Share

Bab 86. Tagihan 

Author: Princess Angel
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dua hari kemudian, Wei kembali ke Indonesia.

Ara memutuskan untuk mengunjungi butik milik Jennie dan memilih beberapa baju di sana.

Namun, saat ini Jennie sedang keluar dan Ara malah bertemu dengan Juwita.

Ara berusaha acuh tak acuh kepada sepupunya itu. Walau dia telah mengabaikan, orang tertentu malah ingin mencari masalah dengannya.

"Pandangan Nona memang tepat sekali, ini adalah gaun terbaru yang baru saja dikirim oleh desainer utama kami," kata pelayan toko kepada Ara ketika dia melihat Ara sedang mengamati sebuah pakaian berwarna hijau toska.

"Kalau begitu aku akan mencobanya ... tolong turunkan pakaian itu," kata Ara menanggapi kata-kata pelayan toko yang menghampirinya.

Matanya tidak pernah lepas dari pakaian tersebut. Siapa sangka ketika pakaian itu di lepas dari pajangan, Juwita langsung merebutnya dari tangan pelayan toko.

"Aku ingin pakaian ini!" kata Juwita sambil menatap Ara dan pelayan toko dengan sikap angkuh.

"Tapi Nona, pakaian ini sudah dipilih oleh Nona yang ini,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 87. Memberikan Pelajaran

    Ketika Juwita pulang, dia terkejut melihat kepala toko masih menunggunya di ruang tamu."Nona, kami telah menunggu lama untuk bayaran atas barang yang Nona borong di toko kami," kata salah satu kepala toko ketika melihat Juwita masuk ke dalam rumah."Apakah belum di bayar?" tanya Juwita bingung."Belum, Nona. Nenek anda menyuruh tuan Thomas untuk menyelesaikan bayaran kami. Namun, tuan Thomas menolak dan mengatakan Nona yang akan membayar sendiri semua ini.""Aku membayar sendiri?" tanya Juwita seraya membelalakkan matanya.Teganya Thomas berkata seperti itu kepadanya. Harta warisan yang dirinya miliki jauh lebih sedikit dari kakak laki-lakinya tersebut. Jika dia membayar semua barang yang dibelinya dengan menggunakan harta warisan, maka harta itu akan habis atau menipis. Tiba-tiba saja Juwita merasa menyesal karena telah terbawa nafsu untuk mengalahkan dan mempermalukan sepupunya Lanara.Jika tahu semua ini akan merugikan dirinya sendiri, Juwita pasti akan berpikir dua kali untuk me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 88. Terlihat Lebih Cantik  

    Dia hanya ingin mendidik putrinya menjadi gadis yang baik hati, sopan dan penyayang. Apakah didikannya selama ini salah? Apakah didikannya yang telah membuat anaknya begitu mudah diintimidasi oleh keluarga suaminya? Apakah karena ini mereka jadi menganggap Ara lemah dan tidak akan melawan diperlakukan seperti apapun oleh mereka?Padahal Hanna hanya ingin membuat Ara bisa diterima di keluarga papanya sendiri."Mama?" Ara terkesiap mendapati mama angkatnya menangis sedih di pundaknya."Ini salah Mama, gara-gara latar belakang Mama yang tidak layak, kamu jadi diremehkan oleh keluarga Papamu," kata Hanna dengan suara terisak."Tidak, bukan salah mama terlahir dari keluarga biasa saja. Tidak ada orang yang bisa memilih dimana mereka akan dilahirkan. Keluarga Papa memang terlalu kolot. Ma, mari kita menjauh saja dari mereka jika mereka tidak bisa menerima kita," kata Ara sambil memegang tangan Hanna dan menatapnya sungguh-sungguh."Tapi papamu ....""Aku yakin Papa juga pasti sudah tahu

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 89. Mempertontonkan Kemesraan  

