Semua Bab Menikah dengan Mantan: Bab 111 - Bab 120

190 Bab

Surat dari Wijaya

“Ngapain lagi si Dipta gila itu!” Indi bergegas menghampiri keduanya dengan langkah lebarnya. “Gara-gara kamu, anakku membenciku! Karena kamu, aku harus merelakan rumah tanggaku hancur, Dipta!” pekik Ayu dengan tatapan mata yang begitu tajam. Indi terdiam mematung mendengarkan semua ucapan mamanya itu. Dipta yang mendengarnya lantas tertawa campah. “Memang itu tujuanku, Ayu. Merusak rumah tangga orang! Lihat saja! Aku juga akan menghancurkan rumah tangga anakmu dengan Damian. Membuatnya sengsara karena sudah berani menghalangi semua rencanaku!” Ayu menghela napas jengah kemudian menatap tajam wajah Dipta lagi. “Kamu tahu, kalau bukan karena kecelakaan itu, mereka sudah menikah sejak Indi lulus sekolah dulu. Tapi, karena ulah orang yang mungkin masih ada di sekitaran kamu atau bahkan kamu sendiri yang telah melakukannya, Indi dan Damian harus berpisah untuk sementara waktu. “Tapi, apakah mereka menyerah? Bahkan Tuhan telah menetapkan mereka tetap bersama dan setelah tujuh tahun Dam
Baca selengkapnya

Naikin Kamu, yang Belum

Indi mengembuskan napasnya kemudian membuka amlpop tersebut dan mengeluarkan surat tersebut di dalamnya.‘Untuk anakku satu-satunya yang paling cantik dan baik hati.’Indi tersenyum lirih melihat ucapan pembuka yang begitu manis. Ia kemudian melanjutkan bacaannya dan ingin tahu apa yang telah disembunyikan oleh Wijaya darinya.‘Indi. Sebelumnya Papa mau meminta maaf dan juga mau berterima kasih kepada kamu, Nak. Yang pertama, Papa mau berterima kasih terlebih dahulu karena kamu telah kembali kepada Damian yang telah lama menunggu kamu bahkan sempat hampir putus asa setelah dia dinikahkan dengan Rachel.‘Perlu kamu ketahui. Damian jauh lebih dulu mengenal dan juga mencintai kamu, Sayang. Lebih dari siapa pun pria yang telah menjadi kekasih kamu. Damian adalah orang pertama yang sudah membuat kamu jatuh cinta yang saat itu tidak pernah mau mengenal cinta karena sikap arrogant kamu kepada pria.‘Di setiap saat ketika kamu tidak ada di rumah, Damian sering mendatangi rumah Papa untuk mena
Baca selengkapnya

I Trust You!

Waktu sudah menunjuk angka sembilan malam. Ayu sudah pulang ke rumahnya dan tidak ada lagi yang berkunjung di hari itu karena semuanya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Tok tok tok!“Permisi! Waktunya minum obat.” Seorang perawat datang sembari membawa obat dan juga segelas air minum.“Tunggu!” Indi menahan perawat itu yang hendak memberikan obat tersebut kepada Damian.“Kenapa, Bu?” tanya perawat tersebut.“Kenapa bukan Dokter Ryan yang memberikan obat ini kepada suami saya? Kalau obatnya palsu, Anda mau saya bunuh sekarang juga?” Indi sangat sensitive bila sudah melihat obat-obatan.“Saya telepon Dokter Ryan dulu!” Indi menghubungi Dokter Ryan untuk mengonfirmasi obat yang dibawa oleh perawat itu.“Halo, Dok. Dokter di mana? Kok yang bawakan obat untuk Damian malah perawat, bukan Dokter? Dokter tahu kan, saya nggak percaya sama semuanya kecuali Dokter Ryan. Kalau nanti mereka kasih obat yang aneh-aneh, memangnya Dokter mau tanggung jawab?” Indi tampak memarahi Dokter
Baca selengkapnya

