Home / Romansa / Pesona Bos Galak / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Pesona Bos Galak: Chapter 121 - Chapter 130

137 Chapters

121. Perkara Gengsi

"Who's she?" Mata biru dengan bulu lentik itu melebar. Rambut cokelatnya bergoyang saat mendekati Gyan. "Kamu merayu pegawai resort ini? Gila banget sih ini." Kepalanya lantas menggeleng, dan tawanya pecah. Gyan yang masih duduk di kursi mendengus. Dia menatap wanita yang kini duduk di depannya dengan sebal. "Kamu ganggu momen kami. Kalau mau masuk ketuk pintu dulu. Jangan asal nyelonong. Be a good sister." Kavia tertawa lagi. Hanya sebentar sebelum melayangkan tatapan menggoda. "Sekarang kamu nakal ya, Mas. Udah berani godain cewek." "Aku nggak godain cewek ya," bantah Gyan. Dia meraih tisu dan mengelap mulutnya sebelum beranjak berdiri. "She's my girlfriend." Kepala Kavia meneleng, lalu ikut beranjak. "Bukannya kamu lagi jomblo ya, Mas? Mami bilang kamu ditinggalin pacar kamu." "Kamu pikir aku ke sini mau apa kalau nggak buat nyusulin dia?" Untuk beberapa saat Kavia terdiam. Dan ketika mengerti maksud kakaknya, rahangnya terbuka. "Jadi dia cewek itu?" "Hm." "Oh, sori. Aku u
Read more

122. Menentukan Pilihan

Aaron meringis seraya memegangi kantong es di sudut bibirnya. Tatapan kesalnya belum juga hilang. Kalau bukan karena Resta menahannya dia tidak segan membalas serangan Gyan. Dia mendengus. Bersikap tidak peduli Aaron pun membiarkan dua insan yang gagal move on itu berdebat di taman belakang rumahnya. "Gila, jadi selama ini kamu tinggal di rumah ini sama orang itu?!" Gyan terperangah. Wajahnya tampak tak terima mengetahui fakta itu. "Bahkan kamu menolak tinggal denganku yang pacar kamu sendiri. Yang benar saja, Resta!" Kepala Resta berdenyut kencang. Emosi Gyan makin memuncak. Dan dia agak kewalahan menangani pria itu. "Aku memang tinggal di sini. Tapi kamar kami terpisah. Bahkan Kak Aaron lebih sering tinggal di resort daripada rumahnya." "Satu tahun itu lama. Siapa yang tahu kalian berdua ngapain aja selama itu." Mata Resta menyipit. Ucapan Gyan menyinggungnya. "Maksud kamu?" "Maksud aku jelas. Kamu menolak tidur denganku, tapi kamu tidur sama dia!" Tepat setelah Gyan mengataka
Read more

123. Manusia Ribet

Untuk apa Gyan masih mencarinya kalau memang sudah ada wanita lain? Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Resta. Sudah satu tahun berlalu, tapi melihat Gyan bersama wanita lain hati Resta rasanya seperti diiris-iris. Perih dan nyeri. Sia-sia sudah perjuangan move on selama ini. Dia menyadari bahwa cintanya pada pria itu ternyata masih bercokol. "Kamu oke?" Langkah Resta kontan berhenti mendadak saat tahu-tahu Aaron sudah ada di depannya. Pria itu sepertinya baru datang. Lebam baru di sudut bibirnya membuat ketampanannya sedikit berkurang. "Kalian baikan atau..." Resta menggeleng lemah. Dan ketika seseorang berteriak bahwa petugas damkar datang, dia pun melanjutkan langkah karena Aaron lantas sibuk dengan urusan resort yang lebih butuh banyak perhatiannya. Namun begitu urusan kebakaran selesai, Aaron kembali menemui Resta. Mudah menemukan wanita itu saat sedang bermuram durja. Kebiasaan yang diam-diam sering Aaron perhatikan sejak Resta datang. "Kenapa lagi? Setelah ribu
Read more

