Semua Bab Kebangkitan Istri Yang Diabaikan: Bab 71 - Bab 80

189 Bab

Bab 71. Niat Kotor Kepada Ara

Wei melambaikan tangannya ke arah Ara. Ara mendekati Wei dengan ekspresi bertanya."Berikan ponselmu, aku ingin bicara dengan Paul," kata Wei kepada Ara."Oh ... Ma, Pa. Ada yang ingin bicara pada kalian," kata Ara memberitahu Paul dan Hanna."Siapa? Apakah dia ...."Paul teringat Wei yang dia tahu sebagai suami sah Ara.Di bertanya-tanya apakah putri angkatnya ini sudah berbaikan dengan suaminya?Lalu Paul menoleh ke arah istrinya. Dia ingin melihat bagaimana reaksi istrinya, ketika mendengar ada seorang pria di dekat putrinya, pada malam hari seperti ini."Iya Pa, dia Wei," kata Ara memberitahukan."Siapa itu? Apakah pria itu pacarmu?" tanya Hanna dengan wajah serius.Wajahnya tampak bermartabat, ketika mendengar ada seorang pria di dekat putrinya pada malam hari seperti ini.Dia bukan orang bule yang menganut paham kebebasan. Putrinya juga saat ini ada di Indonesia, di mana yang namanya tinggal bersama sebelum menikah akan mendapat banyak hujatan dari warga sekitar.Namun, kalaupun
Baca selengkapnya

Bab 72. Diculik

Keesokan harinya ....Ara tampak sibuk memasak di rumahnya. Mulai pagi ini, Wei dan Ara sepakat akan tinggal di rumah Paul sementara mereka belum bisa pindah ke rumah yang lain. Rencananya kedepan, mereka akan pindah ke rumah yang lokasinya dekat dengan rumah keluarga kandung Ara.Namun, semua itu harus menunggu hingga Ara siap untuk menemui keluarga kandungnya.Suara dering telepon dari ponselnya, membuat Ara menghentikan kegiatannya sejenak. Dia meraih ponsel yang tergeletak di atas meja makan."Halo?" sapa Ara sambil mengelap tangannya yang basah ke lap makan yang ada di meja."Halo, apakah ini istri tuan Wei?""Ya, benar.""Kami dari klinik desa ingin memberitahukan kalau suami ibu mengalami kecelakaan dan sedang dirawat di klinik kami ...."Ara shock hingga tidak dapat berkata-kata ketika mendengar penjelasan dari pihak si penelepon.Dia duduk merosot di lantai dengan wajah pucat dan tubuh gemetar antara sedih dan cemas. Ara sampai tidak menyadari kalau si penelepon telah menutu
Baca selengkapnya

Bab 73. Terjengkang Ke Kasur

Sampai keesokan harinya, Wei masih belum mendapatkan kabar tentang Ara dan dia semakin cemas."Aku ke kantor polisi saja untuk meminta bantuan," kata Wei kepada Nina dan Wuzini yang saat ini masih setia menemaninya."Sarapan dulu Wei!" kata Nina mengejar dan mengingatkan putra semata wayangnya yang saat ini sudah keluar dari pintu rumah."Nggak usah, Ma," kata Wei sambil bergegas masuk ke dalam mobilnya."Wei!" panggil Nina cemas."Sudahlah ... biarkan saja dia, dia sedang cemas dan kalut, istrinya hilang. Bagaimana dia bisa makan?" Wuzini memegang kedua bahu istrinya dari belakang dan berusaha untuk menenangkannya."Kemana sebenarnya Ara pergi?" tanya Nina cemas.Perasaannya saat ini benar-benar tidak enak. Wuzini memeluk istrinya dari belakang sambil berpikir."Bagaimana kalau kita hubungi orang tua angkatnya? Mungkin dia mengetahui di mana Ara berada saat ini," usul Wuzini kepada istrinya."Kamu benar ... tapi aku tidak punya nomor telepon orang itu," kata Nina sambil menepuk dah
Baca selengkapnya

