya telah mendengar pengakuan yang sama dari mulut Ara tampak tercengang.Dia pikir apa yang dikatakan oleh Ara hanyalah omong kosong belaka. Siapa yang tahu kalau Wei juga akan mengatakan hal yang sama?"Apakah itu benar?" tanya Stefani mengalihkan tatapannya kepada Paul dan Hanna."Itu benar!" kata Hanna tegas.Dia benar-benar merasa puas, melihat ibu mertuanya tampak terpukul, mendengar Lanara telah menikah dengan Wei."Kalian benar-benar tidak sopan! Kalian telah melangkahi izinku!" kata Stefani marah.Dia memelototi Paul dan Hanna. Stefani tahu anak dan menantunya ini tidak pernah menaruh dirinya di dalam hati mereka. Namun, Stefani benar-benar tidak pernah mengira kalau Paul dan Hanna juga tidak akan menaruhnya di mata mereka."Ma, aku tidak ingin mengatur pernikahan putriku, biarlah itu menjadi pilihannya sendiri," ka
Read more

Bab 84. Menulis Nama Terbalik   

"Yakin."Wei tersenyum penuh kemenangan ketika Ara tidak lagi mewaspadainya.Tidak lama kemudian ....Suara-suara ambigu kembali memenuhi ruang kamar tersebut.'Pria memang tidak bisa dipercaya!' Ara tidak tahu apakah harus kesal atau bahagia melihat suaminya mudah sekali tertarik pada tubuh polosnya.Dia merasa tidak berdaya dan terus gemetar di bawah guncangan Wei yang seperti tidak ada lelahnya.Luke hanya berdiri terpaku di depan kamar, mendengar suara-suara ambigu yang menyakitkan hatinya terus terdengar dari dalam kamar.Sebelumnya dia telah bertemu dengan Hanna dan menanyakan tentang kondisi Ara.Hanna bilang, Ara telah sadar dari pengaruh obat dan sedang beristirahat di kamar ini.Siapa tahu ketika dia sampai di tempat ini yang didengarnya adalah suara-suara pertempuran musim semi antara Wei dan Ara.Luke merasa matanya panas dan berkaca-kaca karena menahan rasa sakit di hatinya."Ara ...."Desis Luke dengan suara yang hampir tersedak."Luke, apa yang kamu lakukan di sini?"
Read more

Bab 85. Bencana Pendengaran   

Ara memutar bola matanya ketika mendengar kata-kata arogan dan penuh kebanggaan dari mulut suaminya.Mereka meninggalkan kamar belakang dengan Wei menggendong Ara di tangannya.Ara menyembunyikan wajahnya di dada Wei karena merasa malu. Walau dia mengakui kebenaran kata-kata suaminya, tetap saja dia merasa malu di gendong ala putri di depan tamu undangan neneknya yang masih berpesta."Bagaimana keadaanya?" tanya Luke mengerutkan kening melihat Ara yang keluar dengan digendong oleh Wei.Separah apa Ara hingga dia tidak bisa berjalan sendiri?"Dia sedang tidur!" kata Wei sambil menahan kepala Ara ke dadanya kembali ketika dia merasakan istrinya itu ingin melihat Luke.Ara yang awalnya ingin menyapa Luke, mengurungkan niatnya dan pura-pura tertidur pulas."Apakah tidak sebaiknya kita membawanya ke dokter?" tanya Luke khawatir."Tidak perlu, ini adalah hal yang biasa dan sering terjadi di antara kami," kata Wei berusaha mengipasi kecemburuan di hati lawan cintanya." ... " Luke terdiam da
Read more

Bab 86. Tagihan 

Dua hari kemudian, Wei kembali ke Indonesia. Ara memutuskan untuk mengunjungi butik milik Jennie dan memilih beberapa baju di sana.Namun, saat ini Jennie sedang keluar dan Ara malah bertemu dengan Juwita.Ara berusaha acuh tak acuh kepada sepupunya itu. Walau dia telah mengabaikan, orang tertentu malah ingin mencari masalah dengannya."Pandangan Nona memang tepat sekali, ini adalah gaun terbaru yang baru saja dikirim oleh desainer utama kami," kata pelayan toko kepada Ara ketika dia melihat Ara sedang mengamati sebuah pakaian berwarna hijau toska."Kalau begitu aku akan mencobanya ... tolong turunkan pakaian itu," kata Ara menanggapi kata-kata pelayan toko yang menghampirinya.Matanya tidak pernah lepas dari pakaian tersebut. Siapa sangka ketika pakaian itu di lepas dari pajangan, Juwita langsung merebutnya dari tangan pelayan toko."Aku ingin pakaian ini!" kata Juwita sambil menatap Ara dan pelayan toko dengan sikap angkuh. "Tapi Nona, pakaian ini sudah dipilih oleh Nona yang ini,
Read more