124. Bos Galak

Hari ini aku dobel up karena Bos Galak masuk promo rekomendasi. Besok-besok kayaknya rutin satu bab sehari. Lagi banyak kerjaan di Mid Year. Jadi yang minta dobel-dobel up, maaf jangan kecewa. Tapi kalo masuk beranda promo aplikasi lagi, bisalah dipertimbangkan. Muehehe. Makanya yuk ramaikan di ulasan cover depan juga. Biar statistiknya makin bagus. Ciayou===========Wajah Gyan merah padam saat membaca laporan keuangan yang Kavia sodorkan. Sudah beberapa hari dia menemukan kesalahan pada lajur dan baris di atas kertas dokumen itu. Dari awal Kavia sudah memberitahu jika yang mengerjakan laporan itu staf baru. Meskipun begitu masa hanya membuat laporan simpel saja tidak becus?"Kenapa nggak kamu masukan aja ini ke meja Romi? Aku nggak mau melihat laporan acak adul begitu ada mejaku." Gyan melempar dokumen begitu saja. Alis Kavia naik sebelah sembari mengarahkan tatap ke dokumen yang Gyan empaskan. "Emang salah lagi?" "Bilang sama orang HR kalau masukin staf ke sini pastikan orang itu
Read more

125. Pernikahan Dadakan

Resta mengernyit ketika melihat wajah Gyan tertekuk. Pria itu langsung mengempaskan diri ke sofa. Bibirnya berkerut sementara dua langannya terlipat di dada. Meninggalkan pekerjaannya, Resta pun menghampiri pria itu. "Ada apa? Kok pulang-pulang cemberut?" tanya Resta. "Kamu nggak habis berantem sama Pak Daniel kan?" Gyan menggeleng. Mukanya masih terlihat sangat kecut. Mata birunya lantas melirik Resta, lalu tiba-tiba bergerak memeluk wanita itu. "Kesal sekali aku sama Kavia." Dua alis Resta menyatu. "Memang Kavia ngapain?" "Masa dia tiba-tiba bilang ke kami kalau dua minggu lagi dia mau nikah? Gimana aku nggak kesal?" Resta mengerjap seketika. Tidak heran Gyan begini. Pria itu sudah cukup bersabar menerima keputusan Resta untuk menikah dua bulan lagi. Mendengar kabar adiknya yang malah akan menikah lebih dulu, pasti membuatnya uring-uringan. "Terus gimana?" tanya Resta ikut bingung. "Mau nggak kalau kita menikah secara agama dulu?" Resta terdiam. Mendadak kepalanya berdenyut.
Read more

126. Malam Pertama

"Ke Bude? Kok tiba-tiba, Bu?" "Iya, cucu bude kamu lagi sakit. Dia minta ibu buat jagain, karena bude sama pakde kamu hari ini berangkat ke Surabaya. Nggak apa-apa tho kalian berdua ibu tinggal?" Resta dan Gyan saling pandang sejenak. Entah kenapa dari rautnya, Resta bisa membaca kalau Gyan malah kegirangan akan ditinggal ibu. Sementara Resta agak khawatir lantaran rumah ini berada di lingkungan baru. "Nggak apa-apa kok, Bu. Jangan cemas. Kami pasti bisa menjaga rumah dengan baik," sahut Gyan tersenyum lebar. Senyum yang mencurigakan bagi Resta. Tak lama Kae muncul dari kamarnya sudah menenteng ransel. Kepalanya mengenakan topi hitam, bahkan pakaiannya pun sudah rapi. "Loh kamu juga mau pergi, Kae?" tanya Resta melihat penampilan adiknya itu. "Iya, Mbak. Ada penelitian," sahut Kae sambil membenarkan topinya. "Malam-malam begini?" "Ya mau gimana lagi, pagi siangnya kami kan sibuk." "Pulangnya jam berapa?" "Mungkin besok." "Eh?" Resta menatap adik dan ibunya berganti. Apa me
Read more

127. Hasrat Pengantin Baru

"Mau ke mana?" Tangan Gyan terulur, menarik perut Resta saat wanita itu bergerak. Namun matanya masih terkatup erat. "Mau pipis," sahut Resta pelan. Alih-alih melepaskan Resta, Gyan malah beringsut merapat dan mencium bahu terbuka wanita itu. "Mau aku antar?" "Nggak perlu, Gy." Resta baru bangkit begitu Gyan melepasnya. Itu pun dengan gerakan yang sangat hati-hati. Bagian intimnya benar-benar tidak nyaman sekarang. Sebelum keluar dia sempatkan diri mengenakan dress midi yang dia ambil dari tasnya. Rumah Ibu hanya punya satu kamar mandi bersama yang letaknya di dekat dapur. Ini sedikit menyulitkan Resta yang selama ini selalu memakai kamar mandi pribadi. Apalagi saat ini dirinya sudah bersuami. Beruntung sekarang Ibu dan Kae sedang tidak ada di rumah. "Udah?" tanya Gyan begitu Resta kembali ke kamar. "Sakit?" Resta mengangguk. "Sedikit." Dia bergabung kembali dengan Gyan, dan langsung disambut pelukan lelaki itu. "Nanti juga enggak." "Rasanya kayak punya kamu masih nyangkut di
Read more