    Tanpa sadar Ara meneteskan air matanya karena merasa frustasi."Jangan menangis Ara ... jangan menangis," kata Wei sambil memeluk istrinya erat.Dia seperti bisa merasakan kesakitan yang telah diderita oleh istrinya. Ini memang salahnya. "Tidak apa jika kamu tidak mau tinggal di rumah ini, kita akan pindah kemanapun kamu mau. Selama kamu bahagia dan mau memaafkan aku," kata Wei lagi masih memeluk istrinya.Dia mengusap punggung Ara, berusaha untuk menenangkan dan menghiburnya. "Wei! Apa yang kamu lakukan pada menantuku? Mengapa kamu membuat menantu kesayangan Mama menangis?!" tanya Nina sambil memukul punggung anaknya marah.Bisa-bisanya Wei membuat Ara menangis saat pertama kali pulang ke Indonesia lagi.Apakah putra bodohnya ini masih menginginkan istrinya?Wei meringis, melepaskan pelukannya dari Ara. Pukulan mamanya sangat pedas dan menyakitkan."Sakit, Ma. Mengapa mama memukulku seperti ini?" tanya Wei memprotes Nina yang memukuli dirinya tanpa belas kasihan."Itu hukuman karen

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 90. Balas Dendam Ara

    "Apakah itu masalah buatmu? Kami suami istri yang sah, jangankan berbisik, melakukan apapun kami sah-sah saja," kata Ara sambil tersenyum bangga.Wei menatap istrinya dengan tatapan memanjakan. Dia paling suka jika melihat istrinya membanggakan hubungan mereka.Rina cemberut mendengar kata-kata Ara. Tatapan memanjakan Wei kepada istrinya, membuat hati Rina semakin terbakar cemburu.Kapan Wei bisa menatapnya dengan tatapan seperti itu? Dia rela memberikan apa saja jika Wei juga mau bersikap seperti itu kepada dirinya."Kamu benar-benar tidak tahu malu memamerkan kemesraan di depan umum!" kata Rina geram."Mengapa harus malu? Dia suamiku bukan suami orang!" kata Ara sambil tersenyum melirik Wei.Yang dilirik balas tersenyum dan mengecup punggung tangannya penuh pemujaan dan rasa sayang."Istriku benar, kita tidak harus malu karena kita pasangan sah, bukan pasangan selingkuh," kata Wei membenarkan perkataan istrinya.Rina mengepalkan telapak tangannya erat. Dia merasakan hatinya berdarah

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 91. Senjata Makan Tuan  

    Sementara itu Ara yang masih berada di rumah dan menunggu Wei, tampak berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya.Dia benar-benar penasaran bagaimana hasil dari balas dendamnya kepada Rina. "Apakah itu berhasil?" gumam Ara bertanya kepada diri sendiri sambil menggigiti kukunya tanpa sadar.Ara lupa kalau di kukunya masih tertinggal bubuk obat perangsang yang diberikan oleh sahabatnya, Lita dan penangkal itu hanya bisa bertahan selama beberapa jam. Dengan kata lain, jika Ara tanpa sadar terkena bubuk itu melewati batas waktu yang dimiliki penangkalnya, maka dia tetap akan merasakan efek dari obat perangsang itu sendiri. Wei cepat-cepat pulang karena ingin menanyakan langsung kepada Ara, bagaimana caranya memberi Rina obat tanpa diketahui oleh siapapun, bahkan oleh dirinya yang ikut mendampingi ketika Ara menemui Rina.Sesampainya di rumah, Wei masuk ke dalam rumah dan merasa heran ketika menyadari tidak ada yang menyambutnya seperti biasa."Biasanya Ara selalu menyambut kedatanganku s

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 92. Tidak Ada Bedanya   

    Stefani langsung memanggil Paul melalui telepon agar datang ke rumahnya."Siapa yang menelepon?" tanya Hanna ketika suaminya meletakkan ponselnya."Mamaku, dia meminta aku datang ke sana.""Apakah dia ingin membujukmu lagi, agar membiarkan Thomas ikut serta dalam proyek di Indonesia?" tanya Hanna mengerutkan kening khawatir. "Aku tidak tahu ... jangan khawatir, aku tidak akan pernah membiarkan Thomas ikut andil dalam proyekku di Indonesia," kata Paul sambil mengusap punggung istrinya menenangkan.Hanna merasa sedikit lega ketika mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. Namun, entah mengapa kelopak matanya terus saja berkedut gelisah sejak pagi tadi dan tidak hilang bahkan setelah suaminya pergi ke rumah Stefani."Ada apa Mama memintaku datang ke sini?" tanya Paul kepada Stefani ketika dia telah sampai di rumah Mamanya."Apakah aku tidak boleh memintamu datang ke sini kalau tidak ada perlu?" tanya Stefani dengan wajah cemberut."Ya tidak seperti itu juga, Ma ... apakah ini tentang