Bab 74. Meminta Pembuktian

"Kamu bodoh!" kata Rina tanpa rasa takut.Gara-gara kebodohan Max rencana mereka gagal dan sekarang mereka menjadi buronan polisi."Kurang ajar! Jangan kamu kira bisa meremehkanku hanya karena kejadian ini. Bagaimana pun kondisiku kamu tetap boneka mainanku. Jadi jangan macam-macam!" kata Max dengan nada mengancam.Rina tidak berkutik ketika Max melampiaskan kemarahannya pada tubuhnya.Dia terombang ambing di atas kasur sampai sore hari, dengan berbagai gaya mengikuti kemauan Max.Kalau dia sudah tidak membutuhkan pria tua ini, mungkin Rina akan membunuhnya di saat pria ini lengah.Paul dan Hanna merasa senang karena melihat Ara sudah siuman."Bagaimana perasaanmu?" tanya Paul perhatian."Pusing," kata Ara sambil mengurut pelipisnya."Wajar, kamu baru saja siuman. Mungkin setelah beberapa saat nanti kamu akan merasa lebih baik lagi," hibur Paul sambil menepuk kepala Ara."Nak, katakan pada Mama, siapa yang telah membuatmu menderita seperti ini?" tanya Hanna dengan mata yang berkaca-ka
Baca selengkapnya

Bab 75. Jangan Memberi Harapan   

"Luke, saat ini Papa mungkin sedang tidak mood karena dia baru saja bertengkar dengan Mama," kata Ara mencoba membuat Luke tidak salah paham pada sikap Paul saat ini."Ara!" tegur Paul dan Hanna bersamaan.Mereka benar-benar terkejut dengan sikap Ara yang mengungkapkan pertengkaran mereka kepada Luke.Bisa-bisanya Ara menceritakan pertengkaran mereka pada orang luar. Ini benar-benar memalukan.Luke tersenyum mendengar penjelasan Ara dan melihat bagaimana malunya Paul dan Hanna karena ketahuan habis bertengkar oleh orang luar seperti dirinya. "Syukurlah," kata Luke tidak dapat menyembunyikan rasa leganya.Biarpun Paul hanya orang tua angkat bagi Ara, tapi Luke tahu seberapa besar timbangan Paul dan Hanna di hati Ara.Dia tidak ingin menambahkan penghalang bagi cintanya kepada Ara. Cukup Wei saja yang harus dia singkirkan di jalannya. Luke tidak ingin menyingkirkan Paul dan Hanna juga karena itu pasti akan membuat Ara menjauhinya.Paul menatap Luke serba salah. Sebagai orang tua, Paul
Baca selengkapnya

Bab 76. Mana Tahu

Tiga hari kemudian, dengan kesigapan aparat penegak hukum, akhirnya Rina dan Max berhasil dibekuk dan dimasukan ke dalam penjara.Max menghubungi pengacaranya dan meminta mereka untuk menghubungi Luke."Katakan padanya, aku menunggu uluran tangannya. Jika dia tidak mau membantuku, maka aku akan menyeret namanya ke pengadilan," kata Max kepada pengacaranya dengan mata berkilat licik.Max yakin Luke akan berusaha melepaskan dirinya dan Rina, karena mereka satu komplotan. Jika masalah ini sampai di meja hijaukan, nama Luke juga pasti akan ikut terseret.Pengacara Max dengan cepat menghubungi Luke dan menyampaikan apa yang telah Max katakan."Sial! Bisa-bisanya dia mengancamku seperti ini," gumam Luke tidak terima.Dia tidak pernah menyuruh mereka untuk mencelakai Ara, bahkan Wei sekalipun. Dia hanya bekerjasama dengan Max dan Rina dalam menghambat dan mengambil alih perusahaan Wei.Bahkan Luke telah mengingatkan kepada Max dan Rina agar tidak mencelakai Ara. Tapi apa yang mereka lakukan
Baca selengkapnya

Bab 77. Pekat Seperti Malam  

Sementara itu di Indonesia, Wei sibuk menjalani pemeriksaan. Pihak penegak hukum mencurigai adanya campur tangan Wei dalam kematian Max yang tiba-tiba.Setelah dipastikan bahwa kematian Max tidak ada kaitannya dengan dirinya, barulah Wei bisa bernapas lega.Tiba-tiba dia menepuk dahinya karena ingat belum memberitahukan kepada Ara akan pembatalan penerbangannya ke Prancis.Wei mencoba menghubungi ponsel Ara. Namun, tidak bisa terhubung. Akhirnya Wei menelepon Paul untuk menanyakan kabar istrinya."Halo, Pa. Apakah Ara ada di rumah? Aku menelepon ponselnya tapi tidak diangkat," kata Wei dengan dahi yang mulai berkeringat.Wei khawatir saat ini istrinya sedang marah, dia telah membatalkan keberangkatan tanpa memberitahunya terlebih dulu."Kemana saja kamu? Mengapa baru menelepon sekarang?" tanya Paul tidak seramah biasanya."Maaf, kemarin ketika aku mau berangkat, aku ditelepon pihak aparat. Max bunuh diri di penjara. Jadi aku harus kembali dan diperiksa karena di duga terlibat atas kem
Baca selengkapnya

