Rasa kehilangan itu masih ada meski sudah tiga tahun berlalu sejak ia kehilangan ibu mertuanya.Dengan perasaan sedih dan rindu, Jingga menaburkan bunga di atas tanah sebuah makam. Tanpa terasa air mata meluruh di pelupuk mata, rindu akan pelukan sang ibu mertua, yang kala itu mengembuskan napas terakhir di dalam pelukannya.“Ma, apa kabar?” bisik Jingga dengan suara lirih. “Aku kangen Mama.”Davin merangkul pundak Jingga, meremasnya lembut untuk memberinya ketenangan. Meski tidak banyak berbicara, tapi Jingga tahu bahwa saat ini yang paling terluka dan kehilangan di antara mereka berdua adalah Davin.Dulu, di hari kematian Lucy, Davin tampak terpuruk dan tidak ‘berfungsi’ sebagai manusia normal hampir selama seminggu lebih.“Kemarin Oliver dan tim basketnya dapat juara satu, Ma,” lanjut Jingga, seolah-olah Lucy ada di hadapannya. “Mama pasti bangga, ‘kan?” Jingga terkekeh pelan, membayangkan jika Lucy ada, dia akan menciumi pipi Oliver saat mendapat juara, tidak peduli jika di sampin
Read more