128. Bertemu WO

Gyan masih tidur dengan posisi menelungkup ketika hidungnya mencium aroma wangi kopi. Hidung bangirnya bergerak-gerak mengendus. Perlahan kepalanya terangkat dan mengikuti aroma kopi itu berasal dengan mata yang masih terpejam. Sementara di depannya Resta cekikikan melihat reaksi suaminya. Dia sengaja mengerjai Gyan dengan mendekatkan cangkir berisi kopi yang baru dia buat ke hidung pria itu, lalu menjauhkannya lagi. Sejauh ini cara itu cukup ampuh untuk membangunkan suaminya yang sudah pukul delapan pagi masih betah terlelap. Rencana mengajak lelaki itu jogging pun akhirnya gagal total. Gyan membuka malas sebelah matanya. "Kamu selalu berhasil bikin aku bangun," ujarnya dengan suara serak. Dia membalikkan badan sampai selimut yang menutupi tubuh kekarnya melorot sebatas perut. Pria yang rambutnya acak-acakan itu pun bergerak bangkit dan bersandar ke tumpukan bantal. Nyawanya belum sepenuhnya ngumpul. Dia masih mengantuk karena semalam tidur begitu larut. "Kita udah telat jogging,"
Read more

129. At Wedding Party

Tidak seperti pernikahan Javas dan Kavia yang digelar mewah di ballroom hotel berbintang, resepsi dan pernikahan ulang Gyan dan Resta kali ini digelar cukup simpel. Pesta dengan hamparan pasir putih dan suara deburan ombak tepi pantai menjadi pilihan mereka. Tamu undangan yang hadir pun terbatas. Jadi, acaranya lebih terasa sakral dan tenang. Gyan mengecup pipi istrinya begitu selesai sesi pemotretan mahar dan buku nikah. "Sudah sah menurut agama dan negara nih, Yang." "Lalu?" "Makin tenang jungkir balikin kamu sekarang." "Please deh, Gy." Resta memutar bola mata. Gyan melebarkan mata dan memasang wajah pura-pura terkejut. "Ini kita masih harus menyapa tamu loh. Kok kamu udah plas plis aja. Sabar dulu, nanti malam juga aku puasin kok," ujar Gyan lantas tertawa melihat reaksi Resta yang spontan melotot. Resta hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kekonyolan suaminya. Makin tidak waras. Namun akhirnya dia ikut tertawa juga. Jika bukan karena menjadi asisten pribadi pria itu, Rest
Read more

130. Private Party

Malamnya pesta masih berlanjut. Area pantai disulap menjadi beach club mengingat pihak resort sendiri tidak memiliki fasilitas itu. Pesta ini hanya dihadiri oleh teman-teman dekat saja. Mungkin cuma Resta yang tidak memiliki banyak tamu seperti Gyan. Seumur-umur di kota ini dia hanya memiliki satu sahabat, Joana. Lainnya cuma teman biasa yang tidak terlalu spesial sampai harus diundang ke private party seperti ini."Dilihat dari sisi mana pun dia tetep ganteng banget," seru Joana dengan nada tertahan. Tangannya memegang gelas cocktail, dan sebelah lainnya menyentuh dadanya yang berdebar. "Siapa?" Resta sambil lalu menanggapi. "Marsel my mine," sahut Joana cengar-cengir. Sejak putus dari pacarnya beberapa bulan lalu, wanita itu mulai keganjenan lagi. Jejak kesedihannya sudah hilang tak berbekas. Resta tahu sahabatnya itu gampang move on. Joana tidak akan sudi lama-lama bermuram durja. "Emang cowok di dunia ini cuma dia doang!" itu dalih andalannya. "No bucin-bucin club." Belum ber
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status