Di satu sisi, Jingga merasa khawatir dengan kondisi suaminya. Namun, di sisi lain, sikap dan ucapan Davin membuat Jingga terperangah hingga ia nyaris tertawa. Selain terlihat seperti lelaki paling menderita, Davin juga terlihat seperti hari ini adalah hari terakhirnya tinggal di bumi. Jingga duduk kembali di samping Davin, tersenyum seraya mengusapkan jemari lentiknya di dagu pria itu. “Seluruh harta milik kamu itu nggak berarti buat aku, kalau nggak ada kamu dalam hidupku,” ujarnya, lembut. “Jadi jangan bicara aneh-aneh. Istirahat saja di sini, aku yakin nanti sore juga kondisi kamu akan kembali membaik.” Davin memaksakan dirinya untuk tersenyum, ia raih tangan Jingga dari dagunya dan mengecup telapak tangan itu. “Terima kasih, Sayang. Jangan pergi lama-lama. Selesai masak ke sini lagi.” Jingga mengangguk. Ia mengacak rambut suaminya sambil terkekeh pelan, sebelum akhirnya ia keluar dari kamar dan bergegas membuatkan sup untuk sarapan Davin dan MPASI untuk Oliver dibantu oleh Arum
Read more