Bab 87. Memberikan Pelajaran

Ketika Juwita pulang, dia terkejut melihat kepala toko masih menunggunya di ruang tamu."Nona, kami telah menunggu lama untuk bayaran atas barang yang Nona borong di toko kami," kata salah satu kepala toko ketika melihat Juwita masuk ke dalam rumah."Apakah belum di bayar?" tanya Juwita bingung."Belum, Nona. Nenek anda menyuruh tuan Thomas untuk menyelesaikan bayaran kami. Namun, tuan Thomas menolak dan mengatakan Nona yang akan membayar sendiri semua ini.""Aku membayar sendiri?" tanya Juwita seraya membelalakkan matanya.Teganya Thomas berkata seperti itu kepadanya. Harta warisan yang dirinya miliki jauh lebih sedikit dari kakak laki-lakinya tersebut. Jika dia membayar semua barang yang dibelinya dengan menggunakan harta warisan, maka harta itu akan habis atau menipis. Tiba-tiba saja Juwita merasa menyesal karena telah terbawa nafsu untuk mengalahkan dan mempermalukan sepupunya Lanara.Jika tahu semua ini akan merugikan dirinya sendiri, Juwita pasti akan berpikir dua kali untuk me
Read more

Bab 88. Terlihat Lebih Cantik  

Dia hanya ingin mendidik putrinya menjadi gadis yang baik hati, sopan dan penyayang. Apakah didikannya selama ini salah? Apakah didikannya yang telah membuat anaknya begitu mudah diintimidasi oleh keluarga suaminya? Apakah karena ini mereka jadi menganggap Ara lemah dan tidak akan melawan diperlakukan seperti apapun oleh mereka?Padahal Hanna hanya ingin membuat Ara bisa diterima di keluarga papanya sendiri."Mama?" Ara terkesiap mendapati mama angkatnya menangis sedih di pundaknya."Ini salah Mama, gara-gara latar belakang Mama yang tidak layak, kamu jadi diremehkan oleh keluarga Papamu," kata Hanna dengan suara terisak."Tidak, bukan salah mama terlahir dari keluarga biasa saja. Tidak ada orang yang bisa memilih dimana mereka akan dilahirkan. Keluarga Papa memang terlalu kolot. Ma, mari kita menjauh saja dari mereka jika mereka tidak bisa menerima kita," kata Ara sambil memegang tangan Hanna dan menatapnya sungguh-sungguh."Tapi papamu ....""Aku yakin Papa juga pasti sudah tahu
Read more

Bab 89. Mempertontonkan Kemesraan  

Tanpa sadar Ara meneteskan air matanya karena merasa frustasi."Jangan menangis Ara ... jangan menangis," kata Wei sambil memeluk istrinya erat.Dia seperti bisa merasakan kesakitan yang telah diderita oleh istrinya. Ini memang salahnya. "Tidak apa jika kamu tidak mau tinggal di rumah ini, kita akan pindah kemanapun kamu mau. Selama kamu bahagia dan mau memaafkan aku," kata Wei lagi masih memeluk istrinya.Dia mengusap punggung Ara, berusaha untuk menenangkan dan menghiburnya. "Wei! Apa yang kamu lakukan pada menantuku? Mengapa kamu membuat menantu kesayangan Mama menangis?!" tanya Nina sambil memukul punggung anaknya marah.Bisa-bisanya Wei membuat Ara menangis saat pertama kali pulang ke Indonesia lagi.Apakah putra bodohnya ini masih menginginkan istrinya?Wei meringis, melepaskan pelukannya dari Ara. Pukulan mamanya sangat pedas dan menyakitkan."Sakit, Ma. Mengapa mama memukulku seperti ini?" tanya Wei memprotes Nina yang memukuli dirinya tanpa belas kasihan."Itu hukuman karen
Read more

Bab 90. Balas Dendam Ara

"Apakah itu masalah buatmu? Kami suami istri yang sah, jangankan berbisik, melakukan apapun kami sah-sah saja," kata Ara sambil tersenyum bangga.Wei menatap istrinya dengan tatapan memanjakan. Dia paling suka jika melihat istrinya membanggakan hubungan mereka.Rina cemberut mendengar kata-kata Ara. Tatapan memanjakan Wei kepada istrinya, membuat hati Rina semakin terbakar cemburu.Kapan Wei bisa menatapnya dengan tatapan seperti itu? Dia rela memberikan apa saja jika Wei juga mau bersikap seperti itu kepada dirinya."Kamu benar-benar tidak tahu malu memamerkan kemesraan di depan umum!" kata Rina geram."Mengapa harus malu? Dia suamiku bukan suami orang!" kata Ara sambil tersenyum melirik Wei.Yang dilirik balas tersenyum dan mengecup punggung tangannya penuh pemujaan dan rasa sayang."Istriku benar, kita tidak harus malu karena kita pasangan sah, bukan pasangan selingkuh," kata Wei membenarkan perkataan istrinya.Rina mengepalkan telapak tangannya erat. Dia merasakan hatinya berdarah
Read more
PREV
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status