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 93. Tidak Ada Tempat

    "Tidak, tentu saja tidak. Aku tidak akan memberikan kesempatan kepada wanita itu untuk mengudara di sekitar Wei," kata Ara tegas.Awalnya Wei merasa khawatir dan ingin mengikuti istrinya ke bandara tapi ditolak oleh Ara. Ara merasa lebih baik jika Wei tidak ikut menjemput Juwita, Ara khawatir wanita itu akan semakin narsis jika Wei ikut menjemput."Itu bagus! Jangan kasih kesempatan perempuan seperti itu untuk dekat dengan Wei.""Mama jangan khawatir, tanpa kita halangi, Wei sendiri sebenarnya sudah merasa tidak suka didekati oleh Juwita," kata Ara sambil tersenyum lebar.Dia masih mengingat bagaimana suaminya itu sampai bergidik dan merinding mendengar Juwita ingin datang ke Indonesia."Itu bagus!" kata Nina sambil mengangguk puas mendengar apa yang dikatakan oleh menantunya.Dia merasa puas karena anak laki-lakinya juga ternyata tidak tertarik kepada wanita penggoda tersebut. Walau kata sebagian besar pria, wanita penggoda itu lebih menarik dari pada istri mereka di rumah, tapi me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 94. Bermain Sandiwara 

    "Argh!" Lanara yang sudah berada di luar pagar rumah Paul hanya tersenyum lebar mendengar jeritan kesal Juwita."Bagaimana?" tanya Nina ketika Ara masuk ke dalam rumah."Teriakannya kencang sekali," kata Ara sambil terkekeh geli."Itu tadi teriakan dia? Kenapa dia berteriak?" tanya Nina bingung.Ara duduk di sofa di sebelah Nina sebelum mulai menceritakan bagaimana dirinya telah sukses membuat Juwita kesal, sejak di bandara sampai di rumah papa angkatnya.Nina terkekeh geli sambil mengusap puncak kepala menantunya, gemas.Sementara itu di rumah Paul, Juwita tampak menelepon kakak dan neneknya, mengadukkan semua perlakuan buruk yang didapatnya dari Ara sejak dia sampai di Indonesia."Dia bersikap seperti itu kepadamu?" tanya Stefani tidak percaya.Setahunya Ara adalah cucu yang paling penurut dan cenderung pengalah kepada keluarga mereka. Itu sebabnya dia kerap mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari sepupunya. Stefani bukannya tidak tahu akan hal ini, tapi dia sengaja menutup

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 189. Melahirkan

    Reza dan Eva diam tidak berkutik. Memang benar awalnya mereka mengira Wei tidak bisa masak dan khawatir Ara akan keracunan makanan. Mana mereka tahu kalau Wei ternyata pandai memasak makanan selezat itu.Beberapa waktu telah terlewati, berat badan Ara mulai meningkat setelah mendapatkan perawatan dari Wei. Eva dan Reza kini benar-benar bisa menarik napas lega.Wajah Ara pun lebih bersinar penuh kebahagiaan ketika usia kandungannya semakin bertambah. Dia dan Wei sudah bisa merasakan pukulan dan tendangan sang bayi di dalam kandungannya melalui permukaan perut ketika sedang diusap atau di pegang.Hubungannya dengan Paul dan Hanna pun tetap berjalan seperti biasa walaupun Hanna akhirnya mengetahui kalau dirinya bukanlah Lanara yang asli."Bagaimana kabarmu dan anak di dalam kandunganmu?" tanya Hanna penuh perhatian ketika dia menelepon Ara."Aku baik Ma, anak di dalam kandunganku juga baik," jawab Ara sambil tersenyum bahagia mendapat perhatian dari semua orang yang di kasihnya."Mama

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 188. Tidak Ada Lebih

    Wei benar-benar tidak menyangka kalau Ara akan berkata seperti itu. Tadinya dia berpikir hanya dirinya saja yang akan merasa kehilangan dan bersedih atas perpisahan ini, ternyata istrinya juga mengalami hal yang sama."Percaya tidak? kali ini Papamu tidak akan mengusir aku," kata Wei sambil tersenyum menatap ara penuh kasih."Benarkah?" tanya Ara tidak percaya."Yakin!""Apakah Papa membatalkan syarat itu?""Sepertinya begitu, semua ini karena calon anak kita," kata Wei sambil mengusap punggung bawah Ara pelan."Apakah kamu benar-benar akan dibiarkan tinggal disini bersamaku?" tanya Ara was-was.Dia benar-benar tidak yakin kalau papanya akan berubah pikiran. Setahu Ara papanya adalah orang yang konsisten dan tidak akan pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan tentang suatu hal. Bisakah kali ini papanya membuat pengecualian karena calon cucunya yang belum lahir?"Aku akan menemanimu tinggal di sini dan memasak. Bukankah kamu ingin masakan yang aku masak?" tanya Wei sambil mencubit