Seperti ada yang Janggal

Satu minggu berlalu.Damian sudah diperbolehkan pulang ke rumah setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan perawatan selama satu minggu lamanya.“Damian. Rumah itu, beneran rumah yang dikasih papa kamu atau hanya bohongan saja?” tanya Indi kala teringat bila mereka akan pulang ke rumah.“Sebenarnya bukan. Jangankan beliin rumah, uang buat beli rokok dia aja minta ke aku. So … mau pindah atau tetap di sana? Tapi, aku udah beli rumahnya dan tinggal ditempati saja.”Indi menghela napas panjang kemudian menatap Damian lekat. “Rumah yang kamu beli itu, buat anak kita kelak aja, Damian.”Damian menganggukkan kepalanya. Menuruti perintah sang istri. “Baiklah. Kalau memang tetap ingin tinggal di rumah lama kita.”Indi mengulas senyumnya. Mereka tidak jadi pindah karena ia baru tahu bila rumah tersebut bukanlah rumah pemberian Dipta.Sesampainya di rumah, ia mengerutkan keningnya kala melihat Bi Inah ada di sana.“Aku yang minta dia kerja di sini.”“Ooh!” Indi pun kembali melangkahkan kakin
Baca selengkapnya

Tidak Berhasrat lagi

Manda terdiam sesaat. Hanya menatap Indi dengan pikiran kembali ke masa lalu. Mengingat apa yang belum pernah Damian beri tahu kepadanya.“Elo udah nanya detail, ke Damian? Soalnya kami nggak boleh cerita apa pun ke elo, Ndi. Biar dia aja yang cerita semuanya.”Indi menggeleng pelan. “Hanya kisah cinta kami yang dulu sama-sama bucin. Udah, itu doang. Kami … pernah tidur bareng?”Manda tertawa sembari meringis menatap Indi yang bisa-bisanya bertanya hal itu kepadanya. “Mana gue tahu, Indi. Elo sama Damian tuh go public, tapi nggak tahu gaya pacarannya kayak gimana. Yang gue tahu, kalian sering pergi nonton, belanja, makan bareng, bahkan liburan bareng tapi nggak pernah nginep. Kayaknya nggak ada waktu buat tidur bareng apalagi sampai bercinta. Gue nggak yakin kalau itu. Elo tanya aja ke Damian.”Indi menggeleng pelan. “Nggak berani, gue. Terlalu sensitive dan takutnya malah ke mana-mana. Dan gue ingat, di malam pertama kami, dia sempat nanya ke gue. Siapa yang udah ambil kesucian gue.
Baca selengkapnya

Belum Damian Ketahui tentang Dipta

Usia pernikahan Damian dan Indi telah memasuki enam bulan.Sudah satu bulan lamanya Damian berdiam diri di rumah menyembuhkan luka bekas operasi di kepalanya. Indi yang berisik dan sangat detail dalam merawat Damian membuat kondisi lelaki itu kini menjadi lebih baik dan sehat seperti semula.“Kamu udah janji bakal bawa aku ke tempat pertama kali kita pacaran. Udah lama banget aku nungguin dan udah kangen liburan, Damian. Sekarang, waktunya manjain aku!” ucap Indi dengan suara manjanya.Damian yang baru saja mandi itu lantas menghampiri Indi yang tengah berdiri di samping tempat tidur.“Aku sudah pesan villa untuk kita bermalam di sana.”“Woaah! Serius, Damian?” Indi tampak antusias.Damian mengangguk kemudian menghampiri istrinya itu. “Iya, Sayang. Dari dua hari yang lalu kamu terus ingetin aku tentang ini. Untuk itu, aku tidak ingin buat kamu kecewa dan kita bisa berangkat jam tiga sore. Supaya bisa lihat sunset di sana.”Indi menoleh ke arah jarum jam di dinding. “Baru jam sepuluh.
Baca selengkapnya

Bercinta, Sayang!

Damian menatap Indi dengan dalam. “Masalah apa lagi? Mungkin begitu, ada yang belum aku ketahui tentang Papa. Katakan saja, Sayang.”Indi menatap Damian lekat. “Kamu yakin, tidak tahu menahu atau ada hal yang belum kamu beri tahu ke aku?” tanyanya kemudian.Damian menggelengkan kepalanya pelan. “Apa lagi, ya? Sepertinya aku sudah memberi tahu semuanya ke kamu. Kalau ada yang belum kamu ketahui, mungkin aku akan memberi tahu kamu.”Indi manggut-manggut dengan pelan. “Papa kamu pernah bilang ke aku waktu di rumah sakit minggu lalu.”“Apa yang dia katakan pada kamu, Indi?” tanya Damian ingin tahu.Indi menghela napas panjang seraya menatap Damian lekat. “Sebaiknya kita bahas ini di rumah aja, Damian. Kayaknya kurang pas kalau bahas ini di sini.”Damian pun mengangguk patuh. “Baiklah. Memang sedikit kurang pas kalau membahas hal penting di sini.”Indi mengulas senyumnya lalu menarik tangan Damian untuk mencari keperluan lainnya.“Sayang. Kamu nggak mau beli tespack lagi?” tanya Damian kal
Baca selengkapnya

