Home / Pernikahan / Menikah dengan Mantan / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Menikah dengan Mantan: Chapter 121 - Chapter 130

190 Chapters

Tepat di Malam Ulang Tahun Indi

“Kamu tahu dari mana, kalau dia bukan papa kandung aku?” tanya Damian datar.Indi menatapnya lekat. “Kamu sudah tahu, kalau dia bukan papa kandung kamu? Atau memang baru kali ini, mendengar kenyataan kalau dia bukan papa kandung kamu?” Indi balik bertanya.Damian tersenyum lirih. Matanya kosong, tak tahu harus menerima kenyataan tersebut atau mencari tahu di mana ayah kandungnya berada kini.“Tapi, terserah kamu kalau kamu tidak percaya. Karena dia sendiri yang bilang begitu ke aku waktu di rumah sakit. Mana mungkin seorang ayah tidak mengakui anaknya sementara kamu adalah sumber uangnya.”Indi memberi piliha kepada Damian untuk percaya atau tidaknya tergantung lelaki itu. Yang jelas, dia sudah memberi tahu bila Dipta bukanlah ayah kandungnya karena Dipta sendiri yang memberi tahu kepada Indi sebab kesal kepada perempuan itu.“Dia ingin memusnahkan aku karena katanya aku adalah pengganggu rencana dia untuk mengambil asset perusahaan milik kamu yang akan dia berikan kepada anaknya, Dan
Read more

Nomor Baru lagi

“Kamu?” Indi menunjuk Damian dengan mulut menganga.Damian menarik ujung tangan Indi dengan pelan lalu menatapnya lagi. “Kenapa? Udah sering juga kita berbuat. Bahkan aku nggak pernah pakai pengaman saat itu.”Indi menelan saliva berat. “Serius? Kok kamu berani banget sampai nggak pakai pengaman?” Indi tampak terkejut mendengar kejujuran Damian.Pria itu mengendikan bahunya. “Mungkin sudah dari dulu, aku bermasalah. Buktinya, kamu nggak hamil-hamil meski aku tembak dari dalam juga. Sengaja sebenarnya. Supaya nanti aku bisa nikahi kamu dan kamu nggak bisa jadi milik orang lain. Tapi, ternyata emang nggak semudah itu.“Apalagi saat itu aku belum tahu kalau kondisi maniku nggak baik. Mana ada berobat atau memeriksakan diri. Hanya tahu, kalau aku sudah menggauli kamu dan menunggu kam
Read more

Membalas Kebaikan Indi

Damian mengambil ponsel tersebut lalu melihat siapa yang tengah menghubunginya. Hanya menatapnya sebab tidak mau menjawab bila ada nomor baru yang menghubunginya, tapi tidak ada konfirmasi melalui pesan tersebut siapa orang tersebut.“Kenapa nggak dijawab? Siapa tahu penting,” ucap Indi kemudian.Damian menggeleng pelan. “Males. Mending tidur sama kamu.”Indi lantas menyunggingkan bibirnya. “Kapan, mulai ngantor?” tanyanya ingin tahu.“Setelah selesai menyenangkan kamu yang sudah dua bulan lamanya ini dengan setia menjaga dan merawat aku dengan baik hingga aku sembuh total. Terbukti sekarang, sehabis bercinta nggak ada drama pingsan lagi.”“Tepatnya kapan, Damian? Aku pengen tahu karena nanti aku mau menyibukkan diri lagi dengan kerjaan aku.”Dam
Read more

Tidak bisa Melepas Indi

Tiga hari berlalu ….Indi dan Damian sudah tiba di Jakarta setelah puas berlibur di sebuah pantai di mana mereka menjalin hubungan untuk pertama kalinya.“Mau ke mana lagi kita, Damian?” tanya Indi yang sepertinya tidak ada kata lelah bila sudah merujuk pada liburan.Damian yang tengah membuka kausnya itu lantas menghampiri Indi yang tengah berdiri di samping tempat tidur. “Kita berangkat besok siang. Hari ini aku mau ke kantor dulu, ada urusan mendadak. Tapi, nggak akan lama. Hanya dua sampai tiga jam saja. Kamu bisa packing dulu aja apa yang mau kamu bawa.”Indi mengerucutkan bibirnya lalu menganggukkan kepalanya. “Ya udah. Emang ada urusan apa lagi? Bukannya kamu masih libur?”“Sedikit problem yang nggak bisa diselesaikan oleh Diego, Sayang. Aku harus ke sana sebel
Read more