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 187. Takut

    Kekhawatiran Eva pun menjadi kenyataan. Ara benar-benar tidak bernafsu untuk makan apapun, dia hanya memakan manisan buah tanpa dibarengi dengan nasi dan lauk-pauk. Ini mengakibatkan tubuh ara yang sudah ramping menjadi semakin kurus."Pa, apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja Wei datang ke sini dan memasak untuk adikku?" tanya Arga sambil mengerutkan kening ketika melihat Ara dari kejauhan.Tubuh adiknya itu dari hari kehari menjadi semakin kurus. Ini benar-benar membuat Arga menjadi prihatin dan khawatir."Iya Pa, Sudahlah demi kebaikan anak dan cucu kita, sebaiknya kita mengalah saja. Batalkan syarat satu tahun tidak bertemu itu. Mama khawatir terjadi apa-apa sama Ara," kata Eva dengan mata berkaca-kaca menatap wajah suaminya.Reza menatap istri dan anak laki-lakinya dengan tatapan tidak berdaya. Dia juga sebenarnya sudah ada pikiran ke arah sana. Reza bisa melihat perkembangan kondisi Ara yang dari hari ke hari semakin lemah karena tidak mau makan. "Baiklah. Arga, kamu jemput

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 186. Ingin Masakan Wei

    "Aku ikut!" kata Arga tiba-tiba."Tidak!" sahut Eva dan Reza bersamaan."Mengapa tidak?" tanya Arga bingung."Kamu tidak lihat? Ara muntah-muntah hebat setelah melihatmu, apakah kamu ingin adikmu itu muntah terus gara-gara melihatmu?" tanya Eva sambil melotot ke arah Arga."Kamu harus menghindar dari adikmu selama tiga bulan kehamilan awal agar dia tidak terlalu tersiksa karena terus mengeluarkan makanan yang ada di perutnya."" ... " Arga tidak dapat berkata-kata mendengar apa yang orang tuanya katakan.Dia mentap kedua orang tuanya dengan tatapan menyalahkan. Bukankah semua ini karena ulah kedua orang tuanya yang ingin memisahkan adiknya dari Wei? Mengapa sekarang dia yang harus menanggung akibatnya?Dibenci tidak hanya oleh Ara tapi juga oleh calon keponakannya yang belum lahir.Di kantor, Wei tampak menatap ke luar jendela sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.Ini baru sebulan, tapi rasanya seperti se abad. Wei tidak henti berdoa agar istrinya benar-benar hamil. Ha

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 185. Tersenyum Menggemaskan

    Wuzini terdiam, setahun memang bukan waktu yang lama untuk sebuah restu, tapi masalahnya apakah keduanya tidak akan terpikat pada orang lain selama waktu yang ditentukan itu?"Mereka meminta aku dan Ara berpisah selama setahun. JIka selama setahun itu perasaan kami tidak berubah, barulah mereka akan kembali merestui hubungan kami.""Apakah kamu yakin kalau kamu dan istrimu akan bisa menjaga kesetiaan masing-masing selama satu tahun itu?" tanya Wuzini tidak yakin."Yakin."Wuzini hanya menghela napas panjang melihat tekad anak laki-lakinya untuk mendapatkan restu dari keluarga istrinya kembali. Dia hanya menepuk bahu Wei sebelum mengajak anaknya itu masuk ke dalam kantor untuk membahas masalah pekerjaan.Ara dan Arga masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. Ara masih marah karena kakaknya mengajukan syarat yang begitu sulit untuknya dan Wei. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana kalau suaminya itu malah jatuh cinta pada wanita lain dan benar-benar menceraikannya?Arga me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 184. Syarat Mendapat Restu

