Home / Pernikahan / Cinta Satu Malam dengan Berondong / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Cinta Satu Malam dengan Berondong: Chapter 131 - Chapter 140

230 Chapters

Selamat Malam, Kesayanganku

“Wah, Papa nggak diajak main sama Asa juga nih?”Asa dan Padma menoleh bersamaan ke arah Badai yang sudah segar sehabis mandi dan berganti pakaian dengan kaos oblong dan celana selutut.Padma pikir Asa akan mengajak Badai untuk bermain bersama mereka. Tapi di luar dugaan Padma, Asa malah menggeleng sembari mendekatkan diri pada Padma.“Kok gitu?” Badai mulai mengerucutkan bibirnya dan duduk di hadapan mereka berdua.Ekspresi Badai saat ini mengingatkan Padma saat dulu Badai sering merajuk padanya karena ia kerap kali kalah berdebat dengannya.“Soalnya kamu bocorin rahasia Asa ke aku, jadi Asa nggak mau main dulu sama kamu hari ini,” jelas Padma sambil menahan tawanya.Badai langsung menatap Padma deng
Read more

Di Luar Dugaan, Ternyata Rasanya Menyenangkan

 Pagi itu Padma terbangun karena tiga hal.Pertama, sinar matahari yang menelusup masuk lewat celah tirai yang belum sepenuhnya terbuka.Kedua, tangannya yang kebas karena ternyata semalaman ia jadikan bantal untuk Asa.Ketiga, karena seseorang tengah menatapnya dengan intens seakan-akan ia adalah artefak yang dipajang di museum.“Badai?” Padma terbelalak kaget ketika sadar siapa yang tengah duduk di kursi yang ada di samping ranjang dan sedari tadi menatapnya.Tergesa-gesa, Padma bangkit untuk duduk dan buru-buru mengusap wajahnya serta merapikan rambutnya.“Jam berapa sekarang?” tanya Padma dengan panik.Badai yang tengah menatapnya
Read more

Hatimu Tahu Apa yang Kamu Inginkan

 “Hari ini aku mau piknik,” kata Padma sambil memakai pakaiannya, flutter sleeve midi dress berwarna abu-abu muda dengan pleat skirt yang ikut mengayun setiap ia bergerak.“Katanya sih bareng sama keluarganya Shua, Badai, Arsa-Mili, dan aku.” Padma memakai gelang yang tadi ia lepas karena tak ingin terlalu sering kena sabun saat mandi.Usai berdandan dengan sangat minimalis—hanya dengan bedak tabur dan lipgloss yang warnanya akan menyesuaikan suhu tubuhnya, Padma berpaling ke arah nakas di mana ada foto Catra di sana.“Aku pergi dulu ya, Yang.”Padma tersenyum, lalu mendekat ke arah nakas dan mengusap pelan bingkai foto suaminya tersebut.Padma tahu seandainya Ca
Read more

Sometimes I Wish That I Could Still Call You Mine

“Ikuti aja apa kata hatimu.”Kalimat terakhir yang diucapkan Mili sebelum ART-nya memberi tahu kalau Badai dan Asa sudah tiba di rumahnya, membuat Padma tiba-tiba merasakan kepanikan yang tak jelas asal muasalnya.“Hai!”Suara bariton itu membuat Padma mau tak mau menoleh, untuk mendapati Badai dengan kaos dan celana jeansyang membuat penampilannya sangat kasual dibanding yang biasa dilihat Padma, tengah berjalan ke arahnya.Di bahu Badai, ada Asa yang didudukkannya di bahu dan tengah merenggangkan tangannya seperti tengah berkhayal kalau ia sedang terbang.“Hai,” balas Padma yang berdiri dari duduknya. Padma sedikit mendongak untuk menatap Asa. “Halo, Asa!”Asa langsung
Read more

Heartbreak Anniversary

 Sebagai manusia, kita terbiasa mengingat rasa dan menyimpannya dalam memori.Meskipun kita sudah lama tak merasakannya lagi, ada kalanya ketika kita kembali diberi kesempatan, kita akan tahu kalau yang sekarang kita rasakan dengan yang dulu masihlah sama.Begitulah kira-kira yang terjadi pada Badai saat ini. Ketika bibirnya bisa kembali merasakan bagaimana manisnya bibir Padma, rasanya ia seperti ditarik ke masa lalu karena rasanya masih sama.Bibir Padma masih semanis dan selembut yang terakhir kali ia ingat.Tapi secepat itu ia merasakannya, secepat itu juga keduanya langsung mundur dikarenakan klakson dari mobil di belakang mereka.Beruntung Badai masih bisa mengendalikan dirinya dengan menginjak pedal gas sewajarnya. Kalau ia
Read more

Itu Cuma Kecupan, Kenapa Harus Pusing?