Jangan Sakit lagi

“Apaan?” tanya Manda ingin tahu.Indi mengendikan bahunya lalu mengembungkan pipinya. “Gue juga nggak tahu. Tapi, kayak ada yang janggal aja. Udah ah, pusing gue mikirin kayak gitu. Masak aja udah, aah!”Manda lantas menyunggingkan bibirnya. “Elo sendiri yang bahas, elo juga yang marah-marah. Emang makhluk aneh elo tuh!” sengal Manda kemudian.“Aneh juga banyak yang suka.” Indi menjulurkan lidahnya kepada Manda lalu kembali memotong beberapa sayuran yang akan dibuat capcay sembari menunggu Bi Inah kembali ke rumah dengan membawa pesanan yang diminta oleh Indi tadi.**Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam.Dari jam lima sore tadi, Damian pergi ke kantor dan baru sampai ke rumah bersama dengan Diego. Keduanya duduk di sofa ruang tengah sementara Indi tengah menyelesaikan acara mandinya.“Udah pada balik rupanya.” Manda menghampiri Damian dan Diego. “Udah kelar, masalahnya?”Damian mengangguk pelan. “Udah. Besok siang, gue berangkat liburan lagi. Sampai sepuluh hari ke depan. Jangan ne
Read more

Kejutan Selanjutnya untuk Indi

Damian terkekeh pelan sembari mengusap wajahnya pelan. “Biarkan jadi kenangan saja. Yang jelas, aku sangat bahagia saat itu. Tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Hanya perasaan yang bisa merasakan itu semua.”Indi lantas menghela napasnya pelan seraya menatap sang suami dengan lekat. “Ya sudah. Tapi, saat itu aku juga bahagia, kan?”Damian menganggukkan kepalanya. “Ya. Sangat bahagia. Kita sama-sama bahagia. Membelah malam sambil memandang darah keperawanan kamu.” Damian lalu mengibaskan tangannya, tak ingin membahasnya lagi.“Kenapa sih, setiap cerita masa itu, kamu selalu menghindar? Tapi, tadi bilang katanya mau ngasih tahu bagaimana kita dulu. Aneh!” Indi mencurigai Damian.Pria itu menghela napasnya dengan pelan. “Kamu selalu bilang, ada yang janggal dalam masa lalu itu. Apa yang kamu pikirkan selain hubungan intim itu, Indi?” tanyanya seraya menatap Indi dengan lekat.Indi menelan saliva dengan pelan. “Aku nggak yakin itu apa. Hanya saja, apa ini ada hubungannya dengan Daniel?
Read more

Pergulatan Panas di Siang Hari

Damian langsung menarik tangan Indi dan membawanya ke dalam kamar mereka. Indi yang diseret itu lantas terkekeh dengan tingkah laku suaminya itu.“Damian. Aku yang mau, kenapa kamu yang semangat?” kata Indi mengejek Damian.“Karena aku pun sangat mau. Kemarin malam sengaja libur dulu karena aku ingin menghabiskan kamu di sini,” ucap Damian lalu menjatuhkan tubuh Indi ke atas tempat tidur.Setelahnya, ia membuka kaus yang ia kenakan lalu tubuhnya merayap ke atas tubuh Indi sembari menyeringai bak iblis yang siap menyantap hidangannya. Mulutnya langsung mengunci bibir Indi, meraupnya dengan sangat lihai hingga membuat Indi mengeluarkan desahan pelan kala berciuman itu.Tangan Damian masuk menyelinap ke dalam kaus kebesaran yang dikenakan oleh Indi. Lalu, membuka pengait bra dan mengeluarkannya sebab kala itu Indi mengenakan bra tanpa tali. Sehingga memudahkan Damian untuk melepaskannya.“Kamu sengaja, pakai baju tipis seperti ini dengan bra yang mudah untuk aku lepaskan, heum?” kata Dam
Read more