    Arga menyerbu masuk ke dalam kantor Wei tanpa basa basi. Dia langsung menuju Wei dan ingin menghajarnya namun, di halangi oleh Ara."Minggir!" kata Arga sambil mendelik marah ke arah adiknya."Tidak, kakak tidak boleh memukulnya!" Kata Ara keras kepala menatap kakaknya yang sedang marah."Kamu tidak tahu malu berlindung pada perempuan!" kata Arga sambil menunjuk Wei yang ada di belakang Ara." ... " Wei tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab kata-kata Arga. Bukannya dia tidak mau berhadapan dengan kakak iparnya, tapi Ara sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk maju. Wei takut jika dia memaksa maju maka Ara akan marah kepadanya.Baginya lebih baik membiarkan Arga marah dari pada Ara yang marah kepadanya."Dia suamiku, tidak ada salahnya aku melindunginya!" kata Ara seperti induk ayam yang menjaga anak-anaknya."Tapi aku kakakmu!""Tapi kamu mau menyakiti suamiku!""Itu karena kamu!""Tidak, itu bukan karena aku, tapi karena keegoisanmu sendiri ... kamu tahu betul bagaimana

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 183. Algojo  

    "Kita baru berpisah tadi malam," kata Ara tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata Wei."Tapi buatku itu seperti sudah lama sekali," kata Wei mengerucutkan bibirnya sedih.Kebiasaan itu benar-benar buruk. Dia telah terbiasa tidur dengan istrinya, hingga ketika Ara pergi, Wei benar-benar tidak bisa tidur sampai pagi. Anehnya sampai detik ini juga matanya benar-benar cerah dan sama sekali tidak mengantuk. "Matamu ada lingkaran hitamnya, apakah tadi malam kamu tidak tidur nyenyak?" tanya Ara sambil melihat ke arah mata Wei."Aku tidak bisa tidur tanpamu," jawab Wei lebih seperti keluhan."Bagaimana kalau kamu istirahat sekarang?""Apakah kamu akan menemani aku?""Ya.""Oke," kata Wei sambil membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar tempatnya biasa tidur jika bekerja lembur di kantor.Setelah membaringkan Ara, Wei juga naik ke atas kasur dan membaringkan dirinya di sebelah Ara."Mengapa kamu masih belum tidur?" tanya Ara setelah beberapa waktu berlalu Wei mas

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 182. Sangat Merindukan 

    Pagi yang cerah. Namun, suasana di perusahaan milik Wei malah terlihat suram. Semua karyawan dan staf di perusahaan itu tampak tertekan karena suasana hati sang bos sepertinya sedang tidak baik-baik saja.Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Bahkan salah tanda koma dalam berkas yang akan di tanda tangani oleh Wei pun bisa membuatnya ngamuk. Joy hanya meringis ketika para staf mengeluh dan menanyakan ada apa sebenarnya dengan bos mereka. Tidak biasanya Wei bersikap seperti saat ini. Mereka benar-benar merasa tersiksa dan tertekan menghadapi sikap Wei yang tidak seperti biasanya itu."Mungkinkah Bos kita itu salah makan?" tanya salah satu staf kepada Joy."Jangan menduga yang aneh-aneh! Kerjakan saja tugas kalian dengan baik agar tidak dimarahi lagi," kata Joy sambil berlalu dari hadapan semua staf yang menemuinya.Joy sendiri tidak berani menanyakan langsung kepada Wei, apa yang menjadi masalah sebenarnya hingga dia menunjukkan sikap seperti itu."Mungkin nyonya Ara tahu apa yang s

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 181. Perpisahan 

    "Ehm ... tidakkah sebaiknya kita tanyakan saja kepada Ara, apakah dia ingin pulang mengikuti kalian atau tetap di sini?" Wuzini yang sejak awal bersikap pasif mulai mengeluarkan suaranya.Semua tatapan mata langsung tertuju kepada Ara. "Kamu harus ikut kami pulang. Papa menunggumu di rumah, dia sedang tidak sehat," kata Arga dengan nada tidak ingin di tolak."Kamu memaksanya," geram Wei."Kamu benar, aku memaksanya!""Kamu ... kamu ...."Wei merasa seperti tercekik dan tidak bisa berkata-kata ketika mendengar pengakuan Arga yang blak-blakan."Papa sakit apa, Kak?" tanya Ara mulai merasa cemas."Kamu akan tahu jika kamu pulang," jawab Arga datar.Dia tidak ingin memberitahukan kepada Ara kalau papanya hanya terserang flu biasa. Jika Ara tahu tentu saja adiknya ini tidak akan mau pulang ke rumah mereka saat ini juga. Adapun mengapa papanya tidak mau ikut adalah karena papanya sudah terlalu kesal dengan Wei dan keluarganya.Sejak berita kematian putrinya, Reza memang selalu menghindar

DMCA.com Protection Status