Pergulatan Mematikan

Damian menggenggam tangan Indi membawanya masuk ke dalam villa untuk menuntaskan apa yang harus mereka tuntaskan di sana."Nggak akan ada drama pingsan lagi 'kan, Damian?" tanya Indi setelah mereka tiba di dalam villa.Damian terkekeh pelan lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Sayang. Aku jamin seratus persen aku sudah sehat dan baik-baik saja." Damian meyakinkan Indi bahwa tidak akan terjadi apa pun saat mereka bercinta nanti.Indi menatap Damian lekat. "Jangan memaksakan diri kalau belum bisa, Damian."Lelaki itu menarik tangan Indi dan menatapnya dengan tatapan lekatnya. "Lihat aku, Indi. Apakah terlihat dari raut wajahku tampak pucat atau lelah? Adakah kamu melihatnya, heum?"Indi terdiam. Hanya menatap Damian lalu menghela napasnya panjang."Oke! Tapi, kalau sekiranya kepala kamu terasa sakit, aku mohon untuk berhenti."Damian menganggukkan kepalanya. "Iya, Sayang. Aku akan berhenti kalau memang tidak bisa diteruskan."Indi mengulas senyumnya. Sama-sama tengah berhasrat, akan te
Baca selengkapnya

I still Love You

Perempuan itu kemudian menarik pusaka itu dan memulainya. Melakukan apa yang diminta oleh sang suami kepadanya.“Oouughh … good, Honey!” bisik Damian menikmati sentuhan yang dilakukan oleh Indi kepadanya. “Good, Honey!” pekik Damian sembari membuka tutup matanya, merasakan kenikmatan yang tiada kentara.Indi semakin menggila. Benda asing itu masuk dengan penuh di dalam mulutnya. Dengan suara percikan dari permainan itu terdengar begitu jelas. Damian membuka mulutnya, mengatur napasnya karena tidak bisa bernapas sebab ulah Indi yang membuatnya begitu menggila atas permainan yang dilakukan sang istri.“Sayang … kamu memang luar biasa,” puji Damian kemudian mengulas senyumnya seraya menatap Indi yang masih memainkan pusaka miliknya.Lima menit berlalu. Indi melepaskan pusaka itu dari mulutnya. Lalu mengusap bibir merahnya itu sembari menatap Damian yang masih terbaring sembari mengatur napasnya.“Masih luar biasa, kan? Itu artinya, hormon aku masih ada. Dulu, mungkin karena lihat kondisi
Baca selengkapnya

Tidak Tahu

Indi menelan saliva pelan kala mendengar ucapan Damian. Lalu menatapnya sembari menghela napasnya pelan.“Indi?” panggil Damian kemudian setelah melihat Indi malah terdiam, bukan menjawab pertanyaannya.“Kita mandi dulu aja. Kayaknya percakapan ini akan panjang dan aku gak bisa kalau ngobrol dalam keadaan polos kayak gini. Perut aku juga lapar. Kamu pesan makanan dulu gih. Sambil nunggu aku selesai mandi. Kamu juga akan mandi dulu, kan?”Damian menghela napasnya lalu mengangguk menuruti perintah dari sang istri. Memesan makan malam terlebih dahulu, sementara Indi pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebab tubuhnya merasa lengket akibat benih yang menempel di bawah sana dan juga keringat di tubuhnya.Lima belas menit kemudian, Indi sudah selesai membersihkan diri. Ia pun mengenakan kaus kebesaran dan juga celana pendek yang hanya menutupi bokong dan bagian depannya. Lalu duduk di samping Damian yang tengah menatap pemandangan di balik jendela.“Belum datang, mak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
19
DMCA.com Protection Status