Bab 78. Menarik Selimut    

"Kemana Ara? Mengapa hingga malam seperti ini dia masih belum juga pulang?" tanya Hanna kepada suaminya cemas.Putrinya itu keluar hanya pamit mau menjemput temannya di bandara, tapi sampai saat ini belum juga pulang dan memberikan kabar.Ini benar-benar membuat Hanna khawatir. Dia takut kejadiannya seperti kemarin. Ara lama nunggu di bandara, tapi yang ditunggu malah membatalkan keberangkatan tanpa kabar terlebih dahulu."Mungkin dia menginap di rumah temannya itu," kata Paul berusaha menenangkan istrinya.Karena Paul tahu yang dijemput Ara adalah suaminya. Ada kemungkinan mereka saat ini menginap di hotel. "Siapa sebenarnya teman yang ingin dia jemput?" tanya Hanna sambil mengerutkan kening."Aku tidak tahu," kata Paul sambil mengangkat bahunya.Tidak mungkin Paul memberitahu istrinya siapa yang saat ini sedang dijemput oleh Ara. Jika dia bilang yang saat ini dijemput Ara adalah Wei, istrinya pasti akan ngomel panjang lebar dan mengkritiknya.Paul hanya bisa menenangkan istrinya da
Baca selengkapnya

Bab 79. Menarik Juwita  

"Apakah kamu benar-benar mencintainya, Nak?" tanya Hanna sambil mengusap punggung tangan Ara penuh kasih."Iya, Ma. Aku sangat mencintainya," kata Ara terus terang."Baiklah, jika kamu benar-benar mencintainya, Mama tidak akan menghalangi cinta kalian. Mama harap kalian bisa tetap saling menjaga dan bahagia sampai akhir hayat," kata Hanna mendoakan."Terima kasih, Ma. Mama baik sekali, Ara sayang Mama," kata Ara sambil memeluk Hanna erat.Ara tidak bohong. Perasaannya kepada Hanna saat ini tidak ubahnya kepada ibu kandungnya sendiri.Hanna menjentik dahi Ara sayang."Suruh siapa kamu menjadi anak tunggal dan kesayangan Mama, jika bukan Mama yang menyayangi kamu siapa lagi?" tanya Hanna sambil tersenyum tidak berdaya."Iya, Mama memang is the best!" kata Ara sambil tersenyum bahagia memeluk Hanna erat.Sejak kecelakaan itu, hanya Hanna yang bisa menggantikan kerinduan Ara pada sosok -Eva- mama kandungnya.Ara hanya menghela napas panjang. Entah kapan dirinya bisa memeluk mama kandungny
Baca selengkapnya

Bab 80. Menggeliat Di Atas Kasur

"Sialan! Mengapa Lanara selalu berputar di sekitar pria-pria tampan? Tidakkah Luke cukup untuk dirinya? Mengapa dia ingin menggoda pengusaha Indonesia itu juga?" Juwita berkata kepada nenek dan kakaknya dengan perasaan kesal dan tidak puas."Dia benar-benar liar, seperti mamanya," kata Stefani sambil menggelengkan kepala dan menepuk pahanya marah."Tentu saja, bukankah air cucuran atap itu akhirnya akan jatuh kelimpahan juga? Mamanya pandai memikat paman hingga melawan kepada nenek. Anaknya tentu akan memiliki bakat yang sama," cibir Thomas sinis.Itu sebabnya dia tidak pernah mau dekat-dekat dengan Hanna. Selain Thomas merasa Hanna tidak selevel dengan dirinya. Dia juga menganggap Hanna sebagai wanita menjijikkan. "Nenek, apa yang harus aku lakukan?" keluh Juwita sambil menghentakkan kaki kesal.Dia jelas akan kalah jika bersaing dengan Ara. Sepupunya itu tidak hanya cantik tapi juga berbakat. Dia memiliki segalanya dan juga perlindungan dari pamannya."Jangan cemas, kita akan memb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status