Mendengar pertanyaan Jingga, Davin seketika terdiam. Kemudian menghela napas panjang dan menangkup pipi istrinya itu. “Kita mandi dulu, ya. Aku gerah,” ucap Davin pada akhirnya. “Setelah mandi, aku janji akan menceritakan semuanya padamu, Sayang.” Kening Jingga berkerut dalam. Ia berpikir, pasti ada sesuatu yang serius dengan pembahasan mengenai Rachel. Karena jika tidak, Davin tidak akan menunggu nanti-nanti. Namun, Jingga tidak ingin berspekulasi sendiri. Ia akhirnya mengangguk mengiakan keinginan Davin. “Ya sudah. Mau mandi bareng?” tawar Jingga seraya melepaskan diri dari pelukan pria itu. Davin menelan saliva. Tawaran itu sangat menggiurkan. Lebih menggiurkan dari tawaran kerjasama antar perusahaan. Davin memandangi tubuh sang istri dari belakang, yang baru akan menghapus make up. Lalu Davin mendekat, memeluknya dari belakang. “Nggak, Sayang. Kita mandi gantian saja, ya,” ucap Davin dengan berat hati. Jingga menoleh ke arah Davin seraya mengulum senyum. “Tumben?”
Read more