“Kamu pernah inget hari jadimu waktu pacaran nggak?”Lelaki yang ditanya oleh Padma itu langsung terbahak-bahak mendengar pertanyaan konyol Padma. Padma kesal, tapi tak bisa memaki lelaki bersetelan lengkap tersebut karena dua orang.Anaknya yang ada di dalam kandungan dan Asa yang ikut tertawa saja melihat lelaki di hadapan mereka tertawa.“Padma.” Ksatria memanggil nama Padma lamat-lamat. “Aku bahkan nggak inget kapan terakhir kali aku bener-bener pacaran—punya hubungan atas dasar perasaan dan bukan cuma… kebutuhan.”Tadinya Ksatria ingin mengatakan ‘atas dasar nafsu’, tapi ia memilih menggantinya dengan kata kebutuhan karena tak ingin mencemari Asa. Bisa ditenggelamkan di laut oleh Badai kalau sampai Asa tercemar karenanya.
Read more

Yang Dipilih Padma

 Hari ini adalah hari ulang tahun Badai dan Padma masih berkutat dengan pakaian apa yang cocok ia pakai untuk hari ini.“Mendingan pakai baju yang mana ya, Yang?” gumam Padma yang ditujukan pada foto mendiang suaminya.Padma tahu kalau seharusnya ia tidak mengajak sebuah foto untuk mendengarkan ocehannya. Tapi ada kalanya ia tak bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal tersebut.“Yang biru atau salem?” Bergantian, Padma menatap gaunnya yang memiliki warna dan model berbeda.Sejak hamil, ia memang lebih sering memakai gaun ketimbang celana—sesuatu yang mungkin tak akan dilakukan Padma ketika tidak hamil karena dulu Padma merasa mengenakan celana jauh lebih praktis.“Salem.” Padma memutus
Read more

Rasa Takut Kehilangan Dirinya

 Tadinya Padma agak ragu meninggalkan rumah Badai karena Ksatria, Yogas, Ipang, Nara, dan Kalu terlihat lebih banyak bermainnya dibanding benar-benar menyiapkan kejutan mereka.Tapi kelima lelaki itu benar-benar meyakinkan Padma kalau mereka bisa menyelesaikan semuanya sebelum Badai pulang, toh masih ada Nara yang paling waras di antara mereka.“Eh ya, berarti Asa panggilnya ‘Adek’ ya,” gumam Padma saat mereka tiba di rumah sakit.Di sepanjang perjalanan tadi, Asa tak henti-hentinya menatap perut Padma dengan antusias. Padma tahu kalau Asa mungkin saja kesepian di rumah itu. Ayahnya sibuk bekerja dan meskipun ada pengasuh atau Padma, mereka tak benar-benar selalu bersamanya.“Mama kemarin-kemarin masih cari nama yang bagus,” gumam
Read more

Perubahan yang Tak Terkira

Mereka menjadi playboy tentu saja bukan tanpa alasan. Sesuatu yang dekat dengan perasaan apalagi yang sentimental seperti apa yang mereka lihat saat ini, tentu bukan sesuatu familier.“Ehem!”“Popcorn-nya, Kak! Popcorn-nya!”“Aqua! Aqua! Aqua!”Meski dengan berat hati, Badai akhirnya melepas pelukannya dari Padma dan mundur selangkah untuk melihat bagaimana Asa menatapnya dengan mata berbinar dan kelima lelaki di samping sekitar Padma tengah menahan cengiran lebarnya sambil bersorak norak.“Tadi nyanyinya belum selesai,” celetuk Ipang. “Ayo, kita nyanyi lagi.”Suara Ksatria memandu nyanyian Happy Birthday itu benar-benar tak
Read more

Badai Menikmati Setiap Sentuhannya, Setiap Detiknya

 “Ponselmu ke-backup kan datanya di iTunes?”“Ke-backup, kenapa?”“Aku udah minta Jack beli yang baru buat kamu, sekarang dia lagi jalan dari iBox ke rumahmu. Mungkin sebentar lagi sampai.”“Hah?”Kali ini Padma benar-benar salut dengan inisiatif Badai. “Kapan kamu minta Jack buat beli ponsel?”“Tadi pas lagi makan.” Badai memamerkan cengirannya.“Udah lama nggak ketemu Jack,” gumam Padma yang mengingat sosok asisten pribadi Badai—laki-laki minim bicara bertubuh tinggi tegap yang lebih mirip dengan para bodyguard di perusahaan ayahnya.“Kenapa? K
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
23
DMCA.com Protection Status