Masih Berlanjut

Hanya mengenakan bra dan panty, Indi bangun dari tidurnya lalu menatap laut biru di balik jendela. Mengulas senyum tipis pertanda ia tengah bahagia karena sedang berada di dalam kapal pesiar mewah bersama orang yang dia cintai.Damian datang menghampiri istrinya sembari memeluknya dari belakang. Bibirnya menciumi bahu telanjang itu hingga menjalar ke leher. “Sudah bangun, heum?” bisik Damian lembut.Indi mengulas senyum lalu mengangguk dengan pelan. “Ya. Meski sedang berada di tengah laut, suara bising ombak tidak terdengar, yaa.”Damian terkekeh pelan. “Tidak akan, Honey. Kapal ini dilengkapi dengan kedap suara. Kamu berteriak sesuka hati pun tidak akan terdengar. Suara desahan kamu saja tidak terdengar ke luar.”Indi lalu tersenyum tipis. “Begitu rupanya. Sudah berapa kali, kamu naik kapal seperti ini?”“Hanya dengan kamu.”Indi terdiam. Ia lalu membalikan tubuhnya dan menatap Damian dengan dalam. “Hanya denganku?” tanyanya kembali.Damian mengangguk. “Ya. Aku tidak pernah mewujudka
Read more

Indi Kelihatan Sensitif?

Tiga hari kemudian ….Mereka akhirnya tiba di sebuah pulau pribadi yang telah disewa oleh Damian selama empat hari ke depan. Mata Indi langsung disuguhkan oleh pemandangan yang sangat indah di sana. Dengan langkah lebarnya, meninggalkan Damian yang tengah menyeret koper miliknya dan juga Indi.“Woahh! Pemandangannya indah banget,” puji Indi sembari mengedarkan matanya melihat pemandangan yang sangat menarik perhatiannya itu.“Damian. Berapa lama, kita menghabiskan waktu di sini?” tanya Indi kepada suaminya itu.“Hanya empat hari, Sayang. Perjalanan pulang dari sini ke pelabuhan membutuhkan waktu tiga hari. Nanti kapan-kapan kita ke sini lagi kalau kamu memang menyukainya,” ucap Damian lalu mengusapi ujung kepala Indi sembari mengulas senyumnya.Indi membalas senyum itu tipis. Ada rasa sedih karena hanya bisa tinggal selama empat hari saja di sana. Namun demikian, Indi harus tahu siapa suaminya itu. Dia adalah pebisnis muda yang memiliki segudang pekerjaan yang harus dia selesaikan."A
Read more

Ketidakpercayaan Ayu

Waktu sudah menunjuk angka delapan malam. Keduanya tengah makan malam sembari menikmati hamparan ombak yang menggulung sebab dalam keadaan pasang."Ceritanya, dinner outdoor nih?" kata Indi kepada sang suami.Damian mengulas senyum lalu mengangguk. "Iya, Sayang. Belum pernah kan, dinner di pinggir pantai?"Indi terkekeh pelan lalu menggelengkan kepalanya. "Damian?" panggilnya kemudian."Heum? Kenapa, Sayang?"Indi menatap Damian dengan sangat lekat. "Apa lagi yang kamu sembunyikan dari aku? Dari ucapan kamu tadi ke Diego, kayaknya hidup kamu penuh dengan masalah semenjak memilih bersama denganku."Damian menatap Indi lekat. "Memilih kamu untuk menjadi pasanganku itu adalah pilihanku. Tidak ada hubungannya dengan pelik yang aku alami hanya karena saat bersama kamu.""Sekarang aku mau kamu jujur sama aku. Jangan ada lagi yang kamu sembunyikan dari aku, Damian. Dari obrolan kamu tadi dengan Diego, aku bisa menyimpulkan kalau mani kamu encer karena ada sesuatu yang kamu konsumsi ataupun k
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status